You are on page 1of 103

Pemeriksaan

Laboratorium pada
Kelainan
Sistem Reproduksi
Bagian Patologi Klinik
FK UNSRI/RSMH
2009
1
Infeksi TORCH pada Kehamilan
2
T oxoplasma
O ther : Syphillis, Strepto Gr-B
R ubella
C ytomegalo, Chlamydia
H erpes, Hepatitis B-C, HIV, HPV
3
Toxoplasmosis
Parasit Toxoplasma
gondii
Famili : Sarcocystidae
Tachyzoite 2-4 & 4-8 m
Oocyst 12,1 x 11 m
Cyst 200 m

Rubella
Antigen : Virus Rubella
Famili : Togaviridae
Ukuran : 60 70 nm
Cytomegalovirus
Antigen : Virus
Cytomegalo
Famili : Herpesviridae
Ukuran : 180 -200 nm

Herpes Genitalis
Antigen : virus Herpes
Simpleks-2
Famili : Herpesviridae
Ukuran : 180 200 nm
4
Toxoplasmosis
Sumber infeksi:
Tinja kucing
Hewan potong yang terinfeksi
(mengandung kista)
Ibu yang terinfeksi pada saat hamil
Organ/darah donor yang terinfeksi
5
Cara penularan
Makan sayuran/buah2an yang tercemar tinja
kucing (sumber ookista)
Makan daging yang masih mentah atau kurang
matang (mengandung kista)
Melalui kontaminasi mukosa
Secara vertikal dari ibu ke janin (transplasental)
Melalui transplantasi organ
Melalui transfusi darah
6
7
Gillespie SH & Pearson RD, Principle &
Practice in Clinical Parasitology, 2001
8
Gejala klinik
Toxoplasmosis yang terjadi pada orang
dewasa maupun anak-anak umumnya
asimptomatik
Biasanya terjadi limpadenopati dan rasa
lelah, kadang-kadang disertai demam,
malaise, sakit kepala dan myalgia
Pada umumnya infeksi ini tidak
menimbulkan masalah
9
Toxoplasmosis
Infeksi Akut
Parasitemia
Jaringan/organ
Antibodi
10
11
Toxo IgM
Muncul 5 hari setelah infeksi, meningkat
cepat dalam 1-2 mg, mencapai titer
puncak dalam 1-4 mgg
Menghilang dalam beberapa bulan
Dapat menetapkan sampai >6 bulan
bahkan sampai bertahun-tahun
IgM ibu tidak dapat menembus plasenta
IgM pada janin mulai dibentuk pada
trimester I
12
Toxo IgG
Muncul 1-2 mgg setelah infeksi primer, mencapai titer
puncak dalam 4-8 mgg
Menurun setelah beberapa bulan/thn (5%)
Menetap seumur hidup dengan titer rendah
IgG ibu dapat melewati plasenta, terdeteksi pada
kehamilan 20-24 mgg
IgG pada neonatus adalah IgG yang berasal dari ibu.
Waktu paruh pada neonatus 28 hari
Bayi dapat membentuk IgG sendiri pada usia 2-3 bulan
Aviditas IgG yang tinggi dapat menyingkirkan adanya
infeksi akut

13
Diagnosis Infeksi Primer Toxo
ditandai dengan:
Serokonversi IgG dari negatif ke positif
atau peningkatan titer IgG yang bermakna
dengan pemeriksaan serial (> 2x)
IgM dan/atau IgA positif
IgG avidity yang rendah
14
Manfaat Pemeriksaan IgG avidity
Pada hasil IgG dan IgM (+)
Menyingkir kan adanya infeksi primer yang
terjadi < 4 bulan sebelumnya, sehingga
pasien tidak perlu diberikan pengobatan
Lebih dari 50% kasus dengan IgM (+)
adalah infeksi lampau
15
Manfaat Pemeriksaan IgG avidity
Pada hasil dimana IgG meningkat dan IgM
(-)
Untuk membedakan infeksi primer
(dimana IgM cepat menghilang) dengan
reaktivasi serologik (adanya infeksi
rekuren atau reinfeksi)
16
17
Diagnosis Toksoplasmosis
Kongenital
IgM dan/atau IgA positif
IgG yang menetap pada tahun pertama
setelah kelahiran
18
Indikasi Pemeriksaan Serologi
Wanita sebelum hamil
Bila negatif,periksa pada kehamilan dini
Sebulan sekali khususnya pada TM I, selanjutnya
setiap trimester atau
Minimal setiap TM
Pada saat hamil, bila belum pernah diperiksa
Neonatus yang ibunya terinfeksi primer pada
saat hamil
Penderita yang diduga terinfeksi
19
Pencegahan
Primer
Edukasi bagi para wanita usia subur (ibu-
ibu yang akan/sedang hamil)

