Professional Documents
Culture Documents
DASAR ILMU
ANATOMI RAHANG & GIGI NEUROANATOMICAL FARMAKOLOGI INSTRUMENT PRINCIPLES OF SURGERY
PENDAHULUAN
Rasa sakit : suatu sensasi yg tidak menyenangkan yg ditimbulkan oleh rangsangan yg merusak, sensasi ini diteruskan oleh saraf khusus menuju SSP untuk di interpretasikan sebagai rasa sakit
Rasa sakit ini dianggap menguntungkan karena merupakan: - peringatan adanya bahaya yg merugikan - mekanisme perlindungan tubuh
Sodium pump
Konduksi impuls
Blocking AL
Analgesia lokal: hilangnya sensasi rasa sakit pd bagian tertentu dari tubuh tanpa disertai hilangnya kesadaran
Anestesia lokal: hilangnya semua sensasi; rasa sakit, tekan, suhu, fungsi motorik pada suatu daerah tertentu dari tubuh tanpa disertai hilangnya kesadaran
definisi Anastesi lokal: suatu metode penanganan rasa sakit yg bekerja secara lokal dg jalan memblokir penghantaran impuls pd serat saraf ke SSP
Faktor keberhasilan AL
1. Panjang serat saraf 2. Ukuran serat saraf 3. Konsentrasi larutan AL Untuk hasil yg maksimal larutan AL harus kontak dg serat saraf minimal sepanjang 8-10 mm
Macam-macam obat AL
Obat AL digolongkan berdasarkan struktur kimianya, hal ini penting dari sudut biotransformasi dan reaksi alergi yg mungkin terjadi, sebab px yg alergi terhadap suatu obat biasanya juga akan alergi terhadap obat lain yg struktur kimianya sama
I Golongan Ester 1. Benzoid Acid Ester a. piperocaine b. meprylcaine 2. Para Amino Acid Ester a. tetracaine b. propaxycaine 3. Meta Amino Acid Ester a. primacaine b. uncaine
Vasokonstriktor
Obat ini terbuat dari golongan simpatomimetik, bila diberikan pada organ efektor akan memberi efek yg sama seperti pada rangsangan pd serat saraf simpatik adrenergik postganglionik.
Obat ini bekerja dengan merangsang reseptor alfa yg terdapat pd dinding pembuluh darah yg menyebabkan kontriksi pembuluh darah lokalisir obat AL Masa kerja AL berbanding langsung dg waktu kontak aktifnya dg saraf, akibatnya tindakan yg dapat melokalisasi obat pd saraf akan memperpanjang waktu AL
Macam Vasokonstriktor
Epineprin (adrenalin) 1:50.000-250.000 levarterenol (nor adrenalin;nor epineprin) 1:30.000 levonordefrin (neo-cobefrin) 1:50.000-250.000 Phenylephrine Hcl (neo-synephrine) vasophresin Bp (pitersin) felypressin Ornipressin
Dosis Maksimum AL
Larutan AL o Bupivicaine o Bupivicaine-adrenalin o Etidocaine o Etidocaine-adrenalin o Linguocaine o Linguocaine-adrenalin o Mepivacaine o Mepivacaine-adrenalin o Prolocaine o Prolocaine-adrenalin Dosis maksimum 150 mg 150 mg 300 mg 400 mg 200 mg 500 mg 350 mg 350 mg 400 mg 400 mg
%
24
Max
400 mg 300 mg
ml
20 ml 15 ml
Mepivacaine
Prilocaine Tetracaine
3
4 0,25
300 mg
400 mg 30 Mg
15 ml
20 ml 1,5 ml
Area yang teranastesi: Nerve Block : larutan AL dideponer pd atau sekitar batang saraf utama, efek AL meliputi area yg cukup luas Field block : larutan AL dideponer pd atau sekitar cabang saraf terminal Local infiltration: larutan AL dideponer di sekitar ujung saraf terminal Topical Anastesia: bahan AL dioleskan pd permukaan mukosa atau kulit untuk meniadakan stimuli pd ujung saraf bebas
2. Paraperiosteal injection jarum diinjeksikan sampai mendekati/ kontak dg periosteum. Larutan AL dideponer shg terjadi difusi menembus periosteum & porositas tulang alveolar
3. Intra Osseous injection injeksi dilakukan ke dlm struktur tulang, setelah dibuat jalan masuk dg bur
4. Intraseptal injection modifikasi dari teknik 3. Jarum diinjeksikan ke dlm tulang alveolar bagian intraseptal diantara kedua gigi yg akan dianastesi
5. Intra periodontal injection jarum langsung diinjeksikan pada membran periodontal dari akar gigi yg bersangkutan
Berbagai Metode AL
Neuroanatomi
Keberhasilan dari metode AL tergantung pd kemampuan operator dlm melaksanakan prosedur anastesi dg benar ; tempat deponasi benar & volume yg memadai.
