You are on page 1of 22

KONJUNGTIVITIS

- trakoma
- viral
Farmitalia Nisa Tristianti
122010101037

KONJUNGTIVITIS
TRACHOMA

DEFINISI

Trakoma adalah suatu bentuk keratokonjungtivitis


kronis yang disebabkan oleh infeksi bakteri
Chlamydia trachomatis (Solomon, 2010).

PATOFISIOLOGI

Infeksi menyebabkan inflamasi, yang predominan limfositik dan


infiltrat monosit dengan plasma sel dan makrofag dalam folikel.
Gambaran tipe folikel dengan pusat germinal dangan pulau- pulau
proliferasi sel B yang dikelilingi sebukan sel T. Infeksi konjungtiva yang
rekuren menyebabkan inflamasi yang lama yang menyebabkan
konjungtival scarring. Scarring diasosiasikan dengan atropi epitel
konjungtiva, hilangnya sel goblet, dan pergantian jaringan normal,
longgar dan stroma vaskular subepitel dengan jaringan ikat kolagen
tipe IV dan V (Solomon et al, 2004).

GEJALA

Secara klinis, trakoma dapat dibagi menjadi fase


akut dan fase kronis ,

Derajat keparahan dapat ringan sampai dengan


berat. Banyak infeksinya bersifat asimtomatis.

Sesuai dengan masa inkubasinya yaitu 5-10 hari,


infeksi konjungtiva menyebabkan iritasi, mata
merah, dan discharge mukopurulen.

Keterlibatan kornea pada proses inflamasi akut


dapat menimbulkan nyeri dan fotofobia.

Tanda awal infeksi yang kurang spesifik adalah


vasodilatasi dari pembuluh darah konjungtiva.

Trakoma

Konjungtivitis trakoma
Folikel

pada
konjungtiva tarsal

Trakoma
Panus
Infiltrat

limbus atas

Neovaskularisasi

di atas

DIAGNOSA

1. Riwayat Penyakit

Trakoma aktif biasanya ditemukan pada anak anak, dan penduduk pada
daerah endemis, hanya menimbulkan sedikit keluhan. Penderita dengan
trikiasis bisa simtomatis. Beratnya keluhan bergantung pada banyaknya bulu
mata yang menyentuh bola mata, ada atau tidaknya abrasi kornea, dan ada
tidaknya blefarospasme.

2. Pemeriksaan Klinis

Pemeriksaan mata untuk tanda-tanda klinis dari trakoma meliputi


pemeriksaan yang teliti terhadap bulu mata, kornea dan limbus, kemudian
eversi palpebra atas, dan inspeksi konjungtiva tarsal. Binocular Loupes (x2,5)
dan pencahayaan yang cukup dibutuhkan, bila memungkinkan slit lamp dapat
digunakan.

3. Pemeriksaan laboratorium

Mikroskopis, kultur sel, direct fluorescent antibody, enzyme immunoassay,


serology,PCR, direct hybridization probe test,Ligasse chain reaction, Strand
displacement assay, quantitative PCR

Konjungtivitis

Trakoma

DD

Vernal katarak

folikularis
Gambaran Lesi

(Dini) papula kecil atau bercak Penonjolan


merah

bertaburandengan pucat

bintik-bintik

kuning

merah

tersusun

muda Nodul lebar datar dalam


teratur susunan

pada seperti deretan beads

konjungtiva tarsal atas dan

konjungtiva tarsal

bawah,

(Lanjut) Granula dan parut dan

susu

parut

terutama

cobblestone pada
diselimuti

lapisan

pada

konjungtiva tarsal atas


Ukuran Lesi dan Lokasi Penonjolan
Lesi

konjuntiva

besar,
tarsal

atas

lesi Penonjolan kecil, terutama Penonjolan


dan konjungtiva

tarsal

besar,

tarsus,

bawah limbus dan forniks dapat

teristimewa lipatan retrotarsal dan forniks bawah tarsus terlibat


kornea-pannus, bawah infiltrasi tidak terlibat
abu-abu dan pembuluh tarsus
terlibat
Tipe sekresi

Pulasan

Kotoran air berbusa atau frothy Mukoid aatu purulen

Bergetah,

pada stadium lanjut

susu

bertali,

seperti

Kerokan epitel dari konjungtiva Kerokan tidak karakteristik Eosinofil karakteristik


dan
(Ilyas, S, 2007)
dan

kornea

memperlihatkan (Koch-Weeks,

Morax konstan pada sekresi

TATALAKSANA

WHO adalah strategi SAFE (Surgical care, Antibiotics, Facial cleanliness,


Environmental improvement).

1. Terapi antibiotic yaitu azitromisisn oral dan salep mata tetrasiklin.

Azitromisin lebih baik dari tetrasiklin namun lebih mahal.

2. Pembedahan
3. Kebersihan wajah

Studi epidemiologi menunjukkan bahwa kebersihan wajah pada anak- anak


menurunkan resiko dan juga keparahan dari trakoma aktif.Untuk
mensukseskannya, pendidikan dan penyuluhan kesehatan harus berbasis
komunitas dan berkesinambungan

4. Peningkatan sanitasi lingkungan

Penyuluhan peningkatan sanitasi rumah dan sumber air, dan pembuangan feses
manusia yang baik.

