You are on page 1of 3

GANGGUAN SKIZOAFEKTIF TIPE DEPRESI PADA WANITA USIA 27 TAHUN.

ABSTRAK Gangguan skizoafektif, seperti terminologi bahasanya, adalah gangguan yang mempunyai dua sisi, yaitu gejala skizofrenia dan gejala afektif atau mood. Gangguan skizoafektif didiagnosis jika pada pasien yang terdapat satu dari beberapa kategori berikut ini: pasien skizofrenia yang memiliki gejala mood, pasien dengan gangguan mood yang memliki gejala skizofrenia, pasien dengan gangguan skizofrenia dan gangguan mood, pasien dengan gangguan yang merupakan kesinambungan antara skizofrenia dan gangguan mood, dan pasien dengan beberapa kombinasi kategori di atas. Sedangkan skizoafektif tipe depresif adalah suatu episode yang sama terdapat gejala-gejala skizofrenia maupun depresif yang samasama menonjol. Keywords: skizoafektif, gangguan mood, depresi HISTORY Pasien wanita berumur 27 tahun datang dengan keluhan masih sering mendengar bermacam-macam suara yang tidak diketahui dari siapa dan berbicara apa (halusinasi auditorik), pasien juga merasa kadang-kadang terasa seperti orang yang sudah meninggal dunia (persepsi derealistik). Sampai sekarang os merasa tidak berguna, dulunya yang serba kecukupan sekarang hidup susah tanpa pekerjaan yang layak (mood sepresif). Os merasa kalau dia tidak mampu untuk mengerjakan pekerjaan yang berat-berat, os hanya mau bekerja yang ringan-ringan saja (mood depresif). Kadang-kadang ada yang membisikinya untuk membanting anaknya yang mash berusia 3 tahun (waham). Riwayat penyakit sebelumnya, sekitar 9 tahun yang lalu os pernah mengalami hal serupa disertai ide bunuh diri dan mengamuk dengan merusak barang-barang, mondok dan berobat, dan keluhan membaik tdk sempurna, sekitar 3 thn yang lalu hal serupa terjadi jadi lagi, mondok lagi dan keluhan berjurang tetapi tidak membaik sempurna. Os mempunyai masalah dengan ayah kandung, mertua, selalu mengeluhkan miskin padahal dulu serba kecukupan dan menyesali tidak punya pekerjaan yang layak padahal dulu sempat kuliah dan berprestasi. Pemeriksaan Fisik Kesan Umum : Baik, TD 110/80 mmhg, Nadi 78x/menit, RR 24x/menit. Pemeriksaan psikiatrik, Kesadaran compos mentis, orientasi (orang. waktu, tempat dan situasi Baik), Sikap kooperatif, roman muka naik, Afek sesuai, bentuk piker tidak realistic, halusinasi auditorik +, waham +, perhatian baik, tilikan diri kurang baik derajat 4. DIAGNOSIS Axis I : F 20.3 Skizoafektif tipe Depresif Axis II : Tidak ada diagnosis Axis III : Tidak ada diagnosis Axis IV : Masalah keluarga, ekonomi dan pekerjaan Axis V : GAF 70-61, beerapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum masih baik. TERAPI - Risperidon 2 x 2mg - Trihexyphenidyl 2 x 2 mg - Amitrptylin 2 x 1 DISKUSI

