Professional Documents
Culture Documents
Perundang-undangan
di
di Bidang
Bidang Farmasi
Farmasi
Hendy
Hendy Ristiono,
Ristiono, MPH.,
MPH., Apt
Apt
JAKARTA
Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) mensinyalir ada upaya
kriminalisasi terhadap apoteker. Hal ini mencuat dalam
kasus yang menimpa seorang apoteker di Semarang, Jawa
Tengah, yakni Yuli Setyarini.
Yuli dituduh telah menggelapkan obat-obatan jenis
narkotika dan psikotropika di Apotek Dirgantara Ngaliyan,
Semarang. Yuli pun saat ini telah diajukan ke meja hijau
dan proses persidangannya sudah hampir vonis.
Dalam dakwaan Jaksa Penuntut Umum (JPU), Yuli sebagai
apoteker pengelola Apotek Dirgantara, Semarang telah
menitipkan obat-obatan narkotika dan psikotropika di
kantor Dinas Kesehatan Kota Semarang. Ia dianggap
melanggar Pasal 374 KUHP tentang Penggelapan dalam
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA
Majelis Hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor)
Yogyakarta yang menyidangkan kasus dugaan korupsi
pengadaan alat kesehatan (alkes) melakukan sidang di
tempat (plaats opname) diRS Jogja, Jumat (8/8). Majelis
pimpinan hakim yang diketuai Pontas Efendi itu
memeriksa 13 item alkes yang diadakan.
Pantauan tribunjogja.com, sidang tersebut mulai digelar
sekitar pukul 09.00. Selain majelis hakim, hadir dalam
sidang di tempat yang digelar di RS yang sebelumnya
bernama RSUD Wirosaban itu panitera, tim Jaksa
Penuntut Umum (JPU) dari Kejaksaan Tinggi (Kejati) DIY,
dua terdakwa Bambang Saparyono dan Johan Hendarman
yang didampingi oleh pengacaranya serta petugas dari
TUGAS POKOK
FARMASIS
UU
KESEHATAN
UU
NARKOTIKA
UU
PSIKOTROPIKA
PP 51 /
PP LAIN
FARMAS
IS
PERMENKES
FARMAS
IS
Kode
Etik
Perundang-undangan
di Bidang Farmasi
UU Kesehatan No.36 tahun 2009
PP. No.51 tahun 2009 dan Permenkes No.889 tahun 2011
Permenkes No.922 tahun 1993 dan Kepmenkes No.1332
tahun 2002
UU Narkotika No.35 tahun 2009
UU Psikotropika No.5 tahun 1997
Permenkes tentang OWA
Permenkes No.35 tahun 2014
Permenkes No. 006 tahun 2012 tentang Industri OT
Permenkes No.007 tahun 2012 tentang Registrasi OT
dll
Kasus Kehadiran
Apoteker
Kasus I
Apoteker LT bekerja sebagai
penanggung jawab di salah satu
apotek di Magelang. Karena
Apoteker LT berdomisili di
Yogyakarta, maka oleh PSA diminta
hadir seminggu 2x. Bagaimana
pendapat saudara ?
Kasus II
Apoteker S bekerja sebagai Ka.IFRS di
salah satu RS di Yogya. Selain sebagai
PSA di Apotek X, Apoteker S diluar
jam kerja bekerja sebagai Apoteker
Pendamping di apotek tersebut.
Bagaimana pendapat saudara ?
Pasal 19
Permenkes 922/ TH 1993
1) Apabila APA berhalangan melakukan
tugasnya pada jam buka apotek, APA dapat
menunjuk Apoteker Pendamping
2) Apabila APA dan Aping karena hal-hal
tertentu berhalangan melakukan tuganya,
APA dapat menunjuk Apoteker Pengganti
5) Apabila APA berhalangan melakukan
tugasnya lebih dari 2 (dua) tahun secara
terus-menerus, SIA atas nama Apoteker
bersangkutan dicabut
Pasal 19
Kepmenkes 1332/ TH 2002
1) Apabila APA berhalangan melakukan
tugasnya pada jam buka apotek, APA harus
menunjuk Apoteker Pendamping
2) Apabila APA dan Aping karena hal-hal
tertentu berhalangan melakukan tuganya,
APA menunjuk Apoteker Pengganti
3) Apabila APA berhalangan melakukan
tugasnya lebih dari 2 (dua) tahun secara
terus-menerus, SIA atas nama Apoteker
bersangkutan dicabut
Unit Pelayanan
Non Pelayanan
Produksi
IFRS
Apotek
Puskesmas
Distribusi
Klinik
Toko obat dan Praktek
Bersama
SIPA
SIKA
Surat Izin
a) SIPA bagi Apoteker penanggung
jawab di fasilitas pelayanan
kefarmasian;
b) SIPA bagi Apoteker pendamping di
fasilitas pelayanan kefarmasian;
c) SIKA bagi Apoteker yang melakukan
pekerjaan kefarmasian di fasilitas
produksi atau fasilitas
distribusi/penyaluran; atau
Ketentuan Praktek
a) SIPA bagi Apoteker penanggung jawab di
fasilitas pelayanan kefarmasian atau
SIKA hanya diberikan untuk 1 (satu)
tempat fasilitas kefarmasian.
b) Apoteker penanggung jawab di fasilitas
pelayanan kefarmasian berupa puskesmas
dapat menjadi Apoteker pendamping di
luar jam kerja.
c) SIPA bagi Apoteker pendamping dapat
diberikan untuk paling banyak 3 (tiga)
tempat fasilitas pelayanan kefarmasian.
Kasus I
Apotek Y di DIY banyak menerima
resep untuk pasien dokter psikiatri.
Secara administrasi resep
ditanyatakan legal. Didapatkan
informasi bahwa obat dari resep
tersebut banyak disalahgunakan.
Bagaimana pendapat saudara?
Kasus
Dokter dispensing
Penyelenggaraan
Kesehatan (Pasal 23 UU Kes tahun
2009)
Tenaga kesehatan berwenang untuk
menyelenggarakan pelayanan kesehatan
Kewenangan dilakukan sesuai dengan bidang
keahlian yang dimiliki
Dilarang mengutamakan kepentingan yang
bernilai materi
Penyelenggaraan
Kesehatan (Pasal 24)
kesehatan
harus
memenuhi
Tenaga
ketentuan kode etik, standar profesi, hak
pengguna pelayanan kesehatan, standar
pelayanan dan SOP
Kode etik dan standar profesi diatur oleh
organisasi profesi
hak
pengguna
pelayanan
Ketentuan
kesehatan, standar pelayanan dan SOP
diatur dengan peraturan menteri
Apoteker
harus
menerapkan
standar
pelayanan
kefarmasian
Pelayanan dan penyerahan obat berdasar resep
dilaksanakan oleh apoteker
Di daerah terpencil jika tidak ada apoteker, peracikan dan
penyerahan dapat dilakukan oleh tenaga teknis
kefarmasian
Aping harus memiliki SIPA
j. Melakukan penatalaksanaan
pemberian obat kepada Klien
sesuai dengan resep tenaga medis
atau obat bebas dan
obat bebas
terbatas.
Nuwun dan
Semoga Sukses