You are on page 1of 17

Pembimbing : Dr.

Cep Juli, SpS

Rindy Oktavica Ginianta Suci Zahara Ria Dianty Mudzakir

Disusun Oleh :

Definisi

Gangguan neurologis ditandai dengan me tonus otot dan spasme, disebabkan tetanospasmin (toksin protein yang kuat yang dihasilkan oleh Clostridium tetani )

Etiologi

Clostridium tetani
bakteri Gram positif, anaerob obligat, dapat membentuk spora, dan berbentuk drumstick.

Faktor Risiko
Lesi kulit kronik (ulkus, abses, gangren), penyalahguna narkotika parenteral, post operasi (4% kasus) dengan onset 7 hari post operasi. Diabetes mellitus (12% kasus), 69% nya akibat cedera akut, dan 25% nya dengan ulkus diabetik. Usia lanjut juga merupakan faktor resiko tetanus karena imunitas tetanus menurun seiring bertambahnya umur.

Faktor risiko tetanus neonatorum: Ibu yang tidak tervaksinasi, kelahiran dirumah, pemotongan tali pusat yang tidak higienis. Riwayat tetanus neonatorum pada seorang anak menjadi faktor resiko tetanus neonatorum pada anak berikunya (eMedicine).

Patomekanisme

Manifestasi Klinis
Masa inkubasi 5-14 hari, tetapi bisa lebih pendek (1 hari atau lebih lama 3 atau beberapa minggu) Ada tiga bentuk tetanus yang dikenal secara klinis, yakni:
Localited tetanus ( Tetanus Lokal ) Cephalic Tetanus Generalized tetanus (Tetanus umum) Dan ada Neonatal tetanus.

Karakteristik dari tetanus


Kejang bertambah berat selama 3 hari pertama, menetap selama 5 -7 hari. Setelah 10 hari kejang berkurang frekuensinya , Setelah 2 minggu kejang mulai hilang. Tegangaan otot terutama pada rahang dari leher. Kemudian timbul trismua kuduk kaku Risus sardonicus Gambaran Umum yang khas berupa badan kaku dengan opistotonus, tungkai dengan eksistensi, lengan kaku dengan mengepal Karena kontraksi otot yang sangat kuat, dapat terjadi asfiksia dan sianosis, retensi urin, bahkan dapat terjadi fraktur collumna vertebralis ( pada anak ).

Klasifikasi
Menurut berat ringannya tetanus
Tetanus ringan Trismus lebih dari 3 cm, tidak disertai kejang umum walaupun dirangsang. Tetanus sedang trismus kurang dari 3 cm dan disertai kejang umum bila dirangsang. Tetanus berat trismus kurang 1 cm dan disertai kejang umum yang spontan.

Cole dan Youngman (1969) membagi tetanus umum


Grade I: ringan Masa inkubasi lebih dari 14 hari. Period of onset > 6 hari Trismus positif tapi tidak berat Sukar makan dan minum tetapi disfagi tidak ada Lokalisasi kekakuan dekat dengan luka berupa spasme disekitar luka dan kekakuan umum terjadi beberapa jam atau hari. Grade II: sedang Masa inkubasi 10-14 hari Period of onset 3 hari atau kurang Trismus dan disfagi ada Kekakuan umum terjadi dalam beberapa hari tetapi dispnoe dan sianosis tidak ada Grade III: berat Masa inkubasi < 10 hari Period of onset < 3 hari Trismus dan disfagia berat Kekakuan umum dan gangguan pernapasan asfiksia, ketakutan, keringat banyak dan takikardia.

Diagnosis
Diagnosis tetanus dapat diketahui berupa : 1.Gejala klinik - Kejang tetanic, trismus, dysphagia, risus sardonicus ( sardonic smile ). 2. Adanya luka yang mendahuluinya 3. Kultur: C. tetani (+). 4. Lab : SGOT, CPK meninggi serta dijumpai myoglobinuria. Tes Spatula: Dilakukan secara bedside Tes sederhana ini dilakukan dengan cara menempelkan tongue spatula ke orofaring. Prinsipnya, tes ini merangsang reflex gag, dan pasien mencoba untuk memuntahkan spatula (Tes negatif). Pada tetanus, pasien mengalami spasme reflex dari masseter dan menggigit spatula (Tes positif). Dari 400 pasien, tes ini memiliki sensitivitas 94% dengan spesifisitas 100%.

Penatalaksanaan
Umum
Merawat dan membersihkan luka sebaik-baiknya, berupa:

Membersihkan luka, irigasi luka, debridement luka (eksisi jaringan nekrotik), membuang benda asing dalam luka serta kompres dengan H202 ,dalam hal ini penata laksanaan, terhadap luka tersebut dilakukan 1 -2 jam setelah ATS dan pemberian Antibiotika. Sekitar luka disuntik ATS. Diet cukup kalori dan protein, bentuk makanan tergantung kemampuan membuka mulut dan menelan. Bila ada trismus, makanan dapat diberikan personde atau parenteral. Isolasi untuk menghindari rangsang luar seperti suara dan tindakan terhadap penderita Oksigen, pernafasan buatan dan trachcostomi bila perlu. engatur keseimbangan cairan dan elektrolit.

