You are on page 1of 12

6.6.

ANALISIS FINANSIAL

Analisis Finansial digunakan untuk mengetahui apakah usahatani


yang diusahakan layak dan menguntungkan untuk dikembangkan
atau dikatakan masih dalam tingkat efisiensi.
Berbagai kriteria investasi dapat dipertanggungjawabkan dan
sering digunakan untuk menilai kelayakan investasi tersebut
adalah R/C Ratio, Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio
(Net B/C), Internal Rate of Return (IRR), Break Event Point (BEP),
dan Payback Period.

1.

R/C Rasio (Return/Cost


Ratio)
k

YiPi
i 1

i 1

n 1

Xm.Pxn

Yi : jumlah produk
Pxn : harga input
Pi : harga produk
Xn : jumlah input
1...m : jumlah jenis input
R/C 1 : menguntungkan
R/C <1 : menguntungkan

2. B/C Ratio (Benefit/Cost Ratio)


Net Benefit Cost Ratio adalah penilaian yang dilakukan untuk melihat
tingkat efisiensi penggunaan biaya berupa perbandingan jumlah nilai bersih
sekarang yang positif dengan jumlah nilai bersih sekarang yang negatif
Suatu proyek layak dan efisien untuk dilaksanakan jika nilai Net b/C > 1,
yang berarti manfaat yang diperoleh lebih besar dari biaya yang
dikeluarkan dan berlaku sebaliknya.
Secara matematis Net Benefit Cost Ratio dirumuskan sebagai berikut :
n

Bt

t
i 1 1 i
n
Ct

t
i 1 1 i

Bt
= Benefit pada tahun ke-t
Ct = Biaya pada tahun ke-t
i
= tingkat bunga yang berlaku
t
= jangka waktu proyek/usahatani
n = umur proyek/usahatani
B/C>1 = memberikan manfaat

3. NPV (Net Present Value)


Perhitungan NPV dalam suatu penilaian investasi merupakan cara
yang praktis untuk mengetahui apakah proyek menguntungkan
atau tidak.
NPV adalah selisih antara Present Value dari arus Benefit dikurangi
Present Value PV dari arus biaya (Soekartawi, 1996).
Proyek yang memberikan keuntungan adalah proyek yang
memberikan nilai positif atau NPV > 0, artinya manfaat yang
diterima proyek lebih besar dari semua biaya total yang
dikeluarkan. Jika NPV = 0, berarti manfaat yang diperoleh hanya
cukup untuk menutupi biaya total yang dikeluarkan. NPV < 0,
berarti rugi, biaya total yang dikeluarkan lebih besar dari manfaat
n
yang diperoleh.
Bt Ct
Secara
NPV matematis NPV
dirumuskan sebagai berikut :
t

1 i
t 1

Bt
Ct
t
i

=
=
=
=

Benefit pada tahun ke-t


Biaya pada tahun ke-t
lamanya waktu investasi
tingkat bunga

Contoh Soal:

Petani ingin membeli tanah seluas 2 ha dengan harga Rp


1.000.000/ha untuk w tahun mendatang sedangkan tingkat bunga
simpanan 15 % per tahun. Berapa uang yang harus ditabung
petani pada saat ini?
A1 = PV (1+i)
A2 = PV (1+i)2
A1 = Jumlah uang yang diperkirakan 1 tahun lagi
A2 = Jumlah uang yang diperkirakan 2 tahun lagi
i
= tingkat bunga
Untuk 1 tahun :
2.000.000 = PV(1 + 0,15)
2.000.000
PV
1.739.130
1,15
Untuk 2 tahun mendatang :

PV

1 i

1.739.130

2.000.000

1,15

Rp 2.512.287

PV

A 1 i

(1 + i )n : discount factor ada pada tabel PV


Contoh : DF untuk 1 tahun dengan i = 15 %, PV 0,86957
DF untuk 2 tahun dengan i = 15 %, PV 0,75614
PV dari Rp 1 yang akan diterima satu tahun lagi = 0,86957
PV dari Rp 1 yang akan diterima dua tahun lagi = 0,75614
1,62571
4. Internal Rate Return (IRR)
Untuk mengetahui sejauh mana proyek memberikan keuntungan,
digunakan analisis IRR.
IRR dinyatakan dengan persen (%) yang merupakan tolok ukur
dari keberhasilan proyek (Soekartawi, 1996)
Penggunaan Investasi akan layak jika diperoleh IRR yang
persentasenya lebih besar dari tingkat suku bunga bank yang
ditentukan, karena proyek berada dalam keadaan yang
menguntungkan, demikian juga sebaliknya jika IRR lebih kesil dari
tingkat suku bunga bank yang ditentukan, berarti proyek merugi
dan tidak layak untuk dilaksanakan

Secara matematis NPV dirumuskan sebagai berikut :

IRR i1

NPV

i
i
NPV NPV
1

NPV1 = Perhitungan NPV positif mendekati nol dengan bunga


modal sebesar i1 persen
NPV2 = Perhitungan NPV negatif mendekati nol dengan bunga
modal sebesar i2 persen
i1 = Discount factor (DF) pertama, tingkat bunga yang
menghasilkan NPV positif
i2 = Discount factor (DF) kedua, tingkat bunga yang
menghasilkan NPV negatif

