Professional Documents
Culture Documents
B6
Tutor : dr. Yoan Carolina Panggabean
Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara
Medan
PEMICU
Seorang anak laki-laki, usia 15 tahun dibawa ke UGD karena
jatuh dari bak truk yang sedang berjalan, 3 jam yang lalu. Pada
pemeriksaan ada jejas berupa vulnus laceratum di frontal,
pasien dapat membuka mata apabila dicubit dan menjawab
pertanyaan dokter dengan suara yang tidak jelas, tetapi ia
tidak dapat menggerakkan keempat ekstrimitasnya.
Pada pemeriksaan awal di UGD dijumpai tekanan darah
100/70 mmHg; nadi 126 kali permenit; pernafasan 16x
permenit; suhu 37.5 C
Os
temporalis
• Fraktur Linier
merupakan sebuah garis (celah).
Fraktur linier yang berbahaya ialah fraktur yang melintas os
temporal; pada os temporal terdapat alur yang dilalui Arteri Meningia
Media. Bila fraktur memutuskan Arteri Meningia Media maka akan
terjadi perdarahan hebat yang akan terkumpul di ruang diantara dura
mater dan tulang tengkorak , disebut perdarahan epidural.
• Fraktur liniair lain yang berbahaya adalah
fraktur yang melintas di atas Sinus Venosus ,
misalnya (1).Sinus Sagittalis Superior di garis
tengah tengkorak, (2).Sinus Confluens dan
(3).Sinus Rectus di bagian postrior tulang
tengkorak. Fraktur ditempat ini mungkin akan
merobek sinus venosus tersebut.
• Fraktur Impresi / Depresi
f. 1.Apex os petrosum
anterior 2.Allae os sphenoid
2 * Sella Tursica
F.
*
media 1
f.
posteroir
Fraktur Basis Tengkorak
Fraktur Fossa Anterior
1.Fraktur atap orbita
Fraktur akan merobek duramater dan arachnoid
sehingga Liquor Cerebro Spinal (LCS) bersama darah
keluar melalui celah fraktur masuk ke rongga orbita
Fraktur atap orbita
Atap Orbita
Lamina Cribrosa
2. Fraktur melintas Lamina Cribrosa
Fraktur merobek dura mater dan arachnoid
sehingga LCS bercampur darah akan keluar
dari rongga hidung.
Fraktur akan menyebabkan rusaknya serabut
serabut saraf penciuman ( Nervus Olfactorius)
Fraktur fossa Media
1. Fraktur os petrosum
Puncak (Apex ) os petrosum sangat rapuh sehingga LCS dan darah masuk
kedalam rongga telinga tengah dan memecahkan Membrana Tympani
2. Fraktur Sella Tursica
Di atas sella tursica terdapat kelenjar
Hypophyse yang terdiri dari 2 bagian pars
anterior dan pars posterior (Neuro
Hypophyse). Pada fraktur sella tursica yg
biasa terganggu adalah pars posterior
Neurohypophyse
3. Sinus cavernosum sindrom
Os Petrosum
2. Fraktur melintas Foramen Magnum
di Foramen Magnum terdapat Medula
Oblongata, sehingga getaran fraktur akan
merusak Medula Oblongata , menyebabkan
kematian seketika.
1. Perdarahan Epidural
Disebabkan pada umumnya karena fraktur di daerah
Temporal yang memutuskan Arteri Meningea Media yang
berjalan didalan suatu alur di tulang temporal. Darah dengan
segera akan terkumpul di rongga di antara dura mater dan
tulang tengkorak.
2. Perdarahan Subdural.
Perdarahan ini terletak diantara permukaan jaringan
otak dan di bawah duramater
a. Perdarahan subdural akut
Terjadi ruptur dari arteri permukaan otak
b. Perdarahan subdural kronik
Terjadi karena putusnya bridging veins dalam jumlah
sedikit,sehingga baru memberikan gejala neurologik
setelah 2-3 minggu trauma capitis
3.Perdarahan intracerebral
Perdarahan ini terjadi karena putusnya pembuluh darah
di dalam jaringan otak.
Perdarahan juga dapat terjadi di dalan sistem ventrikel ,
disebut Perdarahan Intraventrikular ( Intraventricular
Hemorrhage – IVH ). Darah akan menyumbat sistim
ventrikel sehingga liquor cerebrospinal tidak dapat
mengalir dan terkumpul di dalam sistem ventrikel.
4.Perdarahan subarachnoid
Perdarahan terletak dibawah lapisan
subarachnoid dan diatas piameter.