Sekunder
Melakukan pemeriksaan serologi bagi
pasien yang akan hamil (atau yang
baru/sedang hamil bagi yang seronegatif)
20
Pencegahan
Masaklah daging sampai matang
Hindari memegang mulut dan mata pada waktu
mengolah dagin mentah, cucilah tangan dgn bersih
Cucilah permukaan dan peralatan dapur yang
bersentuhan dengan daging mentah
Cucilah buah2an dan sayuran dengan bersih sebelum
dimakan
Pakailah sarung tangan bila berkebun/menyentuh benda
yang mungkin terkontaminasi kotoran kucing
Rendamlah piring makan kucing selama 5 menit dengan
air mendidih
21
Pengobatan dini
Mencegah meluasnya infeksi ke janin
Mencegah kerusakan jaringan lebih lanjut
Meregenerasi dan menyembuhkan
jaringan yang mungkin diperbaiki
Mengurangi frekuensi gejala sisa atau
beratnya gejala sisa

22
Pengobatan
Ibu hamil dengan hasil serologi: IgM (+).
IgG (+), IgG avidity low
Pemeriksaan prenatal/amniocentesis:
PCR negatif : 3 mgg
PCR positif, USG normal; sepanjang
kehamilan
Bayi dengan hasil serologi: IgM (+)
dan/atau IgA (+)
23
RUBELLA
24
Sumber Infeksi
Sekresi Nasofaring
Ibu yang terinfeksi pada saat hamil
25
Cara Penularan
Melalui jalur pernafasan (horizontal)
Secara vertikal dari ibu ke janin
(transplasental)
26
Indikasi Pemeriksaan Serologi
Wanita sebelum hamil
Pada kehamilan dini dan pada kehamilan
menjelang 20 mgg (bagi yang seronegatif)
Neonatus yang ibunya terinfeksi primer
pada saat hamil
Penderita yang diduga terinfeksi
Pasca vaksinasi
27
Kekebalan terhadap Rubella
Infeksi dapatan: biasanya permanen
Infeksi kongenital: sepertiga akan hilang
menjelang remaja
Pasca vaksinasi:
Dewasa : bertahan > 8 th (titer tinggi)
Anak2 : 25% kehilangan antibodi 5 tahun
kemudian
28
Cytomegalovirus (CMV)
29
Sumber infeksi
Saliva
Urin
Sekresi serviks/vagina
Sperma
ASI
Darah/organ donor yang terinfeksi
Ibu yang terinfeksi pada saat hamil
30
Cara penularan
Respiratory droplets
Kontak dengan sumber infeksi (saliva,
urin, sekresi serviks, dan vagina, sperma,
ASI, air mata)
Melalui transfusi dan transplantasi organ
Secara vertikal dari ibu ke janin
Prenatal (plasenta)
Perinatal (pada saat kelahiran)
Postnatal (ASI, kontak langsung)
31

32
Indikasi Pemeriksaan Serologi
Donor darah/organ
Resipien organ transplantasi
Wanita sebelum hamil, bila negatif periksa
pada kehamilan dini selanjutnya pada
kehamilan lanjut neonatus yang ibunya
terinfeksi
33
Hal-hal yang perlu diperhatikan
IgM dapat ditemukan positif pada:
Infeksi primer
Infeksi lampau sebagai IgM residu
Reaktivasi
Reinfeksi
Stimulasi poliklonal oleh EBV, HSV