5. Break Event Point (BEP)


Analisis Break Event Point adalah suatu teknik analisis untuk
mempelajari hubungan antara biaya tetap, biaya variabel,
keuntungan dan volume kegiatan (Riyanto, 1997). Analisis Break
Event Point dalam perencanaan keuntungan merupakan suatu
pendekatan perencanaan keuntungan yang mendasarkan pada
hubungan antara cost (biaya) dengan revenu (penghasilan
penjualan).
Salah satu syarat perhitungan analisis Break Event Point adalah
bahwa semua biaya yang terkait dengan proses produksi mulai
dari setiap jenis produk atau jasa yang dihasilkan terdiri dari dua
jenis biaya yaitu biaya tetap dan biaya variabel.
Menurut Rangkuti (1997), yang dimaksud biaya tetap adalah
semua biaya yang jumlahnya relatif konstan dan sedikit sekali
dipengaruhi banyaknya keluaran yang dihasilkan, misalnya biaya
penyusutan. Biaya variabel adalah semua biaya yang sifatnya
berubah-ubah tergantung pada jumlah unit yang dihasilkan,
misalnya bahan baku.


1.
2.
3.

4.
5.

Asumsi-asumsi yang digunakan dalam analisis Break Event


Point adalah
Biaya perusahaan dibagi dalam golongan biaya variabel dan
biaya tetap.
Besarnya biaya variabel secara total berubah-ubah secara
proporsional dengan volume produksi atau penjualan. Ini berarti
biaya variabel per unitnya adalah tetap sama.
Besarnya biaya tetap secara totalitas adalah tidak berubah
meskipun ada perubahan volume produksi atau penjualan. Ini
berarti bahwa biaya tetap per unitnya berubah-ubah kareana
adanya perubahan volume produksi.
Harga jual per unit tidak berubah selama periode yang
dianalisis.
Perusahaan hanya memproduksi satu macam produk, apabila
diproduksi lebih dari satu macam produk pertimbangan
FC penjualan antara masing-masing produk adalah
penghasilan
BEP
tetap konstan.
P V
Menurut Riyanto (1997), BEP dapat dihitung dengan dua cara
yaitu:
a. Atas dasar penjualan dalam unit

FC = Biaya tetap

Atas dasar penjualan dalam rupiah

FC
BEP
VC
1
P

FC = Biaya tetap
VC = Biaya variabel per unit
P = Penjualan
Y
TR
TC

Penerimaan dan Biaya

BEP

VC
FC

Volume produksi (kg)

Gambar Kurva Break Event Point

Berdasarkan gambar kurva BEP, dapat dijelaskan bahwa BEP


adalah terletak pada perpotongan garis penerimaan dan biaya.
Daerah di sebelah kiri titik Break Event yaitu bidang antara
garis biaya total dengan daris penerimaan merupakan daerah
rugi karena hasil penjualan lebih rendah dari biaya total. Daerah
disebelah kanan garis biaya total dengan daris penerimaan FC
dari
merupakan daerah laba karena hasil penjualan lebih BEP
tinggi
VC
1

biaya total.
P
6. Payback Period

Tingkat pengembalian investasi diartikan sebagai jangka waktu


kembalinya investasi yang dikeluarkan melalui keuntungan
yang diperoleh dari suatu proyek.
Menghitung Payback Period tidak perlu memperhitungkan
tingkat bunga dan Present Value dengan menggunakan discount
factor. Penghitungan Payback Period hendaknya dilakukan
setelah menghitung IRR dan kriteria investasi lainnya.
Semakin cepat tingkat pengembalian investasi maka proyek
layak untuk diusahakan dan sebaliknya semakin lambat
investasi yang digunakan itu dikembalikan maka proyek tidak
layak untuk diusahakan.

PBP T p 1

I B
i 1

i 1

icp 1

BP

PBP= Payback Period


Tp-1= Jumlah benefit yang telah di-discount
Bicp-1 = Jumlah benefit yang telah di-discount sebelum Payback
Period
Bp = Jumlah benefit pada Payback Period berada
Atau menurut Soekartawi (1995)
Payback period = Tahun kumulatif positif + (nilai kumulatif investasi
awal)x12
Pendapatan tahun kumulatif
Kepekaan / Sensitivity

Kadariah (199) mengungkapkan bahwa Sensitivity analisis


bertujuan untuk melihat apa yang akan terjadi dengan hasil
analisis proyek jika ada suatu kesalahan atau perubahan
dalam dasar-dasar perhitungan biaya/benefit.


1.
2.
3.
4.
.

Pada bidang pertanian proyek sensitif berubah-ubah akibat


masalah utama, antara lain :
Harga
Keterlambatan pelaksanaan
Kenaikan biaya
Hasil
Contoh pengaplikasiaan analisis finansial usahatani :
Penelitian mengenai analisa kelayakan financial usahatani
melati (Rizqi Ainiyah Rahmah)
Tujuan penelitian ini adalah menganalisa apakah usahatani
melati tersebut layak secara financial dengan menggunakan
perhitungan NPV, Net B/C, IRR, OCC, payback period serta
analisis kepekaan.
Tanaman melati dipanen dalam bentuk segar dengan harga juak
Rp 10.000 per-kilogram. Rata-rata hasil produksi dan
penerimaan usahatani melati per-ha :

You might also like