Karena itu operator dituntut untuk memahami neuroanatomical yg dapat digunakan sebagai petunjuk untuk tindakan AL
N.Opthalmicus (devisi 1)
Merupakan cabang terkecil dari ganglion gasseri keluar dari cranium melalui fissura orbitalis superior Menginervasi struktur di dalam; orbita, dahi, kulit kepala, sinus frontalis, palpebra superior
N. Maxillaris (devisi 2)
Keluar dari cranium melalui foramen rotundum menuju fossa pterygopalatina terus berjalan melalui fissura orbitalis inferior ke anterior canalis infra orbitalis. Keluar melalui foramen infra orbitalis; N. infra orbitalis. N. Infra orbitalis menginervasi: palpebra inferior, sisi lateral hidung & labium oris superior
Cabang N. Maxillaris
Cabang pertama N. Maxillaris meliputi: - n. pharyngeus - n. palatinus mayus - n. palatinus minor - n. nasopalatinus - n. nasalis superior
n. Palatinus mayus Keluar melalui foramen palatinus mayor Inervasi; mucoperiosteum sebelah palatal molar & premolar RA & beranastomosis dg n. nasopalatinal
n. Nasopalatinus Keluar dari kanalis nasopalatinus Inervasi; mucoperiosteum palatal regio gigi anterior RA (caninus ka-ki)
N. Alveolaris Superior Posterior Inervasi: semua akar gigi molar ke-2, 3 & akar gigi molar pertama kecuali akar mesiobukal
Cabang ketiga N. Maxillaris N. Alveolaris Superior Medius Inervasi: gigi premolar pertama & ke-2 akar mesiobukal gigi molar pertama RA
Cabang keempat N. Maxillaris N. Alveolaris Superior Anterior Inervasi: gigi insisivus sentral, insisivus lateral, caninus, membran mukosa labial, periosteum, alveolus semua pada satu sisi RA
Neuroanatomical N. maxillaris
N. Mandibularis (devisi. 3)
Cabang terbesar keluar dari ganglion gasseri. Dari cranium keluar melalui foramen ovale membentuk 3 cabang; - n. buccalis longus - n. lingualis - n. alveolaris inferior
n. Buccalis longus
Berjalan diantara kedua caput m. pterygoideus externus menyilang ramus dan masuk ke pipi melalui m. buccinator Inervasi: membran mukosa bukal, mucoperiosteum lateral gigi molar atas dan bawah
n. Lingualis
Berjalan ke bawah superfisial dari m. pterygoideus internus berlanjut kelingual apeks gigi molar ke-3 RB. Masuk ke basis lidah melalui dasar mulut Inervasi: 2/3 anterior lidah, mucoperiosteum & membran mukosa lingual
N. Alveolaris Inferior
Cabang terbesar N. Mandibularis. Turun dibalik m. pterygoideus externus disebelah posterior-lateral n.lingualis, berjalan antara ramus mandibula & ligamentum sphenomandibularis masuk ke canalis mandibula. Bersama arteri alveolaris inferior berjalan di dalam canalis mandibula & mengeluarkan percabangan untuk inervasi geligi RB dan keluar melalui foramen mentale Cabang n. Alveolaris inferior: n. mylohyoideus, r. dentalis brevis, r. mentalis & r. incisivus
r. Dentalis brevis Inervasi; molar, premolar, proc. Alveolaris & periosteum, membran mukosa bukal
r. Mentalis Inervasi: kulit dagu, membran mukosa labium oris inferior r. Incisivus Inervasi: gigi incisivus sentral-lateral, caninus
Neuroanatomical N. mandibularis
a. Lokal Infiltrasi
- saraf : cabang terminal/ free nerve ending
- area teranastesi : terbatas dimana larutan AL dilakukan - pedoman anatomis : tidak ada pedoman khusus - indikasi : bila hanya sebatas mukosa & jaringan ikat dibawahnya - teknik : jarum diinsersikan dibawah mukosa ke dalam jaringan ikat simptom: tidak ada simptom subyektif
Tehnik
px diminta melihat lurus kedepan lalu dipalpasi bag supraorbital & infraorbital notch, ditarik garis khayal dari orbita pupil mata, foramen infraorbitalis, gigi premolar ke-2 & foramen mentalis. Jarum diinsersikan di mukolabial fold 1,9 mm Simptom: Kebas pd bibir atas, kelopak mata bawah & sebagian hidung pd satu sisi
Tehnik
Jari telunjuk meraba mukobukal fold sampai mencapai proc. Zygomaticus hingga mendapatkan cekungan, jari telunjuk diputar hingga kuku jari menghadap mukosa & jari digeser kelateral membentuk sudut 45o dg bidang sagital px & px diminta menutup sedikit mulutnya. Jarum diinsersikan ditengah ujung jari paralel dg ujung jari lalu dideponir Symptom Tidak ada symptom subyektif
e. Blok N Nasopalatina
- Saraf
- Area
- Pedoman anatomi: gigi insisive pertama RA & papila insisiva - indikasi - teknik : operasi bagian palatal : jarum diinsersikan pada foramen insisivus
Blok N.nasopalatina
: N. palatinus mayor
: bag. Posterior palatum durum & mukosa yg menutupi sampai daerah premolar pertama RA
- pedoman anatomi: molar kedua & ketiga RA, margin gingiva gigi molar, garis median palatum, garis berjarak 1 cm dari marginal gingiva kegaris median palatum
Teknik
Jarum diinsersikan pada foramen yg terletak di antara gigi molar ke-2 & ke-3 RA sejauh 1 cm dari marginal gingiva bagian palatal. Symptom: kebas pada gingiva palatum posterior
Blok N. Lingualis
Blok N. mentalis
Blok N. Insisivus
Blok cabang terminal
Infiltrasi
a.