Bila IgM (+)
Diperlukan pemeriksaan tambahan untuk memastikan
adanya infeksi primer
> 60% IgM (+) bukan disebabkan oleh infeksi primer
34
Pencegahan
Jangan mencium anak2 usia dibawah 6 thn pada mulut
dan pipi
Jangan makan/minum pada piring/gelas yang sama atau
menggunakan sikat gigi yang sama dgn anak kecil
Cucilah tangan dgn sabun dan air setelah mengganti
popok bayi atau setelah kontak dgn air liur anak
Petugas di pusat perawatan/penitipan bayi sebaiknya
menggunakan sarung tangan saat mengganti popok
Cucilah mainan anak dengan sabun dan air
35
Herpes Simpleks Virus
(HSV)
36
Sumber infeksi
Saliva
Cairan vesikel
Ibu yang terinfeksi pada saat hamil
37
Cara penularan
Kontak dengan lesi
Kontak tidak langsung
Secara vertikal dari ibu ke janin
Prenatal (plasenta jarang 1:200.000
kehamilan)
Perinatal
Postnatal
38
Indikasi Pemeriksaan Serologi
Penderita yang diduga terinfeksi
Wanita sebelum hamil
Bila (-) periksa pada kehamilan dini
Bila (-), periksa pasangannya
Bila (-), pasangan (+) dgn riwayat Herpes
Genital, periksa (istri) menjelang akhir
kehamilan
Neonatus yang ibunya terinfeksi
39
Pencegahan
Hindari melakukan hubungan seksual bila
terdapat lesi pada alat genital
Sebaiknya menggunakan kondom
Proses kelahiran dilakukan dengan
Caesarean section, bila terdapat lesi
(mencegah transmisi ibu-bayi)
40
Virus
Trans-
plasental
During
Birth
Shortly
after Birth
Rubella ++ - -
CMV + ++ ++*
HSV + ++ +
Toxo ++ - _
VZV ++ + +
HBV + ++ ++
*Breast Milk
41
Pada umumnya, infeksi TORCH yang terjadi
pada ibu hamil tidak bergejala sehingga
untuk mendiagnosis adanya infeksi
TORCH diperlukan pemeriksaan
laboratorium
42
Cara mengetahui infeksi TORCH adalah
dengan mendeteksi adanya antibodi
dalam darah, yaitu dengan pemeriksaan:

Anti Toxoplasma IgM & IgG
Anti Rubella IgM & IgG
Anti CMV IgM & IgG
Anti HSV2 IgM & IgG
43
Mengapa ibu hamil perlu melakukan
pemeriksaan TORCH
Infeksi TORCH yang terjadi pada ibu hamil
dapat menyebabkan keguguran, bayi lahir
prematur, dan dapat juga menyebabkan
kelainan pada janin yang dikandungnya
44
Kelainan yang muncul dapat
berupa:
Kerusakan mata (radang mata)
Kerusakan telinga (tuli)
Kerusakan jantung
Gangguan pertumbuhan
Gangguan saraf pusat
Kerusakan otak (radang otak)
Keterbelakangan mental
Pembesaran hati dan limpa
45
Siapa & kapan perlu melakukan
pemeriksaan TORCH
Wanita yang akan hamil atau
merencanakan segera hamil
Wanita yang baru/sedang hamil
Bayi baru lahir yang ibunya terinfeksi pada
saat hamil
46
DIAGNOSIS LAB PADA
KEGANASAN SISTEM
REPRODUKSI
47
Peran lab klinik dalam Onkologi:
~ Diagnosis dini
~ Deteksi sisa sel kanker
~ Kekambuhan dini
~ Prognosis

Bioteknologi:
~ Analisa Kimia
~ Analisa Sitogenetik
~ Analisa Imunologik
~ Analisa DNA, Amplifikasi/PCR
48
Onkogen & penanda ganas
(tumor marker)
Normal
Growth Promoting
Onkogen
Growth Constraining
Supressor Genes
Proliferasi
Sel 10%
49
Tumor : terjadi perubahan pada gene
: Growth promoting onkogenes ||
: Growth constraining supressor
genes ++

