You are on page 1of 30

ANESTESI SPINAL PADA PASIEN YANG AKAN DILAKUKAN PROSTATEKTOMI

Oleh : Wendy Ardiansyah, S.Ked Pembimbing : dr. Susi Handayani, M.Sc, Sp.An

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang
Anestesi suatu tindakan untuk menghilangkan

rasa sakit selama melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh.

Tipe anestesi , yaitu


general anestesi (anestesi umum) regional anestesi lokal anestesi Prostatektomi prosedur pembedahan untuk

mengangkat jaringan tumor pada prostat.

Tipe anestesi yang akan dilakukan prostatektomi

regional anestesi (Sub Arachnoid Block).

Anestesi spinal anestesi regional dengan tindakan

penyuntikan obat anestetik lokal ke dalam ruang subaraknoid.

Diharapkan dapat memberikan premedikasi yang

tepat serta menangani komplikasi yang bisa terjadi selama operasi berlangsung.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Definisi
Anestesi Spinal anestesi regional dengan tindakan penyuntikan obat
anestetik lokal ke dalam ruang subaraknoid.

Anatomi Vertebrae Lumbal


7 vertebra servikalis 12 Vertebrae thorakalis 5 Vertebrae lumbal 5 Vertebrae sacral 4 Vertebrae coccygeus Garis lurus yang

menghubungkan kedua krista iliaca tertinggi akan memotong prosesus spinosus vertebra L4 atau antara L4-L5

Untuk mencapai cairan serebrospinal, maka jarum suntik akan menembus:


kulit subkutis lig.supraspinosusm lig.flavum ruang epudiral duramater ruang subarakhnoid.

Teknik Anestesi Spinal


Posisikan dalam posisi lateral dekubitus atau duduk. Penusukan jarum spinal dapat dilakukan pada L2-L3,

L3-L4, L4-L5. Tusukan pada L1-L2 atau diatasnya berisiko trauma terhadap medulla spinalis. Sterilkan tempat tusukan dengan betadin atau alkohol. Beri anastesi lokal pada tempat tusukan,misalnya dengan lidokain 1-2% 2-3ml. Cara tusukan median atau paramedian

Gunakan jarum spinal (22G, 23G, 25G, 27G atau 29G)

dan spuit 3cc, 5cc atau 10 cc. Tusukkan jarum spinal kearah sefal, mandrin jarum spinal dicabut dan keluar likuor, Pasang spuit berisi obat dan dimasukkan pelan-pelan (0,5ml/detik) diselingi aspirasi sedikit, untuk meyakinkan posisi jarum tetap baik. Setelah obat sudah masuk, lepaskan spuit pada jarum spinal, pasang kembali mandrinnya dan segera cabut jarum spinal. Lakukan aseptik pada bekas suntikan dan segera baringkan pasien dengan kepala diberi bantalan.

Indikasi dan Kontraindikasi


Indikasi
Pembedahan ekstremitas bawah, bedah panggul, tindakan

sekitar rektum-perineum, bedah obstetri-ginekologi, bedah urologi, bedah abdomen bawah.

Kontraindikasi

Kontraindikasi absolut; pasien menolak, infeksi pada

tempat suntikan, hipovolemia berat, syok, koagulopati/mendapat terapi antikoagulan, tekanan intrakranial meninggi, fasilitas resusitasi minim, kurang pengalaman/tanpa didampingi konsultan anestesi. infeksi sekitar tempat suntikan, kelainan neurologis, kelainan psikis, bedah lama, penyakit jantung, hipovolemia ringan, nyeri punggung kronis.

Kontraindikasi relatif; infeksi sistemik (sepsis, bakteremi),

Komplikasi dan Penanganan


Komplikasi dini, yaitu:

1. Hipotensi 2. Blok spinal tinggi /total 3. Mual dan muntah 4. Penurunan panas tubuh
Komplikasi lanjut, yaitu:

1. Post dural Puncture Headache (PDPH) 2. Nyeri punggung (Backache) 3. Cauda equine sindrom 4. Meningitis 5. Retensi urine 6. Spinal hematom 7. Pandangan kabur pasca operasi

Penanganan
1. Hipotensi
Posisi head down dapat menambah kecepatan pemberian preload. Jika hipotensi tetap terjadi setelah pemberian cairan, maka vasopresor langsung

atau tidak langsung dapat diberikan seperti ephedrin dengan dosis 5-10 mg IV. Sulfat.