Berdasarkan Morfologi (Lesi Intrakranial)
Fokal
• Epidural
• Subdural
• Intraserebra
Difus
• Konkusi/Gegar otak
• Konkusi multipel
• Hipoksia/iskemik
• Difusse axonal injury
Klasifikasi cedera Kranioserebral
Klasifikasi berdasarkan APT
Amnesia Post Traumatik (APT)
• – Ringan APT < 1 jam
• – Sedang APT 1 - 24 jam
• – Berat APT 1 - 7 hari
• – Sangat berat APT > 7 hari
Patofisiologi trauma kapitis
Pa t o ph ysi o l o g y TRAU MA
The functional changes that accompany a particular
syndrome or disease Acceleration, Deceleration,
and Rotation Mechanism
a. Hiperfleksi
b. Fleksi-rotasi
c. Hiperekstensi
d. Ekstensi-rotasi
e. Kompresi vertical
Trauma Hiperfleksi
1. Subluksasi anterior: terjadi robekan pada sebagian ligament di posterior
tulang leher ligament longitudinal anterior utuh. Termasuk lesi stabil. Tanda
penting pada subluksasi anterior adalah adanya angulasi ke posterior (kifosis)
local pada tempat kerusakan ligament. Tanda-tanda lainnya:
• Jarak yang melebar antara prosesus spinosus
• Subluksasi sendi apofiseal
2. Bilateral interfacetal dislocation
Terjadi robekan pada ligamen longitudinal anterior dan kumpulan ligamen di
posterior tulang leher. Lesi tidak stabil. Tampak dislokasi anterior korpus
vertebra. Dislokasi total sendi apofiseal.
3. Flexion tear drop fracture dislocation
Tenaga fleksi murni ditambah komponen kompresi menyebabkan robekan
pada ligament longitudinal anterior dan kumpulan ligament posterior disertai
fraktur avulsi pada bagian antero-inferior korpus vertebra. Lesi tidak stabil.
Tampak tulang servikal dalam fleksi:
• Fragmen tulang berbentuk segitiga pada bagian antero-inferior korpus
vertebra
• Pembengkakan jaringan lunak pravertebral
4. Wedge fracture
Vertebra terjepit sehingga berbentuk baji. Ligament longitudinal anterior dan
kumpulan ligament posterior utuh sehingga lesi ini bersifat stabil.
5. Clay shoveler’s fracture
Fleksi tulang leher dimana terdapat kontraksi ligamen posterior tulang leher
mengakibatkan terjadinya fraktur oblik pada prosesus spinosus; biasanya pada
CVI-CVII atau Th1.
Trauma fleksi rotasi
Terjadi dislokasi interfacetal pada satu sisi. Lesi stabil walaupun terjadi
kerusakan pada ligament posterior termasuk kapsul sendi apofiseal yang
bersangkutan.
Tampak dislokasi anterior korpus vertebra. Vertebra yang bersangkutan dan
vertebra proksimalnya dalam posisi oblik, sedangkan vertebra distalnya tetap
dalam posisi lateral.
Trauma hiperekstensi
1. Fraktur dislokasi hiperekstensi
Dapat terjadi fraktur pedikel, prosesus artikularis, lamina, dan prosesus
spinosus. Fraktur avulse korpus vertebra bagian postero-inferior. Lesi tidak
stabil karena terdapat kerusakan pada elemen posterior tulang leher dan
ligament yang bersangkutan.
2. Hangman’s fracture
Terjadi fraktur arkus bilateral dan dislokasi anterior CII terhadap CIII.
Trauma ekstensi-rotasi
Terjadinya fraktur pada prosesus artikularis satu sisi.
a. Stabil
b. Tidak stabil
Stabilitas dalam hal trauma tulang servikal dimaksudkan tetap utuhnya
komponen ligament-skeletal pada saat terjadinya trauma sehingga
memungkinkan tidak terjadinya pergeseran satu segmen tulang leher
terhadap lainnya.
Patofisiologi
In secondary injury, release of biochemical mediators including:
• C (Circulation)
- Bila terdpt hipotensi, bedakan syok hipovolemik(↓ TD, ↑ DJ,
extremitas dingin) dan syok neurogenik (↓ TD, ↓ DJ, extremitas
hangat).
- Ganti cairan utk hipovolemia.
- Pemberian cairan → monitor CVP.
• D (Disability)
- Tentukan tgkt ksadaran dan nilai pupil.
- Tentukan AVPU / GCS.
- Kenali paresis.
Secondary Survey
• Anamnese AMPLE
- Anamnesis dan mekanisme trauma .
- Riwayat medis.
- Identifikasi dan mencatat obat yang diberikan kepada penderita
sewaktu datang dan selama pemeriksaan dan penatalaksanaan.