You are on page 1of 23

KODE ETIK

DALAM KEPELATIHAN

By: Tommy Soenyoto

KODE ETIK
DALAM KEPELATIHAN OLAHRAGA
ATLET
Melatih atlet, yang utama diperhatikan:
Melihat tallent/bakat/pembawaan.
Perhatikan dalam pemilihan atau seleksi atlet.
Harus punya tingkat kesehatan yang baik (mental,
fisik, dan lain-lain).
Proporsi susunan anatomi atlet harus dilihat.
(panjang tangan, kaki, leher, dsb).
Fungsi tubuh harus punya kondisi yang tinggi
(jantung, paru, dsb).
Kondisi jiwa/psikis harus sangat menunjang.
Mempunyai daya tahan dalam latihan dari hari ke
hari (tidak mengeluh).

Aspek Lain:
Komitmen atlet dalam berlatih, karena atlet akan
melalui latihan yang tidak ringan.
Kita
menemukan
super
tallent,
akan
memudahkan kita melatih dan atlet cepat
menerima.
Kadang menemukan talent, tetapi kita atau atlet
mundur pelan-pelan.
Ada group yang benar-benar mendapatkan
prestasi yang tinggi dan group yang pelan-pelan
membawa teman-temannya mundur.
Solidaritas teman tinggi (bisa menyebabkan
mundur), psychologie efect.

Kepandaian pelatih menentukan (mis alnya:


mengetahui jiwa atlet luar dalam).
Ada atlet yang cepat sekali meninggalkan
teman-temannya (dalam hal prestasi/kemajuan
penguasaan gerakan).
Sabar dan penuh pengertian dalam memberi
latihan.
Catatan, atlet berlatih = bertanding, jangan
sampai atlet berlatih bagus, ketika bertanding
habis.
Mental juara merupakan faktor turunan/
genetik.

Ringkasan:
Atlet membutuhkan:
Lingkungan yang baik.
Peran pelatih.
Mental juara.
Keturunan yang baik.
Daya juang yang tinggi.

PELATIH

Etika atau sopan santun.


Moral pelatih profesional.
Harus mempunyai legitimasi.
Psikologi, pedagogis, profesional baik.
Selalu melatih pengalamannya, terus meneliti kekurangan
dan kelebihan yang dimiliki.
Menambah kebanggaan, dengan ikut pelatihan atau
penataran yang diadakan oleh Induk Organisasi atau
Federasi Olahraga.
Melatih sebagai hobi.
Harus mempunyai jiwa yang optimis dan sportif (tidak ada
keluhan).
Disiplin dan tepat waktu.
Atlet usia 7 14 tahun, pelajari perkembangan jiwanya.

Menghargai umur-umur 7 14 tahun (batin


didekatkan dulu, marah karena mencintai
bukan karena dendam).
Pelatih berperan menstabilkan hubungan
antara pelatih dengan group/tim-nya.
Persahabatan, saling bantu, saling percaya.
Jangan ada kesukuan, anak emas, KKN (tidak
ada rasialis, deskriminasi alias tidak ada anak
dokter maupun anak jenderal).
Anak lahir mempunyai derajat yang sama.

Material / Sarana dan Prasarana


Kiita mempunyai alat dan ruang latihan
yang baik dan modern (idealnya).
Seandainya kita punya dana, buatlah
tempat latihan di tempat yang dekat
sekolahan atau asrama.
Bagaimanapun kita punya alat modern,
yang paling penting adalah: atlet dan
pelatih.

Catatan:
Penampilan tidak akan berhasil tanpa volume latihan
(bentuk latihan dan jam latihan).
1500 jam per tahun: 30 jam teknik/minggu, 2 X perhari
(pagi-sore), 2 minggu per tahun free! (harus dihormati
sebagai kode etik pelatih).
Dalam proses persiapan, jangan hanya bekerja dengan
atlet saja tetapi semua! (satu kesatuan).
Keberhasilan bukan hanya karena pelatih, tetapi team.
Latihan 4 jam nonstop, merusak atlet!
3 jam/sesi latihan boleh, tetapi kita mampu tidak tanpa
melenceng dari kode etik pelatih?
Atlet jangan terlalu tinggi atau pendek!
Kemampuan berpikir atlet diperhatikan.
Genetik dan alami haruslah baik!
Memulai latihan, jangan terlalu berat, sesuaikan tahap
latihan dengan sesi latihan.

