You are on page 1of 4

Manifestasi Kulit pada Infeksi HIV

Oleh Muh Dali Amiruddin Guru Besar Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, Makassar

ABBAS SANDJI/TRIBUN TIMUR Rabu, 1 Desember 2010 | 10:04 WITA Infeksi jamur, atau dalam istilah kedokterannya dikenal sebagai mikosis semakin dikenal sebagai penyebab kesakitan dan kematian pada pasien yang dirawat inap di rumah sakit terutama pada pasien- pasien dengan daya tahan tubuh yang sangat rendah seperti AIDS KASUS Acquired Immune Deficiency Syndrome (AISD) pertama kali ditemukan pada tahun 1981 di Amerika Serikat (AS). Jumlah total infeksi HIV di seluruh dunia pada akhir tahun 1996 diperkirakan sebanyak 20 juta dan akan menjadi dua kali lipat dalam waktu enam tahun kemudian. Di Indonesia, prevalensi infeksi HIV dilaporkan masih tergolong rendah (<1%), yaitu 17.699 kasus pada tahun 2009. Prevalensi penyakit ini diperkirakan akan meningkat menjadi 501.400 kasus pada tahun 2014. Manifestasi klinis infeksi HIV bervariasi dari keadaan laten atau tanpa gejala sampai AIDS dengan gejala yang lanjut. Masa inkubasi atau berkembangnya infeksi HIV bervariasi dari beberapa bulan sampai 17 tahun (rata- rata 10 tahun). Pada akhirnya hampir semua orang yang terinfeksi HIV akan menderita AIDS. Human immuodeficiency virus masuk dalam tubuh manusia melalui berbagai cara, yaitu secara vertikal (mis: dari ibu ke janin), horisontal (mis: melalui jarum suntik, transfusi darah yang tercemar) dan transeksual yaitu melalui hubungan seksual yang berganti-ganti pasangan. Virus ini dapat mencapai aliran darah sistemik secara langsung dengan diperantarai benda tajam yang mampu menembus dinding pembuluh darah atau secara tidak langsung melalui kulit dan mukosa yang tidak utuh/terluka seperti yang terjadi pada kontak seksual. Begitu mencapai atau berada dalam aliran darah sistemik, yaitu 4-11 hari sejak paparan pertama, HIV dapat terdeteksi di dalam darah. Meskipun termasuk dalam penyakit yang tidak bisa disembuhkan, karena obat untuk membunuh HIV belum ditemukan sampai saat ini, tetapi kita bisa melindungi diri agar tidak tertular HIV. Penularan HIV dapat dicegah melalui berbagai metode yaitu memberi pengetahuan tentang AIDS, cara penularan dan pencegahannya, menanamkan keyakinan tentang bahaya AIDS serta menumbuhkan kesadaran serta motivasi untuk berperilaku seksual yang sehat dan bertanggung jawab. Kelainan kulit muncul hampir secara umum pada perjalanan infeksi HIV sebagai akibat dari penurunan sistem kekebalan tubuh yang timbul atau berhubungan dengan pengobatan.

