You are on page 1of 58

Anatomi saluran pernapasan

Agnestia ayu utami 2008730046

Saluran nafas dibagi menjadi dua:

- Saluran pernafasan atas

1. hidung 2. faring (nasofaring, orofaring, laringofaring) - Saluran pernafasan bawah 1. laring (epiglotis, glotis, kartilago thyroid, kartilago krikoid, kartilago aritenoid) 2. trakea 3. bronchial tree

Saluran pernafasan atas


Hidung

Fungsi hidung dan cavitas nasi : a. Fungsi penghidu b. Pernafasan c. Penyaringan debu d. Pelembapan udara pernapasan e. Penampungan sekret dari sinus paranasales dan ductus nasolacrimalis

Terdapat 3 fungsi Rongga Hidung, antara lain :

a. Dalam hal pernafasan, udara yang diinspirasi melalui rongga hidung akan menjalani tiga proses yaitu penyaringan (filtrasi), penghangatan, dan pelembaban. Penyaringan dilakukan oleh membran mukosa pada rongga hidung yang sangat kaya akan pembuluh darah dan glandula serosa yang mensekresikan mukus cair untuk membersihkan udara sebelum masuk ke Oropharynx. Penghangatan dilakukan oleh jaringan pembuluh darah yang sangat kaya pada ephitel nasal dan menutupi area yang sangat luas dari rongga hidung. Dan pelembaban dilakukan oleh concha, yaitu suatu area penonjolan tulang yang dilapisi oleh mukosa.

b. Epithellium olfactory pada bagian meial rongga hidung memiliki fungsi dalam penerimaan sensasi bau. c. Rongga hidung juga berhubungan dengan pembentukkan suara-suara fenotik dimana ia berfungsi sebagai ruang resonansi.

Nasofaring

- ada saluran penghubung antara nasopharinx dengan telinga bagian tengah, yaitu Tuba Eustachius dan Tuba Auditory - ada Phariyngeal tonsil (adenoids), terletak pada bagian posterior nasopharinx, merupakan bagian dari jaringan Lymphatic pada permukaan posterior lidah - Mempunyai fungsi respiratorik. - Merupakan bagian tengah faring antara palatum lunak dan tulang hyoid. Refleks menelan berawal dari orofaring menimbulkan dua perubahan, makanan terdorong masuk ke saluran pencernaan (oesephagus) dan secara simultan katup menutup laring untuk mencegah makanan masuk ke dalam saluran pernapasan (Seeley,2004) -Mempunyai fungsi pencernaan makanan Merupakan posisi terendah dari faring. Pada bagian bawahnya, sistem respirasi menjadi terpisah dari sistem digestil. Makanan masuk ke bagian belakang, oesephagus dan udara masuk ke arah depan masuk ke laring.

Orofaring

Laringofarin g

Saluran pernafasan bawah

Laring
Epiglotis daun katup kartilago yang menutupi ostium ke arah laring selama menelan ostium antara pita suara dalam laring kartilago terbesar pada trakea, sebagian dari kartilago ini membentuk jakun (Adams Apple) satu-satunya cincin kartilago yang komplit dalam laring (terletak di bawah kartilago thyroid)

Glotis Kartilago thyroid

Kartilago krikoid

Kartilago aritenoid

digunakan dalam gerakan pita suara dengan kartilago thyroid

2 fungsi laring :

a. Laring sebagai katup, menutup selama menelan untuk mencegah aspirasi cairan atau benda padat masuk ke dalam tracheobroncial b. Laring sebagai katup selama batuk

Trakea
Panjang 11-12 cm,

diameter 2,5 cm Vertebrae cervicalis VI vertebrae thoracal V-VI Terdiri 16-20 cincin tulang rawan

Bronchial

Right principal bronchus

Left principal bronchus

- Lebih pendek, lebar, dan lebih vertical dibanding kiri, panjang 2.5cm, sudut : 22 - 25o dari garis tengah - Lebih banyak benda asing masuk ke Bronchus kanan.

- Lebih sempit, Lebih panjang, dan lebih horizontal dibanding kanan, panjang 5cm, Sudut : 35 - 36o dari garis tengah. Bronchus Principalis Dexter & Sinister Setinggi Corpus Vertebra Th 5. Masing-masing principal bronchus bercabang menjadi lobar bronchi (2 kiri, 3 kanan), sesuai lobus paru. Masing-masing lobar bronchus akan bercabang menjadi segmental bronchi, sesuai dengan segmental paru.