ETIKA KEPELATIHAN OLAHRAGA


OR tidak lepas dari kehidupan sosial.
OR tidak terlepas dari: aturan individu, aturan team,
aturan profesi dan aturan moral.
Tidak boleh berlawanan dengan peraturan atau sistem.
Tidak ada yang mengampuni kalau kita melakukan
kesalahan.
Atlet salah ada kritik dan hukuman, pelatih salah juga
demikian.
Harus tetap mengkaitkan kita dengan atlet, sehingga
tidak ada yang saling salah menyalahkan.
Sikap dan karakter harus baik (cat: masyarakat ikut
menilai).
Para pelatih diusahakan mengembangkan dirinya untuk
menghasilkan atlet hebat, misal sambil melatih, dengan
video camera, memakai internet, LCD, dsb.
Sifat utama yang dibutuhkan pelatih untuk memimpin
pelatihan adalah kebutuhan.

Pelatih harus dapat menjawab semua pertanyaan dari


atletnya.
Menunggu pelatih sempurna merupakan proses.
Kemampuan pelatih tergantung karakter pelatih itu
sendiri.
Pelatih tidak boleh membiarkan masalah berkembang
dalam teamnya.
Pelatih harus jujur, murni, mencintai, menghargai
atletnya, Prinsip: Tanpa atlet, pelatih bukan apa-apa.
Pelatih harus bisa menguasai perkembangan jiwa
atletnya.
Pelatih harus mempunyai tanggung jawab moral yang
baik.
Pelatih merupakan model atau idola bagi atletnya.
Pelatih harus bisa mengusahakan agar atletnya
mempunyai gairah dalam berlatih.
Situasi atlet bisa menjadi semangat atau bergairah
(pemanasan, teknik, pengarahan, mental, selama
berapa menit, diciptakan oleh pelatih).

Pelatih harus bisa mengantisipasi atletnya yang tidak


bergairah dalam latihannya, bagaimana caranya atlet
dapat bergairah lagi?
Tugas dasar pelatih, mentransfer atau menularkan
ilmunya kepada atletnya.
Pelatih harus bisa menjadi orang tua dan sahabat
dekat atletnya, agar program bisa berjalan.
Pelatih harus memberikan perhatian yang sama.
Pelatih harus bersifat obyektif.
Setiap anggota team, haruslah merasa kalau mereka
dicintai dan diperlakukan sama.
Untuk mendapat hasil yang baik, atlet harus diberi
motivasi penuh.
Seorang pelatih adalah Ahli OR (expert dalam
cabornya).
Pelatih harus mampu menangani atletnya yg cidera
(minimal P3K).

Pelatih harus kreatif (dalam menyusun


rangkaian).
Dalam latihan, jangan sering marah (marah
boleh tapi jangan yang membahayakan).
Pelatih jangan antipati terhadap atletnya (atau
atlet dijadikan alat untuk mencapai tujuan
pelatih).
Dalam masa kompetisi, kalah menang, atlet
perlu dihargai.
Untuk mencapai prestasi, pelatih harus bisa
menjaga informasi yang diterima.
Pelatih harus mengenal sifat atletnya (karakter,
mental, sifat lahiriah).
Pastikan kepada atlet, bahwa mereka bukan
menjadi alat pelatih untuk mencapai tujuan
pelatih (dan atlet harus tahu!).

Tujuan Dasar Latihan Persiapan:

Seleksi Atlet (sebelum sistem di buat, pemilihan atlet


sangat penting).
Motivasi (gairah dari dalam/luar diri untuk melakukan
sesuatu, misal psycology). Aturan main pelatih
menentukan pengaruh motivasi terhadap atlet, serta
adanya reward/penghargaan.
Persiapan yang berlangsung secara kontinyu sejauh
mana proses latihan berlangsung secara efisien
(ukurannya waktu).
Volume latihan dengan intensitas tinggi. Bicara program
latihan, volume = lama latihan, intensitas = isi latihan
(berbanding terbalik). Komplexitas latihan: volume = isi.
Standard dan optimasi latihan. Misalnya: untuk artistik
putri = 4 alat (persiapan latihan harus menuju ke 4 alat
tsb).

Persiapan
yang
berkesinambungan/terus
menerus, dan belajar memahami proses.
Dapat membuat latihan seperti perlombaan.
Menunjang faktor psikologi atlet. Awal baik,
maka tidak ada masalah diprogram latihan
selanjutnya.
Recovery (pemulihan) setelah peak.
Peralatan
di
GOR/lapangan
sangatlah
mendukung.
Tanggung jawab pelatih untuk keselamatan
atletnya.
Pelatih diharapkan bisa menolong atletnya
ketika atlet cidera.
Pelatih harus punya video kamera.