Obat - Obatan
Antibiotik :

Diberikan parenteral Peniciline 1,2juta unit / hari selama 10 hari, IM. Sedangkan tetanus pada anak dapat diberikan Peniciline dosis 50.000 Unit / KgBB/ 12 jam secafa IM diberikan selama 710 hari. Bila tersedia Peniciline intravena, dapat digunakan dengan dosis 200.000 unit /kgBB/ 24 jam, dibagi 6 dosis selama 10 hari. Bila penderita alergi penisilin. Tertasiklin : 30-50 mg/kgbb/hari dalam 4 dosis Eritromisin : 50 mg/kgbb/hari dalam 4 dosis, selama 10 hari. Metronidazole loading dose 15 mg/KgBB/jam selanjutnya 7,5 mg/KgBB tiap 6 jam Anti tetanus toksin : Dosis ATS 50.000-100.000 u yang diberikan setengah lewat i.v. dan setengahnya i.m. pemberian lewat i.v.diberikan selama 1-2 jam. Antitoksin lain yang dapat digunakan yaitu Human Tetanus Immunoglobulin ( TIG) dengan dosis 3000-6000 U, satu kali pemberian saja, secara IM

Pemberian Tetanus Toksoid (TT) secara I.M. Pemberian TT harus dilanjutkan

sampai imunisasi dasar terhadap tetanus selesai. Antikonvulsan Diazepam 0,5 1,0 mg/kg Berat badan / 4 jam (IM) Meprobamat 300 400 mg/ 4 jam (IM) Klorpromasin 25 75 mg/ 4 jam (IM) Fenobarbital 50 100 mg/ 4 jam (IM)

Komplikasi
Pada saluran pernapasan

Oleh karena spasme otot-otot pernapasan dan spasme otot laring dan seringnya kejang menyebabkan terjadinya asfiksia. Karena akumulasi sekresi saliva serta sukar menelan air liur dan makanan dan minuman sehingga sering terjadi pneumonia aspirasi, atelektasis akibat obstruksi oleh secret. Pneumothoraks dan mediastinal emfisema biasanya terjadi akibat dilakukannya trakeostomi. Pada kardiovaskular Komplikasi berupa aktivitas simpatis meningkat antara lain berupa takikardia, hipertensi, vasokonstriksi perifer dan rangsangan miokardium. Pada tulang dan otot Pada otot karena spasme yang berkepanjangan bisa terjadi perdarahan dalam otot. Pada tulang dapat terjadi fraktur columna vertebralis akibat kejang yang terus menerus terutama pada anak dan orang dewasa, beberapa peneliti melaporkan juga dapat miositis ossifikans sirkumskripta.

Komplikasi yang lain : Laserasi lidah akibat kejang Dekubitus karena penderita berbaring satu posisi saja Panas yang tinggi karena infeksi sekunder atau toksin yang menyebar luas dan mengganggu pusat oengatur suhu. Penyebab kematian pada tetanus ialah akibat komplikasi yaitu : bronkopneumonia, cardiac arrest, septicemia dan pneumothoraks.

Prognosa
Masa inkubasi

Makin panjang masa inkubasinya makin ringan penyakitnya, sebaliknya makin pendek masa inkubasi penyakit makin berat. Pada umumnya bila inkubasi < 7 hari tergolong berat. Umur Makin muda umur penderita seperti pada neonatus maka prognosanya makin jelek. Period of onset Period of onset adalah waktu antara timbulnya gejala tetanus, misalnya trismus sampai terjadinya kejang umum. Kurang dari 48 jam, prognosanya jelek. Panas Pada tetanus tidak selalu ada febris. Adanya hiperpireksia prognosanya jelek. Pengobatan Pengobatan yang terlambat prognosanya jelek. Ada tidaknya komplikasi Frekusensi kejang Semakin sering prognosanya makin jelek.

Mencegah terjadinya luka.

Pemberian ATS / TIG dalam beberapa jam setelah luka

Imunisasi aktif

Merawat luka secara adekuat.

PENCEGAHAN

Daftar Pustaka
Hendarwanto. llmu Penyakit Dalam, jilid 1, Balai Penerbit FK UI, Jakarta: 2001, 49- 51. Mardjono, mahar. Neurologi Klinis Dasar. Dian Rakyat, Jakarta:2004. 322. http://emedicine.medscape.com/article/786414-overview http://www.pediatrik.com/isi03.php?page=html&hkategori=pdt&direktori=pd

t&filepdf=0&pdf=&html=07110-prmh279.htm Lubis, U. N., 2004. Tetanus Lokal pada Anak. Available from : www.kalbe.co.id/files/cdk/files/15. Accested : Oct 16, 2007. Ismoedijanto, and Darmowandowo, W., 2006. Tetanus. Available from : www.pediatrik.com. Accested : Oct 16, 2007. Silalahi, L., 2004. Tetanus. Available from : www.tempointeraktif.com. Accested : Oct 16, 2007. Tami, 2005. Tetanus, Infeksi yang Mematikan. Available from : www.jilbab.or.id/content/view/456/36/. Accested : Oct 16, 2007. Suraatmaja, S., and Soetjiningsih, 2000. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak RSUP Sanglah. Fakultas Kedokteran Udayana. Denpasar.

You might also like