You are on page 1of 28

REFERAT

SKROFULODERMA
AdityaJhenevel
2010730004
Dokterpembimbing:
dr.Heryanto,Sp.KK
KEPANITERAANKLINIKILMUPENYAKITKULIT&KELAMIN
RUMAHSAKITISLAMJAKARTASUKAPURA
FAKULTASKEDOKTERANUNIVERSITASMUHAMMADIYAHJAKARTA
2015

TUBERKULOSISKUTIS

Tuberculosis kutis merupakan penyakit spesifik yang disebabkan


oleh Mycobacterium tuberculose (basil tahan asam) dan
menyebabkan kelainan pada kulit.
Etiologi :
Mycobacterium tuberculosae jenis human (91,5%)
Mycobacterium atypis (jarang) (8,5%)
Epidemiologi
Insidensi sebanding dengan TB paru
Banyak pada anak-anak dan dewasa muda
Sering dihubungkan dengan sosio ekonomi penderita
Wanita >> laki-laki

FAKTORPREDISPOSISI
Musim/iklim

: Penyebaran lebih mudah pada musim penghujan

Kebersihan

: Frekuensi pd sanitasi yang kurang baik

Gizi

: Gizi kurang akan menyebabkan penyakit lebih


mudah meluas dan lebih berat

Mycobacterium tuberculosis
Berbentuk batang
Panjang 2-4/, lebar 0,3 1,5/m
Tahan asam
Tidak bergerak
Tidak membentuk spora
Aerob
Suhu optimal pertumbuhan pada
37C

Mycobacterium atypi
Tahan asam, patogenitas rendah, pembiakan membentuk
pigmen, tumbuh pada suhu kamar.
Klasifikasi Runyon (1959):
1. Golongan I : fotokromogen koloni membentuk pigmen
bila mendapat cahaya, misal M. marinum & M. kansasii.
2. Golongan II : skotokromogen koloni membentuk
pigmen dengan/tanpa cahaya, misal M. scrofulaceum.
3. Golongan III : nonfotokromogen koloni tidak
membentuk pigmen, misal M. avium-intracellulare & M.
ulcerans.
4. Golongan IV : rapid growers koloni tumbuh dalam
beberapa hari, misal M. fortuitum & M. abscessus.

Mycobacterium atypi

KLASIFIKASI
Secara umum dibagi dalam 2 kelompok :
Tuberkulosis kutis sejati
Kuman penyebab ditemukan pada tempat kelainan
-Primer
: kuman masuk pertama kali di kulit (jarang)
-Sekunder
: kuman masuk melalui organ seperti tonsil,
paru
atau usus halus.
Ex.tuberkulosis kutis sejati sekunder adalah skrofuloderma,
tuberkulosis kutis verukosa, tuberkulosis gumosa, dan lupus
vulgaris.
Tuberkulid
Tidak terdapat kuman penyebab pada tempat kelainan
melainkan pada suatu fokus di tempat lain dalam tubuh
(reaksi id)

PATOGENESIS

SKROFULODERMA
Nama lain : Tuberculosis cutis colliquativa , tuberculosis
colliquativa cutis. Cf. Tuberculous gumma.
Definisi : merupakan tuberkulosis kutis yang terjadi karena
penyebaran secara perkontinuitatum dari proses tuberkulosis
jaringan di bawah kulit seperti kelenjar getah bening, tulang
dan sendi.
Port de entre : tonsil, paru-paru, atau usus halus
Predileksi :
tempat-tempat yang banyak didapati KGB superfisialis, yang
tersering adalah leher, ketiak, dan lipat paha terserang di 3
tempat = penyebaran hematogen.

