Professional Documents
Culture Documents
Pendahuluan
Prinsip-prinsip perawatan Kegawatdaruratan cedera luka bakar Dasar umum perawatan luka bakar
PERAWATAN AWAL
Menit menit pertama biasanya tdk menimbulkan kematian, kematian kadang disebabkan : obstruksi jln napas Trauma dada terbuka
A. Pengkajian Riwayat Pasien Sangat penting untuk menentukan terapi atau tindakan lanjut. Mis :
Pasien dgn riwayat kebakaran pd ruang tertutup / inhalasi asap. Maka pd pengkajian awal sering tak dijumpai ggn pernapasan namun gejala distres pernapasan terjadi beberapa jam kemudian
KMB III
10
KMB III
12
KMB III
13
KMB III
14
Derajad I
kerusakan minor, mengenai jaringan epidermal.
kadang diikuti peradangan & nyeri tidak memerlukan penanganan khusus. permukaan luka kemerahan, tidak ada blister sembuh dalam 3 6 hari dan tidak meninggalkan bekas
KMB III
15
Derajad I
KMB III
16
Derajad II
Kerusakan meliputi seluruh lapisan epidermis & beberapa jaringan dermis. Karakter luka tergantung dari kedalaman kerusakan jaringan dermis yang terkena. Penyembuhan luka 2 8 minggu tergantung dari kedalaman luka & penatalaksanaan. Sering meninggalkan jaringan bekas (scar)
KMB III 17
Derajad II
KMB III
18
Superficial second-degree
KMB III
19
Derajad III
Rusaknya seluruh lapisan epidermis & dermis, kadang mencapai jaringan subcutan, otot & tulang. penyembuhan luka > sulit / penanaman organ kulit baru karakter luka kering, kadang putih, terdapat jendalan darah. kadang tidak nyeri akibat rusaknya sistim saraf.
KMB III 20
Derajad III
KMB III
21
KMB III
22
KMB III
23
Luka bakar derajad III > 10 %, Luka bakar derajad II > 25 %, Keadaan moderate lain yang terjadi pada penderita usia lanjut / kritis
KMB III 24
KMB III
26
KMB III
27
D. Support Pernapasan
Pengkajian :
Adanya inhalasi asap Adanya kerusakan sistem pernapasan (terbakarnya rambut hidung, bengkak pada mulut/hidung, sputum berwarna gelap, terbakarnya daerah muka dan leher) berikan oksigenasi dan ventilasi yang adekuat Menurunnya tek 02 arterial (Pa O2) merupakan indikasi adanya obstruksi jl napas
TERAPI BERI OKSIGEN 100 % DAN MONITOR KEADAAN PASIEN SECARA KETAT
3. Obstruksi jln napas bag bawah Adanya cedera inhalasi yg merusak fungsi paru-paru :
peningkatan tekanan untuk bernapas menurunnya distribusi udara inspirasi menurunnya difusi gas di alveoli
Dx dini sulit ditentukan (ft Rontgen thoraks dan pengkajian fisik 24 jam pertama sering tid ditemukan Tanda/gejala : sianosis, distres pernapasan berat, hipoksia serebral berat
Penatalaksanaan :
Oksigenasi adekuat Brokodilator perintravena Monitoring hasil AGD, Antibiotik bila terjadi infeksi
Lanjutan penatalaksanaan
Intubasi dan ventilasi mekanik diindikasi bila : Respiratory rate > 35 x/m Tidal volume < 3,5 ml/kg Vital capacity < 10 15 ml/kg Inspiratory force < 25 cm air Dead space > 0,60 Alveolar arterial oksigen tension diference (AaDO2) > 35 mm Hg Asidosis respiratory (PCO2 > 55 mmHg) PO2 < 70 mmHg pada udara biasa atau 200 mmHg pada O2 100%
E. RESUSITASI CAIRAN
Cairan isotonis berpindah ke Interstitial maka segera harus diganti untuk mencegah syock. Terapi cairan diberikan jika luas luka bakar > 20 % Pemasangan kateter jika luas LB > 15 % untuk monitor output urin tiap jam sebab kadang terjadi pseudo diabetes( gula darag tuinggi, glukosuria, poli uria)
Lanjutan..
Cardiac output kembali normal ( 12 24 jam post resusitasi) Setelah 24 jam plasma dapat diberikan dengan perhitungan 0,3 0,5 ml / kg BB/ % LB. Pemberian cairan pada 24 jam kedua adalah D5% dgn jumlah 2000 6000 ml. sedangkan jumlah air yang diberikan didasarkan pada kadar serum Na.
2. Formula Broke :
1.5 ml x kg BB x percent LB (RL)
Untuk 24 jam pertam ditambah 0.5 ml x kg BB x percent LB (colloid) 2000 ml D5% dalam air
Lanjutan..
3. Formula resusitasi Hipertonik Diberikan cairan garam hipertonik yg berisi 300 mEq Na, 100 mEq Cl, 200 mEq laktat. Kecepatan pemberian disesuaikan untuk mempertahankan urin output 30 40 ml/jam
Lanjutan.
4. Formula Evans 1ml koloid + 1 ml elektrolit/kg BB/ % LB + 2000 ml D5% Pengaturan : 8 jam pertama = dari jumlah formula 16 jam berikutnya sisanya (1/2 nya)
F. Penanganan Nyeri
Penyebab : terbuka syaraf tepi, udara bebas yg mengenai jaringan sensitif, adanya gelisah Berikan analgesik IV
G. Pemasangan NGT
Pada Pasien dgn Luas luka bakar > 20 % sering mengalami illeus paralitik untuk itu diberikan pemasangan NGT