Manifestasi kulit pada infeksi HIV sangat luas dan bervariasi serta dapat disebabkan oleh virus, bakteri, jamur dan parasit lainnya. Tulisan mencoba membahas mengenai manifestasi kulit yang umum ditemukan pada infeksi HIV, dalam rangka meningkatkan kesadaran masyarakat akan bahaya HIV/AIDS dan memperingati hari AIDS sedunia yang jatuh pada tanggal 1 Desember setiap tahunnya. Dermatitis Seboroik Dermatitis seboroik adalah peradangan kulit yang umumnya menyerang daerah- daerah yang kaya akan kelenjar minyak seperti wajah, kulit kepala, belakang telinga, dada dan punggung dan ditandai oleh adanya bercak kemerahan dan sisik- sisik pada kulit yang berwarna kekuningan disertai rasa gatal. Penyakit kulit ini memiliki tingkatan yang bervariasi dari yang ringan sampai berat. Angka kejadian dermatitis seboroik seboroik di seluruh dunia pada individu yang memiliki daya tahan tubuh yang baik hanya sebesar 3-5 persen, sedangkan pada penderita HIV/AIDS angka kejadiannya meningkat hingga 30-85 persen. Dermatitis seboroik menempati urutan kedua kelainan kulit tersering pada HIV/AIDS yaitu terjadi pada 28 persen penderita HIV/AIDS. Prurigo Nodularis Prurigo nodularis adalah suatu penyakit kulit berupa benjolan-benjolan kecil berwarna kehitaman, keras dan disertai rasa gatal. Penyakit ini sering ditemukan pada penderita HIV/AIDS terutama pada pasien-pasien dengan daya tahan tubuh yang sudah sangat menurun. Penyakit ini lebih sering ditemukan pada orang-orang berkulit yang lebih gelap. Infeksi Bakteri Staphylococcus aureus, suatu jenis bakteri, merupakan bakteri yang paling sering menyebabkan infeksi kulit pada infeksi HIV. Kuman ini dapat menyebabkan berbagai macam penyakit seperti cacar monyet, koreng di kulit, peradangan kelenjar keringat dan bisul, bahkan infeksi ke jaringan yang lebih dalam di bawah kulit. Gambaran klinisnya mungkin menjadi lebih berat karena terjadi pada infeksi HIV dengan daya tahan tubuh yang sangat menurun. Infeksi Virus Berbagai macam virus seperti virus herpes simpleks tipe I dan II dapat timbul pada infeksi HIV akibat daya tahan tubuh yang menurun. Virus herpeks simpleks tipe I dapat menyebabkan lepuh- lepuh di sekitar bibir dan disertai rasa nyeri. Sedangkan virus herpes simpleks tipe II cenderung menyebabkan kelainan di daerah kelamin berupa luka atau borok di kelamin, yang diawali oleh timbulnya lepuh-lepuh kecil berisi cairan dan disertai rasa nyeri. Jenis virus lainnya, yaitu virus varicella zoster dapat ditemukan pada infeksi HIV. Virus ini dapat menimbulkan dua jenis penyakit yaitu cacar air (varicella) dan cacar ular (herpes zoster). Varicella dapat terjadi pada orang yang belum pernah terinfeksi virus varicella zosterBila, selanjutnya virus ini akan berdiam di ujung-ujung saraf. Virus ini dapat aktif kembali pada daya tahan tubuh yang menurun, trauma, stres, dan lain- lain sehingga menyebabkan penyakit cacar ular yang disebut juga herpes zoster. Penyakit ini hanya menyerang satu sisi tubuh, berupa bintil- bintil berisi cairan dan seringkali disertai nyeri yang bahkan bisa menetap setelah kelainan kulitnya menyembuh. Cacar Ular Oral hairy leukoplakia (OHL), suatu kelainan kulit yang disebabkan oleh virus Epstein Barr sering kali muncul pada infeksi HIV. Kelainan ini sering ditemukan pada bagian tepi lidah berupa penebalan permukaan lidah yang berwarna putih dan biasanya hanya terjadi pada salah satu bagian lidah. Kelainan ini tidak berpotensi menjadi suatu keganasan, tetapi merupakan suatu penanda bahwa infeksi HIV telah berlangsung lanjut dan daya tahan tubuh sudah sangat menurun.

