You are on page 1of 25

SINDROM

KOMPARTEMEN

Definisi

Sindrom kompartemen merupakan suatu


kondisi dimana terjadi peningkatan
tekanan interstitial dalam sebuah ruangan
terbatas yakni kompartemen osteofasial
yang tertutup. Hal ini dapat mengawali
terjadinya kekurangan oksigen akibat
penekanan pembuluh darah, sehingga
mengakibatkan berkurangnya perfusi
jaringan dan diikuti dengan kematian
jaringan.
Sindrom kompartemen akut terjadi ketika
tekanan jaringan dalam kompartemen
otot tertutup melebihi tekanan perfusi dan
menyebabkan otot dan saraf iskemia. Ini
biasanya terjadi setelah peristiwa
traumatis, paling sering patah tulang.
Pilihan penanganan untuk sindrom
kompartemen akut adalah dekompresi
dini (Rasul, 2012; Paula, 2011).

etiologi
Penurunan volume kompartemen
Kondisi ini disebabkan oleh:
Penutupan defek fascia
Traksi internal berlebihan pada fraktur ekstremitas

Peningkatan tekanan eksternal


Balutan yang terlalu ketat
Berbaring di atas lengan
Gips

Peningkatan tekanan struktur compartemen


Pendarahan atau Trauma vaskuler
Peningkatan permeabilitas kapiler
Penggunaan otot yang berlebihan
Luka bakar
Operasi
Gigitan ular
Obstruksi vena

Klasifikasi
penurunan volume kompartemen
peningkatan tekanan struktur kompartemen
Peningkatan tekanan eksternal

berdasarkan lamanya gejala, dapat dibedakan


menjadi akut dan kronik.
kompartemen akut
adalah fraktur, trauma jaringan lunak, kerusakan
pada arteri dan luka bakar. Sedangkan sindroma

kompartemen kronik
biasa terjadi akibat melakukan aktivitas yang

Manifestasi
Klinis

Gejala klinis yang terjadi pada syndrome kompartemen dikenal dengan 5


P yaitu:

1. Pain
(nyeri) : nyeri yang hebat saat peregangan pasif pada
otot-otot yang terkena, ketika ada trauma langsung. Nyeri
merupakan gejala dini yang paling penting.
Otot yang tegang pada kompartemen merupakan gejala
yang spesifik dan sering.

2. Pallor
(pucat), diakibatkan oleh menurunnya
perfusi ke daereah tersebut.
3. Pulselesness
(berkurang atau hilangnya denyut
nadi )
4. Parestesia
(rasa kesemutan)

5. Paralysis
Merupakan tanda
lambat akibat
menurunnya sensasi saraf
yang berlanjut dengan
hilangnya fungsi bagian
yang terkena kompartemen

PATOFISIOLOGI

LABORATORIUM
Comprehensive metabolic panel

Cardiac marker test (tes


(CMP)
penanda jantung)
Urinalisis and urine drug
Complete blood cell count
screen
(CBC)
Pengukuran level serum laktat
Arterial blood gas (ABG): cara
Amylase and lipase assessment
cepat untuk mengukur deficit
Prothrombin time (PT), activated pH, laktat dan basa.
partial thromboplastin time (aPTT) Kreatinin fosfokinase dan urin
myoglobin
bila pasien diberi heparin

Serum myoglobin
Toksikologi urin : dapat membantu

Imaging :

menentukan penyebab, tetapi tidak Rontgen : pada ekstremitas yang


membantu dalam menentukan

terkena.

terapi pasiennya.

USG: USG membantu untuk

Urin awal : bila ditemukan


myoglobin pada urin, hal ini dapat
mengarah ke diagnosis
rhabdomyolisis.

mengevaluasi aliran arteri dalam


memvisualisasi Deep Vein
Thrombosis (DVT)

Penatalaksanaan Sindrom
Kompartemen
1. Terapi medikamentosa/non operatif:
Menempatkan ekstremitas yang terkena setinggi jantung, untuk
mempertahankan ketinggian kompartemen yang minimal, elevasi
dihindari karena dapat menurunkan aliran darah dan akan lebih
memperberat iskemia.
Pada kasus penurunan ukuran kompartemen, gips harus di buka dan
pembalut konstriksi dilepas.
Pada kasus gigitan ular berbisa, pemberian anti racun dapat
menghambat perkembangan sindrom kompartemen.

2. Terapi pembedahan / operatif


Terapi operatif untuk sindrom kompartemen apabila tekanan
intrakompartemen lebih dari 30 mmHg memerlukan tindakan yang
cepat dan segera dilakukan fasciotomi

KOMPLIKASI

Komplikasi Sindrom
Kompartemen
Sindrom kompartemen jika tidak mendapatkan penanganan dengan

segera akan menimbulkan berbagai komplikasi antara lain :


Nekrosis pada syaraf dan otot dalam kompartemen
Kontraktur volkam, merupakan kerusakan otot yang disebabkan oleh
terlambatnya penanganan sindrom kompartemen sehingga timbul
deformitas pada tanga, jari dan pergelangan tangan karena adanya
trauma pada lengan bawah
Trauma vascular
Gagal ginjal akut
Sepsis
Acture respiratory distress syndrome (ARDS)

Pengkajian
Anamnesis
Identitas
klien

Keluhan
utama

penggunaa
n obatobatan

Riwayat
penyakit
sekarang

Pemeriksaan fisik
Tanda- tanda vital

Pemeriksaan fisik
persistem

Diagnosa keperawatan
Nyeri berhubungan dengan
adanya peningkatan tekanan
di jaringan perifer

Ganggua mobilitas
fisik berhubungan
dengan imobilisasi
tungkai

Gangguan disfugngsi
neurovaskuler perifer
berhubungan dengan
penurunan aliran darah

Gangguan perfusi
jaringan tidak efektif
berhubungan dengan
sindrom kompartemen

Intervensi
Berikan kesempatan waktu istirahat bila terasa
nyeri dan berikan posisi yang nyaman.
Mengajarkan tehnik relaksasi dan metode

distraksi.
Observasi tingkat nyeri dan respon motorik
klien, 30 menit setelah pemberian analgesik

untuk mengkaji efektivitasnya dan setiap 1-2 jam


setelah tindakan perawatan selama 1-2 hari.
Kolaborasi analgesic.

Lakukan pengkajian
neuromuskuler.perhatikan perubahan fungsi
motor/
sensori.minta
pasien
untuk
melokalisasi nyeri .
Evaluasi adanya / kualitas nadi perifer distal
terhadap cidera melalui palpasi .bandingkan
dengan ekstremitas yang sakit
Kaji aliran kapiler ,warna kulit
Selidiki tanda iskemia ekstremitas tiba- tiba
contoh
penurunan
suhu
kulit
dan
peningkatan nyeri

Kaji derajat imobilisasi yang dihasilkan oleh


cidera / pengobatan dan perhatikan persepsi
pasien terhadap imobilisasi
Instruksikan pasien untuk bantu dalam
rentang gerak pasien/ aktif pada ekstremitas
yang sakit dan yang tidak sakit
Bantu / dorong perawatan diri / kebersihan .
Ubah posisi secara periodik
Instruksikan / dorong menggunakan trapeze
dan pasca posisi untuk fraktur tungkai bawah

THANK YOUU

You might also like