Rangsangan sel yang terus menerus
Inactivasi tumor supressor genes
Transformasi sel ke arah keganasan (G0 G1)
Munculnya fenotip abnormal dari sel
preneoplastik
50
Perubahan pada bentuk sel ganas sering
dikaitkan dengan:
Perubahan molekul-molekul pada permukaan
sel; (C-cellB2) (Amplifikasi growth factor
receptor)
Akumulasi precursor glicolipid & glicoprotein
Antigen yang diproduksi oleh sel janin (onkofetal
antigen)
Substansi / antigen yang tak khas
51
Kelas antigen pada permukaan sel kanker:
Kelas :
1. Hanya ditemukan pada sel kanker Autolog
(189 melanoma & astrocytoma 10 ......)
2. Ditemukan pada kanker tertentu dan kanker lain yang
asal usul selnya sama bahkan juga pada beberapa
jenis sel normal
3. Diproduksi oleh beberapa jenis sel baik ganas maupun
normal
52
Penanda ganas (tumor marker)
TAA Tumor Associated Antigen

Definisi:
TM menyatakan berbagai substansi yang diproduksi
atau dimunculkan oleh sel kanker maupun sel jinak
sebagai respon terhadap adanya keganasan.
Substansi-substansi ini dapat dijumpai dalam sel,
jaringan atau cairan tubuh dan dapat diukur secara
kualitatif maupun kuantitatif dengan metode kimia,
imunologi maupun biologi molekuler
TM adalah substansi biollogik seperti antigen protein,
hormon atau enzim yang dibentuk oleh sel kanker atauk
dibentuk oleh pengidap sebagai reaksi adanya kanker
dalam tubuh
53
Dapat ditentukan secara
Celluler PA, PK
Molekuler DNA Probe
Serologik :
Penanda respon penderita (host respon marker)
Penanda proliferasi
Penanda differensiasi
Penanda pertumbuhan dan destruksi sel (cell turn
over marker)
54
Penanda respon pdrt:
Alkali phosphatase
Gamma () GT
CRP
|2 mikroglobulin
o2 makroglobulin
Dll
Penanda proliferasi:
Ki-67
TPS (Tissue
polypeptide specific
antigen)
55
Penanda differensiasi:
Substansi yang dalam keadaan normal
diproduksi oleh sel atau jaringan tumor seperti:
Enzim/isoenzim
Hormon
PSA Prostat specific antigen
HCG Mola Chorio Ca
AFP Ca hepar
Ca 15-3 Ca mammae
SCC Ca cervix
Ca 125 Ca ovarium
56
Penanda pertumbuhan & destruksi
sel (Cell turn over markers):
LDH
Fosfatase alkali placenta
Asam sialat
Sitokeratin (CK8, CK 18, CK 19, CYFRA)
57
Panel TM pada beberapa jenis kanker
Kanker Prostat PAP, PSA
Kanker Kolorectal CEA, Ca 19-9
Kanker Payudara Ca 15-3, CEA, MCA
Kanker Paru CEA, NSE, SCC, AFP
Kanker Pankreas Ca 19-9, CEA, Ca 125
Kanker Ovarium Ca 125, Ca 50
Neruoblatoma VMA, NSE, Feritin
58
Ca 125
Glicoprotein, BM 200.000 d
Ditemukan pada epitel Coelomic Embryonal
Normal dijumpai pada jaringan embryonal, pleura, pericard,
peritoneum
Normal : kadar 8 -10 IU/ml
Patologis 35 IU/ml (B terendah) 65 IU/ml (B tertinggi)
Nilai 35 IU (batas terendah) hasil (+) pada orang sehat 1%,
sensitivitas 83%
Nilai 65 IU (batas tertinggi)
Sensitivitas 80% ....................................................
90% ...................................................
99,5% Non neoplasma (-)/.....................................
Meningkat pada:
Ca ovarium
Ca endometroid
Ca pankreas
Ca GIT
Ca mammae
59
HCG (human chorionic gonadotropin)
Dibentuk oleh sel trofoblas yang normal ditemui
pada wanita hamil
Kadar meningkat sesuai dengan usia kehamilan
Sangat meninggi pada Mola hidatidosa & chorio
ca
Tumor2 non trofoblastik juga meningkat seperti:
~ Seminoma
~ Ca GIT
~ Ca Pankreas
~ Terato Ca
60
TPA (Tissue Polypeptide Antigen)
TPS (Tissue Polypeptide specific Antigen)