Bila bradikardi yang berat dapat diberikan antikolinergik seperti Atrophin

2. Blok spinal tinggi /total


Bila sesak, bebaskan jalan,napas, berikan Oksigen lewat face mask. Bila terjadi

depresi pernapasan berat, segera lakukan intubasi endotrakeal dan kontrol ventilasi . ephedrin. Sulfat.

Bila hipotensi, berikan cairan kristaloid 10-20 ml/kgBB dan vasopresor

Bila bradikardi yang berat dapat diberikan antikolinergik seperti Atrophin


Bila henti jantung, lakukan kompresi dan berikan epineprin 0,01-0,02mg

(1:1000)

3. Mual dan muntah


Berikan anti emetic seperti Ondansetron 8mg/4ml; 1 ampl

4. Penurunan panas tubuh


Pemberian suhu panas dari luar dengan alat pemanas Berikan Midazolam dan Pethidin sebagai penenang dan analgesik untuk

mengatasi menggigil akibat penurunan suhu tubuh..

5. Post Dural Puncture Headache (PDPH)


Jika nyeri kepala ringan berikan terapi konservatif yaitu bedrest dengan

posisi supine, pemberian cairan intravena maupun oral, oksigenasi adekuat.

Pemberian sedasi atau analgesi yang meliputi pemberian kafein 300 mg

peroral atau kafein benzoate 500 mg iv atau im, asetaminofen atau NSAID membantu menstimulasi pembentukan LCS.

6. Nyeri Punggung Istirahat, kompres hangat/panas pada daerah nyeri Berikan analgetik antiinflamasi seperti benzodiazepine. 7. Cauda Equina Sindrom Pencegahan dengan obat anestesi local yang tidak neurotoksik Hindari trauma pada cauda equine saat penusukan jarum spinal 8. Retensi Urin Lakukan pemasangan kateter sebelum anestesi spinal. 9. Meningitis Gunakan alat dan obat yang steril Menggunakan jarum spinal sekali pakai Lakukan aspetik sebelum penusukan jarum spinal Pengobatan dengan pemberian antibiotik yang spesifik

10. Spinal Hematom Tanda dan gejala :


mati rasa kelemahan otot kelainan BAB kelainan sfingter kandung kemih sakit pinggang yang berat

Segera konsul ke spesialis saraf.

Obat Anestesi Spinal


Berat jenis cairan serebrospinal (CSS/LCS) pada suhu 37C ialah

1.003 1.008.

Isobarik Anestetik lokal dengan berat jenis yang sama

dengan CSS/LCS. pada CSS/LCS.

Hiperbarik Anestetik lokal dengan berat jenis lebih besar dari Hipobarik Anestetik lokal dengan berat jenis lebih kecil dari

pada CSS/LCS. Paling sering digunakan yaitu jenis hiperbarik diperoleh dengan mencampur anestetik lokal dengan dekstrosa.

Bupivacaine
Bupivakain adalah derivat butil dari mepivakain yang

kurang lebih tiga kali lebih kuat daripada asalnya. Bupivacaine hiperbarik diberikan dengan konsentrasi 0,5%, volume 2-4ml dan total dosis 15-22,5 mg. Dosis rataratanya 3 4 mg / kgBB. Lebih menghambat sensoris daripada motoris sehingga sering digunakan untuk anestesi spinal. Durasi efek obat selama 2 jam disertai blokade motoris yang ringan Dengan teknik anestesi spinal akan memberikan efek analgesik selama 8 jam atau lebih.

BAB III LAPORAN KASUS

Identitas Penderita
Nama Umur Jenis Kelamin Agama Alamat Pemeriksaan : Tn. AM : 83 tahun : Laki-Laki : Islam : Lr. Tembok Batu, 11 ULU, Palembang : 5 Februari 2013

Anamnesis
Alloanamnesis

Keluhan Utama : sulit buang air kecil. Riwayat Perjalanan Penyakit


Penderita datang ke poli bedah RSMP dalam keadaan sadar, mengeluh sulit buang air kecil. Keluhan demam disangkal, batuk dan pilek disangkal. Riwayat penyakit dahulu; asma (-), hipertensi (-), diabetes mellitus (-), penyakit jantung (-), batuk pilek (-), penyakit paru-paru (-), alergi obat / makanan (-), demam (-), merokok (+) terakhir merokok + 3 bulan yang lalu.

Diagnosa : Hiperplasia Prostat


A: Clear, Malampati 1 B: Spontan, RR22x/m, ves +/+ C: TD: 120/70mmHg, N: 86x/m, reguler D: E4M6V5 Status fisik ASA I pasien dalam keadaan sehat dan bisa dilakukan operasi.