DAFTAR PUSTAKA
Ilyas, Sidarta. 2007. Ilmu Penyakit Mata, Cetakan ke-4. Jakarta: Balai Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Salomon, Anthony dan Hugh R Taylor. 2010. Trachoma: Treatment and


Medication.eMedicine Ophtalmology. 214: 29-38
Salomon et al. 2004. Diagnosis and Assesment of Trachoma. Clinical
Microbiology Review. 17: 982-1011

Wijana, Nana. 1993. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : Abadi Tegal

KONJUNGTIVITIS VIRAL

DEFINISI

Konjungtivitis viral adalah penyakit umum yang


dapat disebabkan oleh berbagai jenis virus, dan
berkisar antara penyakit berat yang dapat
menimbulkan cacat hingga infeksi ringan yang
dapat sembuh sendiri dan dapat berlangsung lebih
lama daripada konjungtivitis bakteri (Vaughan,
2010).

Etiologi dan Faktor Resiko

Konjungtivitis viral dapat disebabkan berbagai jenis virus,


tetapi adenovirus adalah virus yang paling banyak
menyebabkan penyakit ini, dan herpes simplex virus yang
paling membahayakan. Selain itu penyakit ini juga dapat
disebabkan oleh virus Varicella zoster, picornavirus
(enterovirus 70, Coxsackie A24), poxvirus, dan human
immunodeficiency virus (Scott, 2010).

Penyakit ini sering terjadi pada orang yang sering kontak


dengan penderita dan dapat menular melalu di droplet
pernafasan, kontak dengan benda-benda yang
menyebarkan virus (fomites) dan berada di kolam renang
yang terkontaminasi (Ilyas, 2008).

Patofisiologi
Mekanisme

terjadinya konjungtivitis virus


ini berbeda-beda pada setiap jenis
konjungtivitis ataupun mikroorganisme
penyebabnya (Hurwitz, 2009).

Gejala Klinis

berbeda-beda sesuai dengan etiologinya.

disebabkan oleh adenovirus biasanya dijumpai demam dan mata seperti


kelilipan, mata berair berat dan kadang dijumpai pseudomembran. Selain
itu dijumpai infiltrat subepitel kornea atau keratitis setelah terjadi
konjungtivitis dan bertahan selama lebih dari 2 bulan. Pada konjungtivitis
ini biasanya pasien juga mengeluhkan gejala pada saluran pernafasan atas
dan gejala infeksi umum lainnya seperti sakit kepala dan demam
(Senaratne & Gilbert, 2005).

virus herpes simpleks (HSV) yang biasanya mengenai anak kecil


dijumpai injeksi unilateral, iritasi, sekret mukoid, nyeri, fotofobia
ringan dan sering disertai keratitis herpes.

Konjungtivitis hemoragika akut yang biasanya disebabkan oleh


enterovirus dan coxsackie virus memiliki gejala klinis nyeri, fotofobia,
sensasi benda asing, hipersekresi airmata, kemerahan, edema
palpebra dan perdarahan subkonjungtiva dan kadang-kadang dapat
terjadi kimosis (Scott, 2010).

DIAGNOSIS

diagnosisnya difokuskan pada gejala-gejala yang


membedakan tipe-tipe menurut penyebabnya. Dibutuhkan
informasi mengenai, durasi dan gejala-gejala sistemik
maupun ocular, keparahan dan frekuensi gejala, faktorfaktor resiko dan keadaan lingkungan sekitar untuk
menetapkan diagnosis konjungtivitis virus. Pada anamnesis
penting juga untuk ditanyakan onset, dan juga apakah
hanya sebelah mata atau kedua mata yang terinfeksi
(Gleadle, 2007).

Konjungtivitis virus sulit untuk dibedakan dengan


konjungtivitis bakteri berdasarkan gejala klinisnya dan
untuk itu harus dilakukan pemeriksaan lanjutan, tetapi
pemeriksaan lanjutan jarang dilakukan karena
menghabiskan waktu dan biaya (Hurwitz, 2009).

Mata merah
Konjungtivitis viral

Konjungtivitis viral
Sekret

sereous

Mata merah
Konjungtivitis go

Konjungtivitis
purulenta go
Sekret

purulen

Mata merah
Konjungtivitis virus

Konjungtivitis virus
Injeksi

konjungtival

Sekret

sereous

Perdarahan

subkonjungtiva (
subakut )

Komplikasi

Konjungtivitis virus bisa berkembang menjadi


kronis, seperti blefarokonjungtivitis. Komplikasi
lainnya bisa berupa timbulnya pseudomembran,
dan timbul parut linear halus atau parut datar,
dan keterlibatan kornea serta timbul vesikel pada
kulit (Vaughan, 2010).

Penatalaksanaan

Konjungtivitis virus yang terjadi pada anak di atas 1 tahun


atau pada orang dewasa umumnya sembuh sendiri dan
mungkin tidak diperlukan terapi, namun antivirus topikal
atau sistemik harus diberikan untuk mencegah terkenanya
kornea (Scott, 2010). Pasien konjungtivitis juga diberikan
instruksi hygiene untuk meminimalkan penyebaran infeksi
(James, 2005).

You might also like