Merupakan rantai polypeptida, BM 20.000 D
Tidak spesific
Peningkatan proliferasi sel
Meningkat Ca paru (70%), Ca mammae, infeksi
sal. Kemih
Kombinasi dengan CEA pada Ca mammae
boleh dianjurkan
61
MAM-6 Antigen

Antigen yang diproduksi sel kanker
Normal diproduksi oleh sel tubular organ dengan
kadar kurang dari 5 U/ml
Peningkatan Ca mammae stage I (24%) II (21%)
III (43%) IV ( 79%)
Meningkat Ca ovarium, Ca prostat, Ca colon, Ca
bronchial
Dapat dipakai untuk memantau respon
pengobatan Ca mammae
62
Ca 15-3 antigen

Surface glicoprotein
Penentuan dengan menggunakanantibody
spesific
Nilai normal: < 20 U/ml
63
Ca 15-3 antigen
Surface glicoprotein
Penentuan dengan menggunakan antibody spesific
Nilai normal: < 20 U/ml
Urutan spesifisitas:
Mammae : 74%
Paru : 64%
Ovarium : 59%
Pankreas : 51%
Hati : 44%
Colorectal : 32%
Baik untuk memantau kemungkinan terjadinya
metastase Ca mammae
64
65
KYR@2009 66
Lab. Examination of reproductive
hormone

66
KYR@2009 67
Fungsi umum sex hormon
Mengontrol sifat / karakteristik sex
sekunder
Mengontrol siklus reproduksi
Mengontrol pertumbuhan &
perkembangan organ reproduksi
(terutama testis dan ovarium)
Anabolisme protein
Pria : testosteron
Wanita : estrogen & progesteron
67
KYR@2009 68
Endokrinologi reproduksi wanita
Hipotalamus
Gonadotropin releasing hormon
Hipofisis anterior
Luteinizing Hormon
Follicle stimulating hormon
Ovarium folikel
estrogen & progesteron
Uterus haid
68
KYR@2009 69
Chorionic Gonadotropin
Dibentuk sel tropoblast
Fungsi
Mempertahankan corpus luteum
Menunda menstruasi dan ovulasi
Diagnosis lab
Adanya hCG dalam urin cara aglutinasi ( lateks,
hemaglutinasi) atau tes hambatan aglutinasi
sebaiknya urin pagi
(+) kehamilan/peny trophoblastik
69
KYR@2009 70
Laktasi
Estrogen, progesteron, dan placental
lactogen (hPL) proliferasi kelenjar
Laktasi induksi prolaktin dan
rangsangan puting susu


70
KYR@2009 71
Reproduksi pada pria
Hipotalamus
GnRH
Hipofisis
FSH & LH
Testis

LH sel leydig testoteron
FSH tub seminiferus spermatogenesis
Lab: kadar testoteron (RIA), LH dan FSH
Pe kadar LH tanda kegagalan testis primer
71
KYR@2009 72
Fungsi umum sex hormon
Mengontrol sifat / karakteristik sex
sekunder
Mengontrol siklus reproduksi
Mengontrol pertumbuhan &
perkembangan organ reproduksi
(terutama testis dan ovarium)
Anabolisme protein
Pria : testosteron
Wanita : estrogen & progesteron
72
KYR@2009 73
Endokrinologi reproduksi wanita
Hipotalamus
Gonadotropin releasing hormon
Hipofisis anterior
Luteinizing Hormon
Follicle stimulating hormon
Ovarium folikel
estrogen & progesteron
Uterus haid
73
KYR@2009 74
Chorionic Gonadotropin
Dibentuk sel tropoblast
Fungsi
Mempertahankan corpus luteum
Menunda menstruasi dan ovulasi
Diagnosis lab
Adanya hCG dalam urin cara aglutinasi ( lateks,
hemaglutinasi) atau tes hambatan aglutinasi
sebaiknya urin pagi
(+) kehamilan/peny trophoblastik
74
KYR@2009 75
Laktasi
Estrogen, progesteron, dan placental
lactogen (hPL) proliferasi kelenjar
Laktasi induksi prolaktin dan
rangsangan puting susu


