Professional Documents
Culture Documents
KELOMPOK 1
Maria Magdalena Dwi Hastuti 1420282873
Matra Novalia Palipadang 1420282874
Mega Nur Yuliana
1420282875
Mick Sella Fristica
1420282876
Mitha Maulidya
1420282877
Muhammad Arsyad
1420282878
Muhammad Fikri S
1420282879
Muhammad Sodiq Jaelani 1420282880
Mukarramah
1420282881
Mustika Agustin
1420282882
Definisi
Varises
ANATOMI
Vena Safena Magna (VSM) berawal dari sisi medial kaki merupakan bagian
dari lengkung vena dan mendapat percabangan dari vena profunda pada kaki
yang kemudian berjalan keatas sepanjang sisi anterior malleolus medialis.
Dari pergelangan kaki, VSM berjalan pada sisi anteromedial betis sampai
lutut dan ke bagian paha dimana terletak lebih medial. Dari betis bagian atas
sampai pelipatan paha VSM ditutupi oleh sebuah fasia tipis dimana fasia ini
berfungsi untuk mencegah agar vena ini tidak berdilatasi secara berlebihan.
Normalnya VSM memiliki ukuran normal 3-4 mm pada pertengahan paha.
Sepanjang perjalanannya sejumlah vena peforata mungkin menghubungkan
antara VSM dengan sistem vena profunda pada regio femoral, tibia posterior,
gastrocnemius, dan vena soleal. Antara pergelangan kaki dan lutut terdapat
Cockett perforator, yang merupakan kelompok vena perforata yang
menghubungkan sistem vena profunda dengan lengkung vena posterior yang
memberikan percabangan ke VSM dari bawah pergelangan kaki dan
berakhir di VSM di bawah lutut.
Selain
ETIOLOGI
Menurut Yuwono 2006, Etiologi dari insufisiensi vena kronis dapat dibagi 3
kategori yaitu, kongenital, primer dan sekunder.
1. Penyebab insufisiensi vena kronis yang kongenital adalah pada kelainan
dimana katup yang seharusnya terbentuk di suatu segmen ternyata tidak
terbentuk sama sekali (aplasia, avalvulia), atau pembentukannya tidak
sempurna (displasia), berbagai malformasi vena, dan kelainan lainnya yang
baru diketahui setelah penderitanya berumur.
2. Penyebab insufisiensi vena kronis yang primer adalah kelemahan intrinsik
dari dinding katup, yaitu terjadi lembaran atau daun katup yang terlau
panjang (elongasi) atau daun katup menyebabkan dinding vena menjadi
terlalu lentur tanpa sebab-sebab yang diketahui.
3. Penyebab insufisiensi vena kronis sekunder (insufisiensi vena sekunder)
disebabkan oleh keadaan patologik yang didapat, yaitu akibat adanya
penyumbatan trombosis vena dalam yang menimbulkan gangguan kronis
pada katup vena dalam.
PATOFISIOLO
GI
Pada keadaan normal katup vena bekerja satu arah dalam mengalirkan darah vena naik
keatas dan masuk kedalam. Pertama darah dikumpulkan dalam kapiler vena superfisialis
kemudian dialirkan ke pembuluh vena yang lebih besar, akhirnya melewati katup vena ke
vena profunda yang kemudian ke sirkulasi sentral menuju jantung dan paru. Vena
superfisial terletak suprafasial, sedangkan vena vena profunda terletak di dalam fasia dan
otot. Vena perforata mengijinkan adanya aliran darah dari vena superfisial ke vena
profunda.
Di dalam kompartemen otot, vena profunda akan mengalirkan darah naik keatas melawan
gravitasi dibantu oleh adanya kontraksi otot yang menghasikan suatu mekanisme pompa
otot. Pompa ini akan meningkatkan tekanan dalam vena profunda sekitar 5 atm. Tekanan
sebesar 5 atm tidak akan menimbulkan distensi pada vena profunda dan selain itu karena
vena profunda terletak di dalam fasia yang mencegah distensi berlebihan. Tekanan dalam
vena superfisial normalnya sangat rendah, apabila mendapat paparan tekanan tinggi yang
berlebihan akan menyebabkan distensi dan perubahan bentuk menjadi berkelok-kelok.
Kegagalan pada satu katup vena akan memicu terjadinya kegagalan pada
katup-katup lainnya. Peningkatan tekanan yang berlebihan di dalam sistem
vena superfisial akan menyebabkan terjadinya dilatasi vena yang bersifat
lokal. Setelah beberapa katup vena mengalami kegagalan, fungsi vena untuk
mengalirkan darah ke atas dan ke vena profunda akan mengalami gangguan.
Tanpa adanya katup-katup fungsional, aliran darah vena akan mengalir
karena adanya gradient tekanan dan gravitasi.
Varises vena pada kehamilan paling sering disebabkan oleh karena adanya
perubahan hormonal yang menyebabkan dinding pembuluh darah dan
katupnya menjadi lebih lunak dan lentur, namun bila terbentuk varises
selama kehamilan hal ini memerlukan evaluasi lebih lanjut untuk menyingkir
adanya kemungkinan disebabkan oleh keadaan DVT akut.