Catatan:
Arah tujuan latihan persiapan dalam
olahraga adalah menyempurnakan
kemampuan pada tubuh manusia.

PHYSICAL PREPARATION (Persiapan Fisik)


Latihan tanpa persiapan = bodoh! (di dukung oleh
teori). Setiap latihan = banyak membutuhkan
elemen
dan
semakin
meningkat
faktor
kesulitannya. Misal, Giant 60 Kg, dengan langsung
posisi Handstand menjadi 180 Kg.
Peranan utama persiapan fisik dalam olahraga
Latihan yang tepat, postur yang tepat, akan
mencapai perkembangan yang tepat.
Lihat perkembangan motor skill.
Meningkatkan
usaha secara tepat sampai
maksimal.
Latihan psikologi.

PSYCHOLOGI PREPARATION
(Persiapan Psikologi)
Terjadi

setiap hari dan setiap perlombaan sangat


dibutuhkan. Atlet, selain pengalaman harus
diberi pendidikan ilmiahnya. Tugas dasar
psikologi adalah menggabungkan aspek teknis,
aspek latihan agar atlet bisa mengolah dalam
setiap perlombaan.
Faktor persiapan psikologi merupakan bagian
dari proses pendidikan melalui metode yang
spesifik (bersama aspek teknik dan fisik).
Psikologi = melalui pendekatan.

Tujuan Umum Latihan Persiapan Psikologi:


Memberikan pendidikan kepada atlet tentang nilai-nilai
moral dalam kaitannya atlet mengenal perilaku sehingga
atlet mencintai olahraganya.
Membangun kemampuan berkosentrasi dan perhatian
atlet serta perkembangan psikologinya.
Membangun
daya ingat, imajinasi, motorik, dan
visualisasi.
Mengembangakan kemampuan orientasi, mengevaluasi
secara cepat dan tepat situasi yang terjadi pada saat
lomba.
Mendidik penguasaan diri sesuai dengan kebutuhan
cabor.
Persiapan psikologi menjelang lomba merupakan proses
yang komplek dan rumit selama berbulan-bulan yang
direalisasikan oleh penggabungan atlet dan pelatih.

Aspek Persiapan Psikologi Menjelang Kompetisi:


Mendapatkan informasi nyata yang cukup tentang
lomba (misal, jadwal, urutan tampil, data, lawan, jumlah
lawan, kekuatan lawan, dll).
Mempunyai tujuan yang benar dan tepat/sesuai serta
pentingnya mengevaluasi, baik secara individu atau
team.
Memprogramkan dan mengkoordinasikan perilaku atlet
selama lomba.
Pemilihan gerakan yang tepat.
Atlet harus dapat mendeteksi gangguan-gangguan.
Kemampuan konsentrasi yang optimal merupakan
dasar untuk mencapai prestasi.
Konsentrasi panjang, di beam. (lawan pesenam adalah
diri sendiri, alat, dan atlet lain). Relaksasi, pijat,
pernafasan, memberikan pengertian ke atlet.
merupakan contoh latihan psikologi. Pelatih harus tahu
temperamen atlet. Kalau atlet ingin sendiri, biarkan!

Metode yang dipakai untuk mencapai


Persiapan Psikologi yang khusus untuk
kompetisi:

Melakukan suatu simulasi lomba.


Merubah tempat (posisi), misal: alat dalam hall.
Mencoba alat yang mutunya bagus ataupun jelek
sekalipun.
Melakukan rangkaian tanpa matras pelindung.
Melakukan rangkaian ketika atlet sudah capek.
Melakukan kontrol latihan yang dihadiri oleh wasit dan
penonton.
Lakukan konsentrasi khusus dan latihan rutin tanpa
pemanasan khusus (special warm-up).
Melakukan rangkaian 2 x berturut-turut dengan istirahat
yang sangat singkat.

TALLENT SCOUTING (Pencarian Bakat)


Seleksi atlet:
Membina atlet
Mendeteksi atlet
Mengembangkan atlet
Langkah:

Visualisasi
Lihat atlet dari posisi depan, belakang, dan samping (normal)
Lihat persendiannya (normal)
Perut tidak besar
Kaki tidak O atau X
Pinggul tidak besar
Saat duduk, dilihat perbandingan antara tubuh diperhatikan!
Test: Standing Long Jump
dlldll...

TERIMA KASIH

You might also like