Teknik-teknik anestesi dan komplikasi

Intravena

Inhalasi Umum Intramuscular

Rectal Anestesi Spinal

Epidural Regional

Caudal

Blok

ANESTESIA UMUM
Adalah tindakan meniadakan nyeri secara sentral disertai hilangnya kesadaran & bersifat reversible. The triad of anesthesia. Sedasi
Analgesi Relaksasi

Persiapan Induksi
S = Scope

Stetoskop, untuk mendengarkan suara paru dan

jantung.

Laringo-Scope. Pilih bilah yang sesuai dengan


usia pasien. T = Tubes Pipa trakea. Pilih sesuai usia. Usia <5 tahun tanpa balon (cuffed) dan > 5 tahun dengan balon. A = Airway Pipa mulut-faring (Guedel, orotracheal airway) atau pipa naso-tracheal airway. Pipa ini untuk menahan lidah saat pasien tidak sadar untuk menjaga supaya lidah tidak menyumbat jalan napas. T = Tape Plester untuk fiksasi pipa supaya tidak terdorong atau tercabut. I = Introducer Mandrin atau stilet dari kawat dibungkus plastic (kabel) yang mudah dibengkokkan untuk pemandu masukknya pipa trakea. C = Connector Penyambung antara pipa dan peralatan anesthesia. S = Suction Penyedot lendir, ludah, dan lain-lainnya

Induksi Intravena
No
1

Jenis Obat
Tiopental (tiopenton, pentotal)

Dosis
37 mg/kgBB

Keterangan
-IV dng kepekatan 2,5 % -Menyebabkan nyeri

Propofol (recopol, diprivan)

2 3 mg/kg BB

-IV dng kepekatan 1 % -Nyeri 1 sblmnya biasanya diberi lidokain 1 mg/kgBB IV

Ketamin (ketalar)

12 mg/kgBB

-- Pasca anastesi halusinasi dianjurkan sblmnya menggunakan sedatif ;midazolam(dormicum) -Tidak dianjurkan pd pasien TD tinggi (> 160 mmHg) -Pasien tidak sadar, mata terbuka

Induksi Inhalasi
Hanya dikerjakan dengan halotan (fluotan) atau

sevofluran. Cara induksi ini dikerjakan pada bayi atau anak yang belum terpasang jalur intravena atau pasien dewasa yang takut disuntik. Induksi halotan memerlukan gas pendorong O2 atau campuran N2O dan O2. Induksi dimulai dengan aliran O2 > 4 liter/menit, dimulai dengan halotan 0,5 vol% sampai konsentrasi yang dibutuhkan. Induksi sevofluran langsung diberikan dengan konsentrasi tinggi 8 vol% kemudian konsentrasi

Induksi Per Rektal


Cara ini hanya untuk anak atau bayi

menggunakan tiopental atau midazolam.

Induksi Muskular (IM)


Sampai sekarang hanya ketamin (ketalar) yang dapat diberikan secara intramuskular Dosis : 5-7 mg/kgBB dan setelah 3-5 menit pasien tidur

Pemeliharaan (Maintanance)
Dapat dikerjakan dengan scr intravena (IV) atau

inhalasi atau dengan campuran keduanya Rumatan IV : mis dengan opioid dosis tinggi, fentanil 1050 g/kgBB Untuk mengembangkan paru + O2 atau N2O + O2
Rumatan inhalasi : campuran N2O dan O2 = 3 : 1

ditambah ; Halotan 0,5 2 vol %, atau Enfluran 2 4 vol %, atau Isofluran 2-4 vol %, atau Sevofluran, 2-4 %. (bergantung apakan pasien bernapas spontan,/

Anestesia Regional
Penggunaan

obat

analgetik

lokal

untuk

menghambat

hantaran

saraf

sensorik,

sehingga impuls nyeri dari suatu bagian tubuh

diblokir untuk sementara (reversible). Fungsi


motorik dapat terpengaruh sebagian atau seluruhnya. Penderita tetap sadar.

ANALGESIA SPINAL
Pemberian analgetik lokal ke dalam ruang

subaraknoid. Indikasi:
Bedah ekstremitas bawah Bedah panggul Bedah obstetri-ginekologi Bedah urologi Bedah abdomen bawah

Tindakan sekitar rektum-perineum

Kontraindikasi Analgesia Spinal


Absolut Pasien menolak Infeksi pada tempat Relatif Infeksi sistemik (sepsis,

suntikan Hipovolemia berat, syok Koagulapati/ mdapat terapi antikoagulan Tekanan intrakranial meningkat Fasilitas resusitasi minim Kurang pengalaman/ tanpa didampingi konsultan anestesia.

bakteremia) Infeksi sekitar tempat suntikan Kelainan neurologis Kelainan psikis Bedah lama Penyakit jantung Hipovolemia ringan Nyeri punggung kronis

Persiapan Analgesia Spinal


Informed consent

Pemeriksaan fisik Tidak dijumpai kelainan tulang punggung dan lainlainnya. Pemeriksaan laboratorium anjuran Hemoglobin Hematokrit Prothrombine time (PT) Partial thromboplastine time (PTT)

Peralatan Analgesia Spinal


Peralatan monitor
Tekanan darah, nadi, pulse oximeter dan EKG.