Virus jenis lainnya yaitu human papilloma virus (HPV), dapat juga ditemukan pada infeksi HIV. Virus ini dapat menyebabkan terjadinya kutil kelamin, yaitu kutil pada kelamin yang gambarannya terkadang menyerupai kembang kol dan pada infeksi HIV ukurannya bisa menjadi sangat besar karena daya tahan tubuh yang sangat menurun. Infeksi jamur Infeksi jamur, atau dalam istilah kedokterannya dikenal sebagai mikosis semakin dikenal sebagai penyebab kesakitan dan kematian pada pasien yang dirawat inap di rumah sakit terutama pada pasien- pasien dengan daya tahan tubuh yang sangat rendah seperti AIDS. Infeksi dermatofit, suatu jamur yang hanya menyerang permukaan luar kulit, kuku dan rambut menjadi lebih menyebar dengan meningkatnya derajat penekanan sistem pertahanan tubuh dan seringkali berulang serta tidak berespon terhadap pengobatan. Tidak didapatkan perbedaan yang bermakna antara penderita HIV positif pada dewasa maupun pada penderita HIV negatif. Infeksi jamur yang sering antara lain tinea pedis ("Athlete's foot"/kutu air), sebutan untuk infeksi jamur dermatofit pada kaki, tinea kruris ("jock itch"), infeksi jamur dermatofit pada sela paha dan tinea korporis ("ringworm") yaitu infeksi dermatofit pada badan. Pada pasien dengan penurunan daya tahan tubuh, penyakit- penyakit tersebut menjadi lebih luas dan lebih resisten terhadap terapi. Yang paling sering dijumpai adalah tinea pedis. Jenis jamur lainnya, yang disebut dengan candida sangat tinggi persentasenya pada infeksi HIV. Oral candidiasis, infeksi jamur candida pada mulut, seringkali merupakan manifestasi awal dari AIDS, dan terlihat pada hampir seluruh pasien AIDS yang tidak diobati. Penyakit ini menempati urutan pertama sebagai penyakit yang sering muncul pada infeksi HIV. Observasi "oral trush" pada orang dewasa dengan faktor pencetus yang tidak diketahui patut dicurigai terinfeksi dengan HIV. Pada keadaan seperti ini perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium yang lebih lengkap seperti pemeriksaan sel darah putih dan virus HIV. Jamur lain yang dapat menginfeksi jaringan yang lebih dalam seperti histoplasma dan kriptokokus dapat timbul pada infeksi HIV. Jamur- jamur tersebut umumnya tidak menimbulkan penyakit pada orang- orang dengan daya tahan tubuh yang baik, tetapi muncul pada HIV karena daya tahan tubuh yang sangat menurun. Jamur- jamur tersebut dapat menyebabkan infeksi ke bagian dalam kulit, yang disebut dengan selulitis. Histoplasma bahkan dapat menyebabkan kelainan pada hati dan limpa serta seringkali menyebabkan kematian. Infestasi parasit Skabies, yaitu infestasi tungau atau kutu yang disebut Sarcoptes scabiei pada tubuh manusia bisa ditemukan pada infeksi HIV. Penyakit ini ditandai oleh beberapa tanda dan gejala yang khas yaitu gatal yang lebih berat pada malam hari, menyerang sekelompok orang pada saat yang bersamaan terutama orang- orang yang tinggal serumah, dan ditemukannya kelainan berupa terowongan pada kulit. Penyakit ini ditandai oleh bintil-bintil kemerahan disertai rasa gatal yang mengenai sela jari, siku, lutut, bokong dan kelamin. Pada orang-orang dengan daya tahan tubuh yang menurun seprti HIV/AIDS gambaran penyakit ini dapat menjadi lebih berat karena tungau yang berada di tubuh bisa mencapai jutaan jumlahnya, penyakit ini disebut juga dengan skabies norwegia. Gambaran klinisnya berupa keropeng yang menebal dan berwarna kekuningan pada kepala, wajah, tangan, kaki dan wajah. Skabies Keganasan Sarkoma Kaposi merupakan keganasan pada pembuluh darah. Prevalensi di dunia kurang lebih 34 persen. Meningkatnya jumlah penderita HIV dengan sistem kekebalan turuh yang menurun menyebabkan keganasan ini semakin sering ditemukan. Kulit merupakan daerah manifestasi yang paling sering. Kelainan dapat lokal maupun menyebar. Kelainan yang ditemukan bisa hanya berupa perubahan warn akulit menjadi kemerahan atau kehitaman

hingga benjolan dan bahkan borok pada kulit. Keganasan kulit ini terjadi pada AIDS stadium lanjut. Demikianlah ulasan mengenai manifestasi kulit yang sering ditemukan pada infeksi HIV. Semoga tulisan ini bermanfaat dan membuat kita semua semakin menyadari pentingnya melindungi diri serta menghindari perilaku yang dapat menyebabkan kita menjadi terinfeksi HIV seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Kelainan kulit hanya sedikit dari akibat yang ditimbulkan oleh infeksi HIV, masih banyak kelainan yang diakibatkannya pada organ lain dan konsekuensinya tentu lebih berat.***
http://202.146.4.121/read/artikel/139150/sitemap.html

You might also like