Teknik Direct
1. Kepala px menghadap ke depan atau waktu membuka mulut mandibula sejajar dg lantai 2. Dilakukan perabaan pd mukobukal fold sampai linea obliqua eksterna & batas anterior ramus ascenden 3. Cari cekungan terdalam pd ramus anterior; coronoid notch 4. Jari digerakkan dari trigonum retromolar sampai linea obliqua interna yag merupakan perlekatan raphe pterygomandibula 5. Jarum diinsersikan dari arah kontra lateral antara premolar pertama & kedua setinggi kuku jari 0,5 cm kearah medial sampai menyentuh tulang permukaan dalam ramus 6. Jarum ditarik 1mm & dideponir sebanyak 1-1,5 cc 7. Jarum ditarik sampai tersisa 1 cm, dideponir untuk N lingualis 0,5 cc
Teknik Indirect
1. Ujung jarum berakhir pd linea obliqua eksterna
2. Jarum diinsersikan dari araah kontra lateral tepat pd pertengahan kuku sampai menyentuh tulang
3. Arah syringe diubah hingga sejajar dg gigi posterior pd sisi yg sama & jarum diinsersikan lagi ke posterior melewati linea obliqua interna
4. Arah syringe diubah keposisi semula & insersi jarum diteruskan sampai menyentuh tulang 5. Jarum ditarik 1 mm & dideponir 1-1,5 cc
Blok N Lingualis
- saraf - area : N lingualis : 2/3 anterior lidah & mukosa dasar mulut, mukosa & mukoperiosteum pd mandibula sisi lingual
- Pedoman anatomi: sama dg teknik blok N alveolaris Inferior - symptom : kebas pd 2/3 anterior lidah
- teknik : insersi jarum pd mukosa bukal fold di distal gigi molar ke-3 RB atau langsung pd trigonum retromolar - symtom: tidak ada
Blok N. Mentalis
Saraf : N. mentalis area : bibir bawah & mukosa labial fold disebelah anterior foramen mentalis pedoman anatomi: premolar RB, foramen mentalis terletak di sebelah anterior apeks gigi tsb. Teknik: pipi ditarik ke arah bukal lalu jarum diinsersikan pd mukosa labial fold, penetrasi jarum sampai menyentuh periosteum dari mandibula sebelah anterior dari apeks premolar kedua, deponir obat 0,5- 1 cc symptom kebas pd bibir bawah satu sisi
Blok N. Mentalis
Blok N. Insisivus
- Saraf: n. insisivus, n. mentalis - area : mandibula & struktur labialnya sebelah anterior dari foramen mentalis, gigi premolar, caninus, insisive pd satu sisi, bibir bawah satu sisi - Pedoman anatomi: sama dg blok n. mentalis, bedanya ujung jarum harus di insersikan tepat kedalam foramen mentalis - symptom : tidak ada
Blok N. Insisivus
Infiltrasi
- Saraf
- area
- pedoman anatomi: tidak ada - indikasi - teknik : operasi jar. lunak pd daerah yg terbatas : sama dg injeksi submukosa
Berbagai teknik AL
Injeksi Intraligament
Infiltrasi N.Lingual
Nasopalatine block
Blok mentalis
alv inferior
Komplikasi penggunaan AL
Obat AL - Toksik - Idiosinkrasi Teknik AL - Sinkop
- Trismus
- Infeksi
- Jarum patah - Hematoma - parastesi
Komplikasi tindakan AL
Armamentarium AL