Peralatan resusitasi/ anestesi umum Jarum spinal


Ujung tajam (ujung bambu runcing = Quincke-

Babcock) Ujung pensil (pencil point, whitecare)

Teknik Analgesia Spinal


Monitoring tanda-tanda vital Posisi duduk atau posisi tidur lateral dekubitus. Pasien membungkuk maksimal agar prosesus

spinosus mudah teraba. Tentukan perpotongan garis kedua krista iliaka dengan garis tulang punggung adalah L4 atau L4-L5. Tempat tusukan L2-L3; L3-L4; atau L4-L5. Sterilkan tempat tusukan dengan alkohol atau povidone iodine.

Penyuntikan jarum spinal no.22 (no. 23, 25

atau 26) pada bidang median dengan arah 10-30o terhadap bidang horisontal (ke arah kranial). Jarum akan menembus kulit, subkutis, lig. supraspinosus, lig. interspinosus, lig. flavum, ruang epidural, duramater & ruang subaraknoid. Mandrin atau stilet dicabut dan diharapkan likuor serebrospinalis menetes keluar.

Bila likuor tidak keluar tetapi yakin ujung

jarum pada posisi benar, maka jarum diputar


90o.
Setelah likuor menetes, obat analgetik lokal

dimasukkan ke ruang araknoid tersebut.

Komplikasi Analgesia Spinal


Komplikasi dini : Sirkulasi Hipotensi akibat vasodilatasi dan blok simpatis

(venous pooling). Bradikardi akibat aliran balik berkurang atau blok simpatis T1-T4 Respirasi Apnea akibat blok spinal terlalu tinggi, hipotensi berat, dan iskemik medula. Gastro-intestinal Mual muntah

Komplikasi yang tertunda

Post lumbal puncture headache dengan ciri

khas: Terasa lebih berat pada perubahan posisi dari tidur ke posisi yang bervariasi. Mulai terasa 24-48 jam pasca pungsi lumbal.

Tatalaksana Komplikasi
Hipotensi Kristaloid 10-15 ml/kgBB dalam 10 mnt. Bila masih hipotensi : vasopresor. Efedrin intravena 10 mg diulang tiap 3-4 mnt sampai tercapai TD yang diinginkan. Bradikardi Diberikan sulfas atropin intravena 1/8-1/4 mg.

Post lumbal puncture headache Posisi berbaring terlentang minimal 24 jam. Hidrasi adekuat. Epidural blood patch (5-10 ml)

Anestesi Epidural
Adalah blokade saraf dengan menempatkan obat di

ruang epidural (peridural,ekstradural). Ruang ini berada antara ligamentum flavum dan duramater. Obat anestesi bekerja langsung pada akar saraf spinal yang terletak di bagian lateral

Indikasi Anestesia Epidural


Pembedahan dan penanggulangan nyeri pasca

bedah Tata laksana nyeri saat persalinan Penurunan tekanan darah saat pembedahan supaya tidak banyak perdarahan Tambahan pada anestesia umum ringan karena penyakit tertentu pasien.

Teknik Analgesia Epidural


Posisi

pasien saat tusukan seperti pada analgesia spinal Tusukan jarum epidural dikerjakan pada ketinggian L3-4 karena jarak antara ligamentum flavum-duramater merupakan yang terlebar Jarumnya : jarum ujung tajam (Crawford) dan jarum ujung khusus (Tuohy) untuk memandu memasukkan kateter ke ruang epidural.

