You are on page 1of 12

ASMA BRONKIAL

Disusun oleh : Yeliani Rachmi Fauzi

PENGERTIAN
Definisi asma yang saat ini banyak dipakai di indonesia yaitu Asma adalah penyakit paru dengan karakteristik : Obtruksi saluran nafas yang bersifat reversible baik secara spontan maunpun secara farmakologis. Inflamasi saluran pernafasan bersifat kronis peningkatan respon saluran nafas terhadap berbagai rangsangan.

EPIDEMIOLOGI

Insiden terjadinya asma dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain : jenis kelamin, umur pasien, status atopi, faktor keturunan, serta faktor lingkungan. Pada negara maju seperti Amerika dan Inggris insiden terjadinya asma adalah 5 % dari populasi, ini merupakan jumlah yang cukup banyak. Perbandingan antara anak perempuan dan anak lakilaki 1,5 : 1, tetapi menjelang dewasa perbandingan ini sama dan pada fase menopause perbandingan antara perempuan dan laki-laki relatif tidak jauh berbeda saat anak. Prevalensi terjadinya asma lebih banyak pada anak kecil dari pada orang dewasa.

PATOGENESIS
Patogenesis dan etiologi dari asma masih belum banyak diketahui dengan pasti tetapi beberapa literatur mencoba menawarkan hipotesis yang mungkin dapat menjelaskan terjadinya asma. Dasar hipotesis yang berkembang saat ini adalah mekanisme inflamasi dan mekanisme respon saluran pernafasan yang berlebihan.

PATOFISIOLOGI
Obstruksi saluran nafas pada asma merupakan kombinasi dari spasme otot bronkus, sumbat mukosa, edema dan inflamasi dinding bronkus. Obstruksi bertambah berat selama periode ekspirasi karena secara fisiologis saluran nafas pada fase tersebut. Sehingga udara pada distal terperangkap dan tak dapat di ekspirasikan, kemudian terjadi peningkatan volume residu, kapasaitas residu fungsional dan penderita akan bernafas dengan volume yang tinggi mendekati kapasitas paru total. Keadaan ini kita sebut dengan hiperinflasi yang bertujuan agar saluran nafas tetap terbuka dan pertukaran gas dapat terjadi, hiperinflasi memerlukan bantuan otot bantu pernafasan.

KLASIFIKASI

Asma mempunyai karakteristik yang berbeda antara satu dan yang lain. Karakteristik ini tergantung pada etiologi dari asma itu sendiri. Dahulu asma dibagi dalam 2 hal besar yaitu asma alergenik atau asma intrinsik dan asma non alergenik atau non alergi. Asma yang bersifat alergenik pada umumnya dijumpai pada anak-anak mekanisme yang menjelaskan adalah reaksi immunologi berupa hipersensitivitas terhadap alergen, sedangkan non alergenik umumnya terjadi pada orang dewasa. Saat ini kedua klasifikasi tidak lagi dipakai karena pada beberapa pasien dapat datang berobat dengan ke-2 jenis asma sehingga perlu ada klasifikasi yang lebih spesific untuk menjelaskan tentang asma.

Kesepakatan para ahli membagi kedalam 6 kategori berdasarkan etiologi dari asma itu sendiri yaitu : Asma ekstrinsik atopic Asma ekstrinsik non atopik Asma kriptogenik Asma karena kegiatan jasmani Asma yang berkaitan dengan penyakit bronko pulmonary dan lain lain. Sedangkan berdasarkan tingkat kegawatan asma terbagi dalam : Asma ringan Asma sedang Asma berat Asma pada kehamilan

GEJALA KLINIK
Gambaran asma secara klasik adalah episodik batuk, mengi dan sesak nafas. Pada periode awal gejala sering tidak jelas seperti rasa berat di dada, dan pada asma tipe alergenik sering disertai bersin-bersin dan pilek. Walaupun awalnya batuk tanpa sekret dalam perjalanannya terjadi sekret yang berwarna mukoid sampai dengan purulen. Pada sebagian penderita gejala klinis hanya batuk tanpa disertai mengi atau dikenal dengan cough variant asthma bila hal ini muncul maka konfirmasi dengan pemeriksaan spirometri dan lakukan bronkodilator tes atau uji provokasi bronkus dengan metakolin.

pada setiap waktu tergantung pada ada tidaknya faktor pencetus. Faktor pencetus pada asma antara lain : Infeksi virus pada saluran pernafasan atas. Paparan alergen tertentu Paparan terhadap bahan iritan seperti asap rokok, dan minyak wangi. Kegiatan jasmani seperti lari yang melelahkan Emosional Obat-obatan tertentu seperti aspirin, beta bloker, dan anti inlamasi non steroid Lingkungan kerja Polusi udara Pengawet makanan seperti sulfit. Lainnya seperti kehamilan dan sinusitis. Hal yang membedakan antara asma dan penyakit paru lainnya adalah pada saat serangan asma dapat hilang dengan ataupun tanpa obat-obatan.

PEMERIKSAAN FISIK
Perhatian pertama adalah pada keadaan umum pasien, pasien dengan kondisi yang sangat berat akan duduk tegak. Selain itu pada pemeriksaan fisik didapatkan ; penggunaan otot-otot bantu pernafasan Frekuensi nafas > 30 kali per menit Takikardia > 120 x/menit Pulsus Parokdoksus >12 mmHg wheezing ekspiratoar

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Spirometri Cara yang sederhana adalah uji bronkodilator nebulizer golongan adrenerjek beta. Uji ini dilakukan menggunakan spirometri sebelum dan sesudah penggunaan bronkhodilator, bila didapatkan peningkatan VEP1 atau KVP lebih dari 20% maka didiagnosis sebagai asma, tetapi bila tidak memenuhi kriteria ini diagnosis asma belum tentu gugur memerlukan tes konfirmasi yang lain. Pemeriksaan menggunakan spirometri selain menegakkan diagnosis juga dapat menilai derajat obstruksi yang ada dan efek pengobatan yang telah dilakukan.

Uji provokasi bronkhus Tes ini jarang dilakukan di indonesia. Tes ini untuk memprovokasi bronkus agar efek asma bisa dibaca, tes ini menggunakan histamin, metakolin, kegiatan jasmani, udara dingin, larutan garam hipertonik. Bila terjadi penurunan VEP1 sebesar 20% maka dianggap bermakna. Uji jasmani dilakukan dengan meminta penderita berlari cepat selama 6 menit sehingga mencapai denyut jantung 80 sd 90 % kemudian dievaluasi. Jika terjadi penurunan arus puncak ekspirasi minimal 10% maka dapat dinyatakan positip. Pemeriksaan sputum Sputum eosinofil merupakan ciri dari asma, menggunakan kristal Charcot-leyden, dan spiral Curschmann.

You might also like