S
K
R
O
F
U
L
O
D
E
R
M
A

Penyebab
Mycobacterium tuberculosis (91,5%),
Mycobacterium bovis
Mikobakteria atipikal (8,5%)
- Gol II atau skotokromogen (80%)
- Gol IV atau rapid growers (20%)
Mikobakteria atipikal (Klasifikasi Runyon ):
1.Golongan I : fotokromogen
2. Golongan II : skotokromogen
3.
Golongan III : nonfotokromogen
4.
Golongan IV : rapid growers

GAMBARANKLINIS
Skrofuloderma dimulai sebagai Limfadenitis tuberkulosis (pembesaran KGB
tanpa tnda-tanda radang akut selain tumor) beberapa KGB diserang,
makin banyak & sebagian berkonfluensi membentuk kantong kelenjar
klier pakket Periadenitis perlekatan KGB dg jaringan sekitar
kelenjar-kelenjar mengalami perlunakan tidak serentak konsistensi
mnjadi kenyal dan lunak (abses dingin) memecah & membentuk fistel
muara fistel meluas ulkus khas (bentuk memanjang & tidak teratur, di
sekitarnya berwarna merah kebiru-biruan (livid), dinding bergaung,
jaringan granulasi tertutup pus seropurulen) mengering krusta kuning
ulkus sembuh spontan sikatrik memanjang & tidak teratur.

UKK
Ulkus bentuk tidak teratur, pinggir meninggi, tepi tidak rata, dinding
bergaung, dasar kotor, terdapat jaringan granulasi berwarna merah
tertutup oleh pus dan bila kering terjadi krusta, tidak berbau.
Daerah sekitar ulkus tampak livide (merah kebiru-biruan).
Sebagian ulkus menyembuh membentuk sikatrik.
Ditemukan skin bridge, yaitu jembatan kulit diantara dua fistel.
Tanda khas (diperiksa dgn memasukkan sonde )
Tanda Diagnostik
Abses tidak nyeri, ulkus tidak teratur, bergaung, memanjang dan
sekitarnya livid.

SKROFULODERMA

PEMERIKSAANLABORATORIUM

Darah tepi
LED dan leukosit meningkat
Bakteriologi
Sediaan langsung: dengan pewarnaan Ziehl Nelsen. BTA (+) bila
terdapat batang merah.
Biakan : media LJ ( Lowenstein Jensen) pada suhu 37 C
Binatang percobaan
Biokimia : digunakan Niasin
Histopatologi
Lapisan kutis dalam: nekrosis kaseosa, pembentukan ruang yang berisi
debris yg jadi cair, dinding dibentuk jar granulasi tuberkulosa
Pembentukan sinus hingga permukaan
Ulkus dengan proliferasi papiloma
Jaringan yg mengalami nekrosis kaseosa dikelilingi oleh sel-sel epitel
dan sel-sel datia Langhans.

Pembiakan dengan media


Lowenstein Jensen pada
suhu 37

Pemeriksaan
mikroskopik dengan
Ziehl Neelsen

DIAGNOSISBANDING
Leher
Aktinomikosis
Menimbulkan deformitas atau benjolan
dengan beberapa muara fistel produktif.
limfoma maligna, limfosarkoma
Furunkulosis
Ulkus piogenikum
Ulkus serpiginosa

DIAGNOSISBANDING
Aksila
Hidradenitis supurativa
tanda radang akut, gejala konstitusi,
biasanya menimbulkan sikatriks
sehingga terjadi tarikan- tarikan
yang mengakibatkan
kontraksi ketiak. Leukositosis.