Mengenali

ruang epidural dengan teknik : hilangnya resistensi (loss of resistance) dan teknik tetes tergantung (hanging drop) Uji dosis (dilakukan setelah ujung jarum berada dalam ruang epidural) Dilakukan penyuntikan secara bertahap setiap 35 menit sebanyak 3-5 ml sampai tercapai dosis total Uji keberhasilan epidural

Komplikasi
Depresi kardiovaskular (hipotensi)

Hipoventilasi
Mual-muntah

Anestesia Kaudal
Sebenarnya sama dengan anestesia epidural,

karena kanalis kaudalis adalah kepanjangan dari ruang epidural dan obat ditempatkan di ruang kaudal melalui hiatus sakralis. Indikasi : Bedah daerah sekitar perineum,anorektal misalnya hemoroid dan fistula perianal. Kontra indikasi : sama seperti analgesi spinal

Teknik Anestesia Kaudal


Posisi

pasien telungkup dengan simfisis diganjal (tungkai dan kepala lebih rendah dari bokong) Gunakan jarum biasa/jarum dengan kateter vena ukuran 20-22 pada dewasa Identifikasi hiatus sakralis dengan menemukan kornu sakralis kanan dan kiri serta spina iliaka superior posterior. Setelah dilakukan tindakan a dan antiseptik ditusukkan jarum, mula-mula 90 derajat setelah itu menjadi 45-60 derajat dan jarum di dorong sedalam 1-2 cm. kemudian suntik

Anestesia Regional Intravena (Bier Block)


Dapat dikerjakan untuk bedah singkat sekitar 45

menit pada lengan atau tungkai. Biasanya hanya dikerjakan untuk orang dewasa dan pada lengan.

Anestesia Spinal Total


Adalah anestesia spinal intratekal/epidural

yang naik sampai di atas daerah servikal. Biasanya tidak disengaja, pasien batukbatuk,dosis obat berlebihan,terutama pada anestesia epidural. Tanda klinisnya : Pasien merasa tanganya kesemutan,lidah kesemutan,napas berat,mengantuk,kemudian tidak sadar, bradikardi,hipotensi berat,henti napas dan pupil midriasis

Tindakanya dengan menaikkan curah jantung,

infus cairan koloid 2-3 liter,menaikkan kedua tungkai,kendalikan pernapasan dengan O2 100% kalau perlu intubasi trakea . Beri atropin untuk bradikardi dan efedrin untuk hipotensi

Teknik Anestesia Regional Intravena


Pasang kateter vena pada kedua punggung

tangan. Pada sisi tangan yang akan dibedah digunakan untuk memasukkan obat anestesi,sedangkan sisi yang lain untuk memasukkan obat yg nanti diperlukan Eksanguinasi (mengurangi darah) pada sisi lengan yg akan dibedah dengan menaikkan lengan dan peras lengan secara manual Pasang pengukur tekanan darah pada lengan atas Suntikkan lidokain/prilokain 0,5% 0,6 ml/kg melalui kateter punggung tangan. Analgesi tercapai dalam 5-15 menit

KOMPLIKASI ANESTESIA
Komplikasi yang terjadi pada periode perioperatif

dapat dicetuskan oleh tindakan anestesia sendiri dan/atau kondisi pasien.


Komplikasi anestesia dapat berakhir dengan

kematian atau cacat menetap jika tidak dideteksi dan ditolong segera dengan tepat.
Gejala-gejala komplikasi kadang-kadang datangnya

tidak diduga kendatipun tindakan anestesi sudah dilaksanakan dengan baik.

Komplikasi anestesia :
1. Kardivaskular 2. Respirasi 3. Mata 4. Perubahan cairan tubuh

5. Neurologi
6. Lain-lain

Komplikasi Kardiovaskular
Hipotensi
Sistole < 70 mmHg atau turun 25% dari nilai sebelumnya. Atasi dengan infus cairan kristaloid/ koloid dipercepat, bila perlu

vasopresor.
Hipertensi
Karena anestesia tidak adekuat, dosis anestetika ditambah. Karena kesakitan setelah anestesia, berikan analgesik. Bila persisten, berikan penghambat beta adrenergik (propanolol) atau

obat vasodilator (nitrogliserin).


Aritmia jantung
Karena hipoksia, hiperkapnia, tindakan intubasi, ggn elektrolit dsb.

Terapi bervariasi.
Payah jantung
Karena pemberian cairan berlebihan dengan gejala hipotensi, sesak

napas, ronki basah pada kedua paru. Terapi dengan restriksi cairan, diuretika, digitalis, pernapasan dgn tek. Positif.

Komplikasi Respirasi
Obstruksi jalan napas Apnea

Intubasi endotrakheal
Batuk Cekukan (hiccup)

Atelektasis
Pneumotoraks Muntah & regurgitasi

Muntah & Regurgitasi


Etiologi Masih terjadi sisa makanan dalam lambung atau esofagus, disebabkan:
puasa terlalu singkat, obstruksi pilorus, rangsangan

peritonium (peritonitis) dan ileus obstruktif.

