You are on page 1of 12

Oleh : Andi Gemmy A.M.

A (P3000213404) Alam Budiman Tamsi (P3000210001)

Alterasi merupakan perubahan komposisi mineralogi batuan (dalam keadaan padat) karena adanya pengaruh Suhu dan Tekanan yang tinggi dan tidak dalam kondisi isokimia menghasilkan mineral lempung, kuarsa, oksida atau sulfida logam. Proses alterasi merupakan peristiwa sekunder, berbeda dengan metamorfisme yang merupakan peristiwa primer. Alterasi terjadi pada intrusi batuan beku yang mengalami pemanasan dan pada struktur tertentu yang Memungkinkan masuknya air meteorik (meteoric water) untuk dapat mengubah komposisi mineralogi batuan.

Alterasi hidrotermal adalah suatu proses yang sangat kompleks yang melibatkan perubahan mineralogi, kimiawi, dan tekstur yang disebabkan oleh interaksi fluida panas dengan batuan yang dilaluinya, di bawah kondisi evolusi fisiokimia. Proses alterasi merupakan suatu bentuk metasomatisme, yaitu pertukaran komponen kimiawi antara cairan-cairan dengan batuan dinding. (Pirajno, 1992).
Alterasi hidrotermal merupakan konversi dari gabungan beberapa mineral membentuk mineral baru yang lebih stabil di dalam kondisi temperatur, tekanan dan komposisi hidrotermal tertentu (Barnes, 1979; Reyes, 1990 dalam Hedenquist, 1998). Mineralogi batuan alterasi dapat mengindikasikan komposisi atau pH fluida hidrotermal (Henley et al., 1984 dalam Hedenquist, 1998).

Faktor-faktor dominan yang mempengaruhi pengendapan mineral di dalam sistem hidrotermal terdiri dari empat macam (Barnes, 1979; Guilbert dan Park, 1986), yaitu: 1) 2) 3) 4) Perubahan temperatur; Perubahan tekanan Reaksi kimia antara fluida hidrotermal dengan batuan yang dilewati; Percampuran antara dua larutan yang berbeda.

Temperatur dan pH fluida merupakan faktor terpenting yang mempengaruhi mineralogi sistem hidrotermal. Tekanan langsung berhubungan dengan temperatur, dan konsentrasi unsur terekspresikan di dalam pH batuan hasil mineralisasi (Corbett dan Leach, 1996).

Reaksi reaksi yang berperan penting didalam proses alterasi (reaksi kimia antara batuan dengan fluida) adalah : 1. Hidrolisis, merupakan proses pembentukan mineral baru akibat terjadinya reaksi kimia antara mineral tertentu dengan ion H+, 2. Hidrasi, Merupakan proses pembentukan mineral baru dengan adanya penambahan molekul H2O. Dehidrasi adalah sebaliknya. 3. Hidrasi - Dehidrasi 4. Metasomatisme alkali alkali tanah 5. Dekarbonisasi reaksi kimia yang menghasilkan silika dan oksida 6. Oksida - Reduksi 7. Silisifikasi, merupakan proses penambahan atau produksi kuarsa polimorfnya 8. Silisikasi, Merupakan proses konversi atau penggantian mineral silikat

Pola Alterasi (Style of Alteration) Kuantitas alterasi pada batuan disebabkan oleh derajat dan lamanya proses alterasi. Terdapat tiga jenis pola alterasi (Sutarto, 2004), yaitu : a. Pervasive Yaitu penggantian seluruh atau sebagian besar mineral pembentuk batuan. Semua mineral primer pembentuk batuan telah mengalami alterasi, walaupun intensitasnya berbeda. b. Selectively pervasive Proses alterasi hanya terjadi pada mineral-mineral tertentu pada batuan. Misalnya klorit pada andesit hanya mengganti piroksen saja, sedangkan plagioklas tidak ada yang terubah sama sekali. c. Non-pervasive Hanya bagian tertentu dari keseluruhan batuan yang mengalami alterasi hidrotermal.

Secara umum alterasi hidrotermal akan membentuk satu Aureole hale terhadap tubuh bijih hidrotermal ataupun Channelwey termineralisasi yang pada umumnya dapat diindentifikasi secaara megaskopis di lapangan dan dipetakan menjadi beberapa zone subzone berdasarkan asosiasi minerral khusus.

Suatu Daerah yang memperlihatkan kesamaan Himpunan Mineral alterasi disebut sebagai Zona Alterasi ( Guilbert and Park, 1986). 5 Zona Alterasi hidrotermal berdasarkan kumpulan mineral, temperatur pH Larutan hidrothermal, dan purubahannya (Morisson, 1995), yaitu :

1. Zona potasik adalah zona alterasi yang berada pada bagian dalam suatu sistem hidrotermal dengan kedalaman bervariasi yang umumnya lebih dari beberapa ratus meter dan merupakan zona alterasi dekat dengan intrusi dengan fluida hidrotermal lebih dari 300C dan salinitas tinggi. 2. Zona Alterasi Serisit (Phlic Zone). Zona alterasi ini biasanya terletak pada bagian luar dari zona potasik. Batas zona alterasi ini berbentuk circular yang mengelilingi zona potasik yang berkembang pada intrusi. Zona ini merupakan zona alterasi yang terbentuk pada kondisi pH netral dengan temperatur antara 200-300C

3. Zona Alterasi Propilitik (Prophylitic Zone), Zona ini berkembang pada bagian luar dari zona alterasi yang dicirikan oleh kumpulan meneral epidot maupun karbonat dan juga mineral klorit. Alterasi ini dipengaruhi oleh penambahan unsur H+ dan CO2. Tipe Alterasi ini terbentuk akibat fluida netral sampai asam pada temperatur 200-400C. Biasanya terbentuk pada daerah yang permeable dan berdekatan dengan urat. 4. Zona Argilik (Argillic Zone), terbentuk akibat kondisi hidrotermal netral sampai asam dengan temperatur rendah (230C). Zona ini terbentuk karena rusaknya unsur potasium, kalsium dan magnesium menjadi mineral lempung. 5. Zona Argilik Lanjut, merupakan zona alterasi yang terbentuk pada fluida asam (pH<4) yang ditandai hadirnya alunit, diaspor, pirofilit, bersama dengan kuarsa, kalsedon, kaolinit, dan dikit. Zona Alterasi Skarn Alterasi ini terbentu akibat kontak antara batuan sumber dengan batuan karbonat, zona ini sangat dipengaruhi oleh komposisi batuan yang kaya akan kandungan mineral karbonat.

PROFIRI MESOTERMAL

EPITERMAL

You might also like