Kerusakan yang terjadi akibat insufisiensi vena berhubungan dengan
tekanan vena dan volume darah vena yang melewati katup yang inkompeten.
Sayangnya penampilan dan ukuran dari varies yang terlihat tidak
mencerminkan keadaan volume atau tekanan vena yang sesungguhnya. Vena
yang terletak dibawah fasia atau terletak subkutan dapat mengangkut darah
dalam jumlah besar tanpa terlihat ke permukaan. Sebaliknya peningkatan
tekanan tidak terlalu besar akhirnya dapat menyebabkan dilatasi yang
berlebihan.
Video varises
FAKTOR RESIKO
Jenis Varises
1.Varises jenis spider navy.
Varises ini tergolong ringan, biasanya akibat suhu
yang terlalu
panas atau dingin, terpapar sinar
matahari terus menerus, sedang hamil, faktor
keturunan, kebiasaan makanan sarat rempah dan
pedas, serta pengobatan hormonal.Varises jenis ini
bisa terjadi di beberapa tempat, yaitu di wajah,
pangkal lengan, paha, daerah lutut, pergelangan kaki
dan tumit.
2.Varises dalam kulit
Varises ini terjadi pada pembuluh vena yang halus
dan tipis di dalam kulit bagian kaki.
3.Varises Reticular Varicose Veins
varises jenis ini yang lebih parah, karena terjadi di
pembuluh vena bawah kulit.
KOMPLIKASI
Hipertensi vena persisten akan mempengaruhi
fungsi kapiler, tekanan trans mural dan intra mural
meningkat, mendorong cairan, elektrolit dan
eritrosit keluar memasuki jaringan sehingga terjadi
edem dan hiperpigmentasi. Kapiler mengalami
dilatasi dan penurunan kecepatan aliran darah, hal
ini mempengaruhi adhesi leukosit (neutrofil) pada
mikrosirkulasi dan venula post kapiler, akibatnya
leukosit akan terperangkap pada endotel dan
teraktivasi sehingga melepaskan radikal bebas,
enzim proteolitik dan sitokin, di samping itu fibrin
perikapiler akan menjadi barier terhadap difusi
oksigen dan nutrisi lain. Semua keadaan ini
menyebabkan kerusakan jaringan berupa hipoksia,
iskhemi, nekrosis lemak, pigmentasi kulit, dan
ulkus.
DIAGNOSIS
Anamnesis :
1. Keluhan penderita ; keluhan rasa sakit, rasa
lelah, rasa nyeri, rasa panas/sensai terbakar
pada tungkai, kejang otot betis, bengkak.
2. Gejala dan perkembangan lesi.
3. Faktor predisposisi ; keturunan, trauma
pada tungkai, pekerjaan yang membutuhkan
posisi tubuh berdiri yang terlalu lama,
supporter olahraga.
4. Riwayat penyakit sistemik, pengobatan, dan
tindakan medis/pembedahan sebelumnya.
Pemeriksaan
Fisik:
Pemeriksaan Penunjang
1. Ultrasonografi Doppler
2. Duplex ultrasonography
3. Plebography
Penatalaksanaan Varises
Jika penyakit varises telah terjadi dapat dilakukan
penanganan dengan cara:
1. Pakai stocking
Pakailah garmen elastis khusus pada tungkai yang
mampu memberi tambahan tekanan pada pembuluh
darah balik (vena) secara merata dari telapak kaki
sampai ke pangkal paha. Bentuk garmen elastis khusus
ini biasanya seperti stocking atau celana panjang ketat.
2. Injeksi zat-zat skleroterapi
Ini dilakukan pada pembuluh-pembuluh darah balik
(vena) yang tampak berkelok-kelok dan bercabangcabang untuk menciutkan rongga pembuluh darah balik
(vena).
3.Pembedahan
Tindakan operasi stripping ini melepaskan pembuluh
darah balik (vena) sepanjang tungkai dari struktur
sekitarnya, kemudian dibuang
1. Skleroterapi
Dilakukan dengan menyuntikan substansi sklerotan kedalam
pembuluh darah yang abnormal sehingga terjadi destruksi
endotel yang diikuti dengan pembentukan jaringan fibrotik.
Skleroten yang digunakan saat ini yaitu ferric chloride, salin
hipertonik, polidocanol, iodine gliserin, dan sodium
tetradecyl sulphate
Terapi varises vena paling umum digunakan adalah sodium
tetradecyl sulphate dan polidocanol.
Kedua bahan ini dipilih karena sedikit menimbulkan reaksi
alergi, efek pada perubahan warna kulit (penumpukan
hemosiderin) yang rendah, dan jarang menimbulkan
kerusakan jaringan apabila ekstravasasi ke jaringan.
Endovenous Dianhermy
Teknik ini mungkin dapat untuk mengablasi percangan
VSM yang inkompeten dengan tetap mempertahankan
VSM setelah dilakukan ligasi safeno-femoral walaupun
tidak ada follow up yang dilakukan selanjutnya dan
sebagian pasien memerlukan terapi tambahan
skloroterapi.
TERIMAKASIH