75
KYR@2009 76
Reproduksi pada pria
Hipotalamus
GnRH
Hipofisis
FSH & LH
Testis

LH sel leydig testoteron
FSH tub seminiferus spermatogenesis
Lab: kadar testoteron (RIA), LH dan FSH
Pe kadar LH tanda kegagalan testis primer
76
KYR@2009 77 77
ANEMIA

ANEMIA
SDM / Hb menurun atau keduanya.
SDM: pr < 3.6 juta/uL,lk < 4.2 juta/uL
Hb: pr < 10.6 g%, lk < 12 g%.
Klasifikasi morfologi anemia:
Hipokrom mikrositer
Normokrom normositer
Makrositer
78
Klasifikasi
Didasarkan pada pem Hb, jlh SDM, Ht.
Dari hasil pemeriksaan ini diperoleh
MCV, MCH dan MCHC
MCV = Ht / jumlah SDM x 10 fL (80-94)
MCH = Hb/jumlah SDM x 10 pg (26-32)
MCHC = Hb/Ht x 100%. (32-37)
79
KLASIIFIKASI ANEMIA
Jenis
anemia
MCV (fl) MCH (pg) MCHC
(%)
Makrositer 95 - 160 32 - 50 32 37

Normositer

80 94 26 - 32 32 37
Mikrositer
ringan
72 79 21 - 24 24 37
Hipokrom
mikrositer
50 79 19 - 29 24 30
80
ETIOLOGI ANEMIA
1. Perdarahan: Akut atau kronis
2. Hemolisis: Kongenital atau herediter:
1. Kelainan membran SDM
2.Kelainan enzim glikolitik (def G6PD);
Kel non-glikolitik (def ATPase, def
glutathion reductase)
3. Hb-patie:
Hemolisis Didapat:
1. Kel imunologik: didapat atau otoimun
2. Mekanik,
81
ETIOLOGI ANEMIA
Hemolisis didapat
3). Infeksi: bakteri, virus, parasit
4). Penyakit sistemik: hipersplenisme
5). Fisik: luka bakar, katup corbuatan
6). Kimia dan lain-lain
3.Kel prod SDM di sum-sum tulang
Gizi: Kurang protein, Fe, asam folat, B12
Gagal sutul: an. hipoplastik dan aplastik, an.
Sideroblastik
82
Anemia Defisiensi Besi
Fe dalam diet
Yg banyak Fe, btk feri, Minimal 12 mg/hari
Absorpsi Fe
Di gaster terjadi reduksi Fe
3+
Fe
2+

Absorpsi di duodenum dan proksimal
jejunum
Normal absorpsi 5% - 10%
Absorpsi Fe meningkat pada:
Bentuk fero Fe-senyawa anorganik
Asam, mis HCl, vit.C Eritropoiesis me|
Kelarutan me| dgn gula, mis fruktosa
Defisiensi Fe (Fe di depot )
83
Fungsi utama Fe dalam tubuh
pembawa oksigen
fungsi kecil lain:
reaksi dan pemindahan energi katalitik.
total rerata Fe tbh dws 35004000 mg.
Fe tbh tdpt dlm berbagai tempat:
2/3 (2500 mg) terikat dgn hem dlm Hb
Sisanya: sutul, lien hati
Senyawa myoglobin, myeloperoxidase dan
beberapa protein pembawa elektron.
84
Absorpsi Fe menurun pada:
Bentuk feri
Fe-senyawa organik
Infeksi, Gangguan pencernaan
Alkali (antasida, sekrt pankreas)
Ekses Fe
Klrtn+ krn terjdi endapan mis fitat, fosfat,
oksalat
Eritropoiesis +
Gangguan pencernaan
85
Transport Fe: Transferin
Fe dipakai untuk pembentukan:
Hb: 66.4% Feritin, hemosiderin: 30%
Myoglobulin: 3.3% Transferin 0.1%
Enz(cytocrome,catalase,peroxidase):0.2%

