You are on page 1of 21

Farmakologi Obat Antituberkulosis

M. Wellyan T.W.H.

Tuberkulosis (TB)
Adalah penyakit kronik yang disebabkan oleh berbagai jenis strain Mycobacteria, khususnya Mycobacterium tuberculosis. TB biasanya menyerang paru-paru, namun dapat juga menyerang organ lainnya. Pengobatan TB melibatkan banyak antibiotik yg diminum dalam jangka waktu lama.

Mycobacterium tuberculosis
Bersifat aerob Memiliki kandungan lipid/lemak tinggi di dinding selnya. Membelah dg lambat (setiap 16-20 jam) Sukar dibunuh dg antibiotik karena struktur dinding selnya yg unik (lipid bilayer).

Pengobatan TB
Tujuan pengobatan:
Pencegahan/profilaksis Penyembuhan

Syarat wajib:
Terapi kombinasi obat TB menurut aturan Kepatuhan pasien

WHO Global Plan to Stop TB


DOTS (Directly Observed Treatment, Shortcourse), adalah strategi WHO utk mengendalikan TB. Strategi DOTS:
Komitmen pemerintah utk mengendalikan TB Diagnosis berdasarkan pemeriksaan dahak bagi pasien dg gejala TB aktif Observasi langsung thd terapi obat Kepastian suplai obat Pelaporan dan pencatatan kasus serta hasil terapi.

Terapi Farmakologi TB
Obat TB dibagi menjadi first line (lini pertama), second line (lini kedua), dan third line (lini ketiga). First line
Ethambutol, disingkat EMB atau E Isoniazid, disingkat INH atau H Pyrazinamid, disingkat PZA atau Z Rifampicin, disingkat RMP atau R Saat ini Streptomisin tidak lagi dianggap first line karena banyaknya kasus resistensi.

Regimen Dosis First Line


Penulisan standar regimen dosisnya: 2HREZ/4HR3 Artinya: Isoniazid, rifampicin, etambutol, dan pyrazinamid diminum tiap hari selama 2 bulan. Kemudian diteruskan dengan isoniazid dan rifampicin seminggu 3 kali selama 4 bulan 2HREZ dinamakan fase intensitas tinggi 4HR3 dimanakan fase lanjutan

Terapi Farmakologi TB
Second line
Golongan aminoglikosida (amikasin, kanamisin) Golongan polipeptida (capreomycin, enviomycin) Golongan fluorokuinolon (ciprofloxacin, levofloxacin)

Digolongkan second line karena kurang efektif daripada first line, atau memiliki efek samping toksik, atau tidak tersedia di negara-negara tertentu.

Terapi Farmakologi TB
Third line
Rifabutin Linezolid Klaritromisin

Digolongkan third line karena tidak begitu efektif, atau karena harganya mahal, atau karena khasiatnya belum terbukti.

Terapi Farmakologi TB

Isoniazid
Mekanisme kerja: merupakan pro drug, diubah menjadi bentuk aktif oleh enzim katalase-peroksidase. Isoniazid menghambat sintesis asam mikolat, yg diperlukan utk sintesis dinding sel bakteri. Efek samping: nilai LFT (liver function test) abnormal, nafsu makan turun, mual, muntah, nyeri perut.

Isoniazid
Farmakokinetika:
Absorpsi: cepat dan sempurna di saluran cerna, lajunya dapat diturunkan oleh adanya makanan. Konsentrasi puncak plasma diperoleh dalam 1-2 jam. Distribusi: semua jaringan dan cairan tubuh, melintasi plasenta, terdapat pada ASI. Ikatan proteinnya adalah 10-15%. Metabolisme:di hepar (melalui proses asetilasi), bagi yg laju asetilasinya lambat mungkin perlu penyesuaian dosis. Ekskresi: urine (75-95%) sisanya melalui feses. Waktu paruh eliminasi 30-100 menit atau 2-5 jam (tergantung kecepatan asetilasinya, tiap orang mungkin berbeda). Laju eliminasi lebih lama pada penderita gangguan hati dan ginjal yg parah.

Ethambutol

Mekanisme kerja: menghambat multiplikasi (penggandaan) mycobacteria dg cara mengganggu sintesis RNA. Efek samping: hiperurisemia, gout akut, nyeri abdomen, anoreksia, demam, sakit kepala, kelainan nilai LFT, konfusio.

Ethambutol
Farmakokinetika
Absorpsi: bioavailabilitas 80%, waktu puncak plasma dicapai dalam 2-4 jam. Distribusi: secara luas di tubuh, terkonsentrasi di ginjal, paru, saliva, dan sel darah merah. Ikatan protein 20-30%. Metabolisme: menjalani proses oksidasi di hepar menjadi metabolit tak aktif Ekskresi: di urin 50%, di feses 20%. Waktu paruh eliminasi 2,5-3,6 jam pada orang normal atau 7-15 jam pada pasien gagal ginjal tahap akhir.

Pyrazinamide
Mekanisme kerja: diubah menjadi asam pirazinoat yang akan menurunkan pH lingkungan bakteri, mekanisme kerjanya yg pasti belum diketahui. Efek samping: mual, muntah, anoreksia, arthalgia (sakit sendi), myalgia (nyeri otot).

Pyrazinamide
Farmakokinetika:
Absorpsi: diserap baik di saluran cerna Distribusi: luas di jaringan dan cairan tubuh termasuk ginjal dan paru. Ikatan protein 50%. Metabolisme: di hepar Ekskresi: di urin (4% sebagai bentuk obat yg tidak berubah)

Rifampicin/Rifampin

Mekanisme kerja: menghambat sintesis RNA bakteri. Efek samping: meningkatkan nilai LFT, rash, anoreksia, diare, mual, muntah.

Rifampicin/Rifampin
Farmakokinetika
Absorpsi: diserap baik di saluran cerna, makanan dapat memperlama waktu puncak plasma. Disitribusi: sangat larut lemak, melintasi penghalang darah-otak. Ikatan protein 80%. Metabolisme: di hepar Eksresi: melalui feses 60-65% dan urine 30%.

MDR-TB dan XDR-TB


MDR-TB = multi drug resistant TB adalah TB yang kebal/resisten terhadap paling tidak INH dan RMP. XDR-TB = extensively drug resistant TB adalah MDR-TB yg resisten thd antibiotika golongan kuinolon (ciprofloxacin/levofloxacin) dan juga kebal terhadap kanamisin, capreomisin, atau amikasin.

Pengobatan MDR-TB
Dilakukan paling tidak selama 18 bulan oleh dokter yang berpengalaman MDR-TB. Pengobatan melibatkan obat-obat berikut ini (disesuaikan dg hasil uji sensitivitas):
antibiotika golongan aminoglikosida (amikasin, kanamisin) atau antibiotika golongan polipeptida (capreomycin) PZA EMB Antibiotika golongan fluorokuinolon (moxifloksacin) Rifabutin

Terimakasih

You might also like