Pengosongan lambung terlambat, terjadi pada: Wanita hamil, trauma kepala, pasien ketakutan atau kesakitan.

Bahaya muntah dan regurgitasi Isi lambung padat dapat menyumbat jalan napas dgn akibat asfiksia, hipoksia, dan hiperkapnia. Asam lambung masuk dalam bronkus menyebabkan refleks depresi jantung. Asam lambung akan merusak jaringan paru dan menyebabkan pneumonia aspirasi (sindroma Mendelson), dengan gejala:
Sesak napas, syok, sianosis, ronki basah kedua

paru,edema paru. Biasanya pasien meninggal karena gagal jantung dan napas.

Pencegahan muntah & regurgitasi


Puasa 6-8 jam untuk dewasa dan 4-6 jam untuk

bayi dan anak-anak. Pengosongan lambung secara aktif dengan penghisapan melalui pipa lambung atau sengaja membuat muntah dgn rangsangan faring atau obat apomorfin. Berikan antasid untuk mentralisir asam lambung.

Tindakan pengobatan komplikasi muntah dan

regurgitasi:
Posisi miring kepala atau seluruh badan. Posisi tredelenberg Segera lakukan penghisapan melalui pipa

endotrakea. Berikan O2 100% Suntikan hidrokortison 500-1000 mg intravena. Pemberian antibiotika Bila perlu dilakukan bronkoskopi.

Obat-obat pencegah muntah pasca bedah: Obat antikolinergik


Atropin 0,5-1 mg; Hiosin 0,4-0,6 mg

Antihistamin prometazin 50 mg Golongan fenitiazin klorpromazin 25 mg Golongan buterofenon dehidrobenzperidol 5-10 mg Lain-lain seperti primperan.

Komplikasi Mata
Kekeringan kornea Laserasi kornea Iritasi dari obat-obatan atau alat yang digunakan

selama anestesi. Penekanan bola mata terlalu kuat


Kebutaan (aliran darah tertekan) Merangsang refleks okulokardiak (rangsangan vagal

bradikardia, syok & henti jantung).

Pencegahan komplikasi ini selama operasi mata

ditutup dengan plester atau dibasahi dengan garam fisiologis atau diberi salep.

Perubahan Cairan Tubuh


Hipovolemia Atasi dengan pemberian infus atau bila perlu dipantau dengan CVP (central venous pressure). Bila perdarahan harus diganti dengan transfusi.
anak > 10% volume darah (8 cc/kgbb) dewasa > 20% volume darah

Hipervolemia Gejalanya: takikardi, hipertensi, pelebaran venavena leher, muka bengkak, paru berkrepitasi, Atasi dengan restriksi cairan, diuretika, dan obat inotropik.

Komplikasi Neurologi
Konvulsi Berikan obat antikonvulsi (diazepam, tiopental) Hentikan pemberian eter atau enfluran, kemudian O2 ditinggikan. Terlambat sadar Terjadi pada dosis premedikasi atau anetesia berlebih, hipoglikemia, hipoksia. Cedera saraf perifer

Komplikasi Lain-lain
Menggigil Terapi dengan pasang selimut tebal, petidin 15-25 mg i.v, dan klorpromazin 5-10 mg i.v Gelisah setelah anestesia Terapi dengan analgetik/narkotik. Mimpi buruk Dapat dicegah dengan premedikasi diazepam, dehidrobenzperiodol. Sadar selama operasi Terjadi bila obat hipnotik kurang.

Kenaikan suhu tubuh Demam (suhu > 37,5oC) Hipertermia/ hiperpireksia (suhu > 40oC) Hipertermia maligna (peningkatan suhu > 2oC dalam 1 jam). Terapi:
hentikan obat anestetika dan berikan O2 100%

Analisa gas darah, koreksi asidosis dgn natrium bikarbonat


koreksi hiperkalemia dengan glukosa dan insulin. Oradekson dosis tinggi Hipertensi maligna : dantrolene iv 1-2 mg/kgbb tiap 5-10 menit.

Hipersensivitas Gejala : kulit kemerahan dan timbul urtikaria, muka menjadi sembab, vasodilatasi (nadi kecil hingga tak teraba), bronkospasme, sakit perut, mual dan muntah. Terapi:
Hentikan obat anestetika Bila henti jantung, lakukan napas buatan dan kompresi

jantung luar. Adrenalin 0,3-0,5 cc intravena atau intratrakea. Cairan infus kristaloid dipercepat Operasi dihentikan sampai gejala-gejala hilang.

You might also like