Etiologi defisiensi Fe
Intake tdk cukup
Gangguan dalam absorpsi
Kehilangan Fe pd prdrhn
Kebutuhan meningkat
86
Kelainan hematologis
- An hipokrom mikrositer: MCHC MCV
MCH
- Anemia ini ditemukan pada:Thalasemia,
peny. kronis dan an. Sideroblastik

Pemeriksaan Hematologi
Hb + lbh dahulu drpd SDM, lalu RBC +, kmd
Nilai absolut eritrosit + (MCHC, MCV, MCH)
WBC: N, pd kasus berat + Retikulosit N or +
PLT pd anak N or +, pd dws dpt |
Osmotik fragiliti N or +
87
Pemeriksaan sum-sum tulang
Eritropoiesis: N atau meninggi
Selularitas cukup
Hiperplasia normoblastik: NB, NP, NA
(normoblas asidofilik)
Morfologi normoblast: sel mengecil, inti
piknotis, sitoplasma menyempit, batas
tidak teratur seperti tercabik-cabik, sering
tanpa sitoplasma (Naked nucleus).
Granulopoiesis: normal
Trombopoiesis: normal
88
Pemeriksaan Laboratorium
Pem ADT:
Hipokrm mikrter, mulai terliht jelas jika
Hb < 9, Ht: < 27%
Mikrosit, mulai tampak jelas jika:
Hb: < 10 , Ht: < 34%,
Aniso/Poiki-sis dpt terlihat jika:
Hb: < 9 g dan Ht: < 27%
Pd prdrhn akut: polikromasi, jlh PLT dpt
sp 2 kali dari normal
WBC dan Trombosit: Tergantung etiologi an.
Def Fe
89
Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan Biokimia An defisiensi Fe
Fe Ser + (N: L:80150 ug/dL, W:70130 ug/dL)
TIBC tinggi (N: 230 410 ug/dL)
Saturasi transferin turun (N: 20% - 45%)
Feritin ser turun (ELISA, RIA)(N:15300 ng/dL)
Protoporfirin dlm SDM me| (N:724 ug/dL)
90
Resiko Tinggi anemia defisiensi Fe pada:
Umur 6 24 bulan
Pubertas, terutama wanita yang mulai haid
Kehamilan dan laktasi
Lahir prematur atau bayi kembar

Respons terhadap terapi
Retikulositosis, Hb naik 0.1 0.2 g% / hari
Diagnosis banding anemia defisiensi Fe
Thalassemia ,
Anemia pada penyakit kronis
Anemia sideroblastik
91
Thalassemia
Beta-Thalassemia mayor (Cooleys anemia)
Anemia berat
Stlh umur 3 6 bln terjadi pergantian rantai |
Hepatosplenomegali
Hemopoiesis ekstrameduler
Hiperplasia sutul korteks menipis cend fraktur
Overloading Fe (500 mL drh mengandung 250 mg
Fe) hemosiderosis
Thalassemia
0
: tidak ada rantai beta HbA
2
dan
HbF |
Thalassemia
+
: sedikit rantai beta HbA, HbA2
dan HbF |
92
Kelainan Hematologis:

ADT: hipo-mikrositer
SDM bizare sel target (5-30%)
tear drop cell normoblas (+)
basofilik stipling (3+)
polikromasi (karena retikulositosis)
anisositosis (makrosit dan mikrosit)
o HbF meningkat : 10 90% (N: 0.2 2%)
o HbA2 meningkat: 1.4 20% (N: 1.8 3.5%)
o WBC: dalam batas normal
o Trombosit dalam batas normal
93
Beta-Thalassemia Minor

Anemia ringan or tanpa anemia (Hb > 9 g%)
ADT: hipo-mikrositer, basofilik stipling (+)
sel pencil (-), normoblas (-)
HbA2 me| > 3.5% (tanda diagnostik)
HbF normal atau agak me | (3 5%)
Ke2 ortu beta-Thalassemia minor 25%
anak mungkin b-Thala-minor

Thalassemia intermedia
Anemia hipokrom mikrositer, Splenomegali
94
Alfa-Thalassemia
Ke4 rantai alfa utk O
2
tak terbtk, mis. Hb Barts
(4) dan HbH (4)
Terjadi IUFD dan lahir dgn Hydrops Foetalis