DIAGNOSISBANDING
Lipat Paha
Limfogranuloma venereum
Biasanya akut dengan gambaran
limfadenitis akut, merah
dengan gejala umum panas, malaise.
Coitus suspectus. KGB yg diserang
inguinal medial (Skrofuloderma KGB
inguinal lateral dan femoral)

TERAPI

Kategori III Tx TBC paru (2HRZ 6HE, 2HRZ4HR, 2HRZ4H3R3)


Umum: istirahat , meningkatkan daya tahan tubuh, dan isolasi
Khusus : Sistemik dan topikal
Sistemik
First line drugs
1) INH (bakterisid)
5-10 mg/kgBB, dosis tunggal, max 400mg/hari
ES: neuritis perifer jika dosis >400mg/ hari
Vit.B6 5-10 mg tiap pemberian 100 mg INH untuk mencegah efek
samping tsb.
Misal : pehadoxin forte

2) Streptomisin (bakteriostatik)
25 mg/kgBB IM tiap hari sampai 90x
ES: gangguan keseimbangan & pendengaran
3) PAS / para (bakteriostatik)
200 mg/kgBB 4 x sehari
ES: iritasi lambung
4) Etambutol (pengganti PAS)
25 mg/kgBB 2 bln pertama, selanjutnya diturunkan menjadi 15
mg/kgBB, dosis tunggal.
Tx dapat dilakukan dg 2 / 3 mcm obat. Pada kombinasi 2 mcm obat
1 bln penyembuhan (-) ditambahkan obat ke 3.

Penyembuhan (+):
ulkus sudah menutup
KGB sudah mengecil(kurang dari 1 cm & konsistensi keras)
Sikatriks yang semula eritematosa menjadi tidak eritema lagi.
LED akan dan menjadi normal. LED dapat dipakai sebagai pegangan
untuk menilai penyembuhan pada penyakit tuberculosis.
Bila belum terjadi perbaikan, maka dapat ditambahkan Ethambutol.
Pengobatan dilanjutkan 6 bulan sampai sembuh secara klinis.
Kombinasi 3 obat INH, Rifampisin, etambutol atau INH, streptomisin, PAS

Second line drugs


Rifampisin (bakterisid, pengganti streptomisin) : 10 mg/kgBB
(PO), dosis tunggal sebelum mkn, setiap hari 1-2 bln
kemudian 2/3x seminggu 6 bln-1th.
Kanamisin 25 mg/kgBB iv 90x, dosis dewasa max. 4gr/mggu
ES: seperti streptomisin, lebih tosik.
Protionamid : dosis tidak > 500 mg/hr (dewasa) (PO), dosis
tunggal
ES: iritasi ringan lambung, gangguan hepar.
Pirazinamid (bakterisid) : 20-35 mg/kgBB 3xsehari (PO)
ES: gangguan hepar.

Topikal
pus (+) : kompres dgn solutio PK 1/5.000.
kering : krim, salep antibiotik dan salep minyak ikan digunakan
untuk merangsang tepi ulkus agar cepat menutup.
Terapi pembedahan (eksisi)
Indikasi:
terapi dengan antituberkulosis gagal
penderita skrofuloderma disertai penurunan kekebalan tubuh
penderita skrofuloderma berulang
penderita skrofuloderma disertai dengan penyakit yang berat.
PROGNOSIS : Lesi dapat sembuh secara spontan namun
memerlukan waktu dalam beberapa tahun dengan meninggalkan
sikatriks yang memanjang dan tidak teratur.

Barakbah J, Pohan SS, Sukonto H, dkk. Skrofuloderma. Dalam : Atlas Penyakit Kulit dan
Kelamin. Edisi ke 5. Surabaya : Airlangga University Press, 2007. Hal 23-4.
Siregar RS. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Jakarta : EGC, 2003. Hal 148-9.
Adhi Djuanda. Tuberkulosis Kutis. Dalam : ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisi ke
6.jakarta: fakultas Kedokteran Indonesia,2010. Hal 64-72..
Dermatology information system. Skrofuloderma. Diunduh dari: http:// www.dermis.net/
dermisroot/tr/10554/image.htm, 14 februari 2014
Jawas FA, Martodihadjo Soenarko, dkk. Skrofuloderma. Dalam : Berkala Ilmu Kesehatan
Kulit dan Kelamin. Surabaya : Airlangga University Press, 2007. Hal 56-60

You might also like