Gangguan skizoafektif, seperti terminologi bahasanya, adalah gangguan yang mempunyai dua sisi, yaitu gejala skizofrenia dan gejala afektif ataumood. Terminologi skizoafektif pertama kali diperkenalkan oleh Jacob Kasanin pada 1933. Gangguan skizoafektif saat ini didiagnosis jika pada pasien terdapat satu dari beberapa kategori berikut ini: pasien skizofrenia yang memiliki gejala mood, pasien dengan gangguan mood yang memliki gejala skizofrenia, pasien dengan gangguan skizofrenia dan gangguanmood, pasien dengan gangguan yang merupakan kesinambungan antara skizofrenia dan gangguan mood, dan pasien dengan beberapa kombinasi kategori di atas. Sedangkan skizoafektif tipe depresif adalah suatu episode yang sama terdapat gejala-gejala skizofrenia maupun depresif yang sama-sama menonjol. Prevalensinya di populasi umum seperti layaknya gangguan skizofrenia masih berkisar di bawah 1% dengan tenggang antara 0,5%-0,8%. Sampai saat ini, penyebab pasti gangguan skizoafektif belum diketahui. Menurut DSM IV diagnosis Skizoafektif tipe depresif dapat ditegakkan apabila terdapat: 1. Pada saat episode yang sama, terdapat episode depresi yang bersamaan engan gejala pada kriteria A untuk skizofrenia yakni: Gejala karakteristik : 2 atau lebih dari gejala muncul dalam waktu yang signifikan selama 1 bulan (atau kurang bila berhasil diobati) a. Waham b. Halusinasi c. Disorganisasi dalam berbicara (inkoherensi, dll) d. Perilaku disorganized, katatonik e. Gejala negatif yaitu afek yang mendatar,dll Bila waham yang terdapat pada pasien adalah waham aneh atau halusinasi yang bersifat commenting maka 1 gejala sudah dapat memenuhi. 2. Selama periode sakit (episode), terdapat waham atau halusinasi setidaknya minimal 2 minggu dimana tidak ada gejala gangguan mood/afektif yang berarti 3. Gejala yang memenuhi kriteria episode gangguan mood jelas terjadi pada bagian dari total durasi periode aktif dan residual dari penyakit 4. Gangguan ini terjadi bukan karena efek langsung dari zat psikoatif ataupun penyakit sistemik tertentu. Adapun Gejala utama untuk mood depresif yaitu , kehilangan ingat dan kegembiraan, berkurangnya energi yang menyebabkan rasa mudah lelah dan menurunnya aktifitas. Gejala lainnya, yaitu : Konsentrasi berkurang Kepercayaan diri berkurang Rasa bersalah dan tidak berguna Pandangan masa depan yang suram dan pesimis Pikiran-pikiran yang membahayakan diri atau bunuh diri Tidur kebanyakan atau sedikit Nafsu makan bisa berkurang atau sebaliknya. Terapi: A. Psikofarmaka Risperidon (per oral) 2x2 mg Antispikotik Trihexyphenidyl 2x 2 mg Amitritylin antidepresan B. Psikoterapi Dilakukan melalui: a. Psikoterapi suportif Psikoterapi ini dapat dilakukan dengan bimbingan, reassurance, serta terapi kelompok

b.

Psikoterapi reedukatif Terhadap Pasien Memberikan informasi kepada pasien dan edukasi mengenai penyakit yang dideritanya, gejala-gejala, dampak, faktor-faktor penyebab, pengobatan, komplikasi, prognosis, dan risiko kekambuhan agar pasien tetap taat meminum obat dan segera datang ke dokter bila timbul gejala serupa di kemudian hari Memotivasi pasien untuk berobat teratur Mengajarkan terapi relaksasi pada pasien saat pasien marah ataupun akan marah sehingga diharapkan pasien dapat mengontrol marahnya dan mengemukakan amarahnya dengan cara yang lebih halus. Terhadap Keluarga Memberikan edukasi dan informasi mengenai penyakit pasien, gejala, faktor-faktor pemicu, pengobatan, komplikasi, prognosis, dan risiko kekambuhan di kemudian hari. Menjelaskan kepada keluarga bahwa salah satu faktor pemicu penyakit pasien saat ini adalah keluarga pasien yang mengabaikan pasien Meminta keluarga untuk mendukung pasien pada saat-saat setelah sakit agar pasien dapat mengalami remisi. c. Terapi kognitif perilaku Dilakukan untuk merubah keyakinan yang salah dari pasien dan memperbaiki distorsi kognitif.

KESIMPULAN Pada pasien di atas didiagnosis dengan Skizoafektif tipe depresif dikarenakan saat episode yang sama, terdapat episode depresi yang bersamaan dengan gejala untuk skizofrenia. Gejala skizoprenia yang ditemukan adalah halusinasi auditorik dan waham sisip pikir, sedangkan mood depresif yang ditemukan adalh persaan tidak berguna dan tidak bertenaga unutk mengerjakan pekerjaan berat. REFERENSI 1. Departemen Kesehatan RI Direktorat Jendral Pelayanan Medik. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III (PPDGJ III). Jakarta : Departemen Kesehatan RI. 1993. 2. Kaplan HI, Saddock BJ, Greb JA. Synopsis of Psychiatry: Behavioral Sciences / Clinical Psychiatry. 9th ed. USA : Lippincott Williams & Wilkins. 2003. 3. Maslim R. Paduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik Jakarta : PT Nuh Jaya. 1996. Ditulis oleh DELLA MAWROS DWITA 20060310088, Stase Ilmu Kedokteran Jiwa, RSUD Panembahan Senopati bantul

You might also like