Terapi Thalassemia
Hb < 8g%: transfusi sp Hb 10g% ( + 2-3 unit / 2-
4 mgg)
Deferoxamine (untuk mengikat besi):
750 mg IM (ekskresi Fe mll urine 2.2 44.8 mg
/24 jam, jika tdk diberikan deferoxamin ekskresi
besi hanya 0.1 2.5 mg / 24 jam).
Pemberian Sc infusion: 1.5 g deferoxamine
dalam 18 jam (ekskresi mll urine 2.4 kali
dibanding pemberian IM) 95
Pemeriksaan Laboratorium pada Hb abnormal

Elektroforesis Hb
Pemisahan Hb abnormal
HbA2, dpt dgn: Starch gel; Collum
chromatography
Sickling Test
Prinsip: Sel sickle terbentuk bila oksigen menurun
Reagen: Reduktor kuat, misal: Na-bisulfite 2%,
Na-dithionite
Alkali Denaturation Test
Prinsip: HbA didenaturasi basa kuat (mis. KOH)
lalu diendapkan oleh (NH4)
2
SO
4
. HbF tidak
didenaturasi dan terdapat di filtrat ukur dengan
spektrofotometer
96
Test Kleihauer
Hb dipresipitasi, fiksasi + buffer. HbA larut
dan dikeluarkan dari eritrosit, lalu sediaan
diwarnai dengan eosin.
Hasil: Sel HbA: tdk berwarna (Gost cell),
Sel HbF: warna merah

Heat Denaturation Test
Untuk: Hb yang tidak stabil
Cara : Hemolisat + buffer fosfat 0.1 M pH
7.4, inkubasi 50
0
C, 1 2 jam
Hasil : Endapan (+) Unstable Hb (+)
97
COOMBS, TEST
Coombs test direk
Deteksi: Ab or C pd SDM
Agg (+) tdpt pd:
HDN
Autoimmune hemolytic
anemia (AIHA)
Drug induced hemolytic
anemia (DIHA)
Reaksi transfusi pada ABO-
incompatibility

Coombs test Indirek
Deteksi Ab di serum
Agg (+): sensitasi SDM
terjadi in-vitro)
Bagian cross-match
mendeteksi Ab di serum
resipien thdp SDM
donor
Ab di serum pr hamil
Ab di serum os AIHA

98
Hemolytic Disease of the Newborn (HDN)
Iso-antibodi IgG dr sirkulasi drh ibu
menembus plasenta dan bereaksi dengan
eritrosit foetus di sirkulasi foetus

Rh-HDN
Ibu Rh (-) mengandung bayi Rh (+)
Sensitasi dpt pula trjd kar abortus atau
transfusi sebelumnya
99
Klinis
Berat: IUFD dengan Hydrops foetalis
Penyakit sedang: anemia berat, ikterus,
pucat, takikardia, edema, hepato
splenomegali.
Bila bil indi > 30 mg% deposit pigmen di
ganglia basalis menyebabkan Kernicterus
Penyakit ringan: anemia ringan

100
Pemeriksaan hematologi

Hb + (N pada newborn:21 27 g%)
Retikulositosis sp 60%
Normoblastosis: 10
4
10
5
/uL (N:2002000 /
uL)
Leukositosis sp 30.000/uL (N:15.000
20.000/ uL)
Bilirubin indirek me| (> 30 mg%
Kernicterus)
Coombs test direct (+) dari darah tali pusat
101
Terapi Rh-HDN
Bayi: - tranfusi tukar dan atau foto terapi
Ibu hamil (Rh negatif):
- Pem titer Ab mulai umur kehamilan 24 mgg, cek tiap
4 mgg
- Partus prematurus > 35 mgg
- Anti-D 100 ug, IM, dalam waktu 72 jam setelah lahir

ABO-HDN
Pd bayi dgn gol A atau B (tersering A) dari ibu
golongan O
Anemia ringan, sferositosis, Bil ind | (Kernicterus
negatif)
Coombs test direct biasanya negatif
102
103

You might also like