Penatalaksanaan
Premedikasi : Ondansetron 8mg/4ml; 1 ampl Induksi : Bupivacaine HCl 5mg/ml; 3ml Pemeliharaan : O2 3ltr/mnt Obat-obatan : Asam Traneksamat 500mg/5ml; 2 ampul , Ketorolac 30 mg/ml; 1 ampul, Ephedrin HCl, Pethidin 100mg/2ml; ampl, Midazolam 5mg/5ml; 0,75 ml Cairan: RL 500cc 2 kolf, Gelofusine 500cc 1 kolf

BAB IV PEMBAHASAN

Pre Operasi
Informed consent Pasien duduk di meja operasi dengan kepala menunduk sambil

memeluk bantal agar prosessus spinosus L4-L5 mudah teraba. Mempersiapkan dan pasang alat monitoring tekanan darah, nadi dan oksimetri denyut (pulse oximeter) untuk monitoring selama operasi berlangsung. Disuntikkan Ondansetron 8mg/ 4ml; 1 ampul intravena untuk mencegah mual muntah selama operasi berlangsung. Persiapkan jarum spinal 27G, spuit 3cc dan Bupivacain HCl 5mg/ml; 3ml untuk memblok saraf spinal. Lakukan aseptik pada kulit regio L4-L5 dengan betadine untuk mencegah infeksi. Setelah dilakukan anestesi spinal, baringkan pasien dan kepala diberi bantalan. Kemudian dilanjutkan pemberian oksigen 3ltr/m menggunakan nasal kanul sebagai pemeliharaan anestesi.

Durante Operasi
Lama operasi 1 jam (90 menit). Monitoring vital

sign yaitu denyut jantung, tekanan darah dan SpO2 selama operasi. Asam Traneksamat sebagai antifibrinolitik untuk profilaksis dan mengatasi perdarahan selama operasi. Ketorolac sebagai analgetik untuk mengurangi rasa nyeri pada pasien post operatif. Ephedrin sebagai vasokontriktor untuk mengatasi hipotensi. Midazolam dan Pethidin sebagai penenang dan analgesik untuk mengatasi menggigil.

Cairan yang diberikan yaitu RL 2 kolf dan gelofusine 1 kolf. Kebutuhan Cairan
Maintenance : 58 kg x 2 ml/KgBB/jam = 116 ml/jam Puasa : 8 jam x 116 ml/jam = 928 ml

IWL : 8 ml/Kg x 58 Kg = 464 ml


1 jam awal = ( x P) + M + IWL

= (1/2 x 928 ml) + 116 ml + 464 ml = 464 ml + 580 ml = 1.044 ml


2 & 3 jam selanjutnya

= (1/4 x P) + M + IWL

= (1/4 x 928 ml) + 116 ml + 464 ml = 232 + 580 = 812 ml


Total cairan = 1044 ml + (1/2 jam x 812 ml)

= 1044 ml + 406 ml = 1.450 ml (3 kolf)

Post Operasi
Pasien dibawa ke ruangan pemulihan dan dinilai

dengan Bromage skor, yaitu penilaian gerakan ekstremitas bawah.

Bila pasien mampu menggerakkan tungkai bawah

secara penuh nilainya 0. Bila pasien hanya mampu menekuk lutut dan tak bisa mengangkat kaki nilainya 1. Bila pasien tidak mampu menekuk lutut dan hanya mampu menekuk pergelangan kaki nilainya 2. Bila pasien tidak mampu menggerakkan kakinya secara penuh nilainya 3.
Pasien diperbolehkan untuk keluar dari ruang

pemulihan dan dirawat di sal bedah.

BAB V KESIMPULAN

Anestesi spinal anestesi regional dengan tindakan penyuntikan

obat anestetik lokal ke dalam ruang subaraknoid. Anestesi spinal/subaraknoid disebut juga sebagai blok spinal intradural atau blok intratekal. Anestesi spinal dihasilkan bila kita menyuntikkan obat analgesik lokal ke dalam ruang subarachnoid di daerah antara vertebra L2-L3 atau L3-L4 atau L4-L5. Anestesi spinal membutuhkan pemilihan kasus yang selektif. Dengan memperhatikan indikasi dan kontraindikasinya. Ada pula komplikasi yang biasa terjadi selama operasi berlangsung. Oleh karena itu perlu dilakukan monitoring berkala dan penatalaksanaan yang tepat untuk mengatasi komplikasi yang terjadi. Dengan manajemen perioperatif yang benar terhadap pasien yang akan menjalani pembedahan, diharapkan bisa menurunkan atau meminimalkan angka morbiditas maupun mortalitas.

Terima Kasih

You might also like