You are on page 1of 58

INFEKSI

TIFOID
Penyakit sistemik dgn karakteristik demam dan nyeri
abdomen yang disebabkan oleh Salmonella typhi atau
Salmonella paratyphi
Bioserotipe A, B, atau C
Enterobacteriaceae, gram (-), bacil, berflagel, anaerob
fakultatif
Transmisi :
Daerah endemik : air yang tercemar S. typhi
Daerah non-endemik : makanan yang tercemar
karier
*Tifoid karier adalah seseorang yang feses atau urinnya
mengandung S. typhi setelah 1 tahun pascademam tifoid
tanpa gejala klinis

P
a
t
o
g
e
n
e
s
i
s

Gejala
Masa inkubasi 10-14 hari
Minggu 1

Minggu 2

Demam, sakit kepala,


pusing
Myalgia
Nausea vomit
Anorexia
Epistaxis
Batuk
Obstipasi/diare
Ileocecal pain

Demam
Bradikardia relatif
Lidah tifoid
Heptomegali
Splenomegali
Meteorismus
Gangguan kesadaran
Roseolae (jarang)

Pemeriksaan penunjang
Darah perifer : leukopenia/normal/leukositosis,
anemia ringan, trombositopenia, peningkatan LED,
peningkatan SGOT/SGPT
Uji widal : deteksi aglutinin O (body) dan H (flagel),
dengan titer antibodi O > 1:320 atau antibodi H >
1:640
Uji tubex : uji semikuantitatif kolometrik untuk
deteksi antibodi anti S. typhi. hasil positif
menunjukkan infeksi Salmonell serogroup D, hasil
negatif menunjukkan infeksi S. paratyphi

Pemeriksaan penunjang
Uji typhidot : deteksi IgM dan IgG pada protein
membran luar S. typhi. Hasil positif pada 2-3 hari
setelah infeksi.
Uji IgM Dipstick : akurasi diperoleh bila dilakukan
1 minggu setelah timbul gejala
Kultur darah : hasil positif memastikan demam
tifoid tetapi hasil negatif tidak menyingkirkan
kemungkinan tifoid

Komplikasi
Intestinal : Erosi pembuluh darah sekitar payer
patche Perdarahan sal. Cerna perforasi
Kardiovaskular : syok, miokarditis, tromboflebitis
Darah : anemia hemolitik, DIC, sindrom uremia
hemolitik
Paru : pneumonia, empiema, pleuritis
Hepar & sal kemih : hepatitis, kolelitiasis,
glomerulonefritis, pielonefritis
Neuropsikiatrik : delirium, meningismus,
meningitis, polineuritis perifer, sindrom GuillainBarre

Management
Diet lunak, Terapi suportif (antipiretik, antiemetik, cairan yang
adekuat)
Antibiotik

Dosis

Durasi

Kloramfenikol

4x500 mg/hari PO/IV

7 hari

Tiamfenikol

4x500 mg

Kotrimoksazol

2x 960 mg

2 minggu

Ampisilin &
amoksisilin

50-150 mg/KgBB

2 minggu

Seftriakson

3-4 gr dalam dextrose


100cc

jam per infus 1x


sehari selama 3-5
hari

Kombinasi antibiotik diberikan pada tifoid toksik, peritonitis atau perforasi, syok
Norfloksasin
2x400 mg/hari
14 hari
septik
Siprofloksasin
Pada kehamilan : ampisilin,
amoksisilin,
2x500
mg/hari seftriakson 6 hari

Ofloksasin

2x400 mg/hari

7 hari

HEPATITIS
Hepatitis A

Hepatitis B

Hepatitis C

Penyeba
b

Virus hepatitis A :
Single-stranded,
non coated, genus
hepatovirus dari
picornavirisae.
Masa inkubasi 4
minggu.
Replikasi dominan
di hepatosit.
Antigen VAH
ditemukan di
feses pada 1-2
minggu sebelum
dan 1 minggu
setelah awitan.

Virus hepatitis B :
Double-stranded
uncomplete,
sirkular, famili
hepadnaviridae,
ukuran 40-42 mm.
Masa inkubasi 75
hari (30-180 hari)
Hepatitis B akut
pada umumnya
sembuh secara
spontan.

Virus Hepatitis C :
Single-stranded,
coated, sferis,
genus Hepacivirus
dan famili
Flaviviridae.
Masa inkubasi 50
hari (14-180 hari)
RNA HVC dapat
terdeteksi pada 710 hari setelah
infeksi dan masih
dapat terdeteksi
selama 12 minggu
pertama.

Penulara
n

Fecal-oral

Infeksi perinatal
atau kontak
langsung dengan

Darah

P
a
t
o
g
e
n
e
s
i
s

VAH mencapai liver melalui


intestinal tract

Terinfeksi VBH melalui cairan


tubuh

Replikasi di hepatosit

Keluar melalui empedu dan


feses

T-cell mediated damage of


infected hepatocyte

VAH di feses : 1-2 minggu


sebelum dan 1 mingggu setelah
awitan
Inflamasi hepar

Manifestasi klinis
Hepatitis A

Hepatitis B

Hepatitis C

Akut
Pre-ikterik

(1-2 mg sebelum ikterik)


Prodormal (anoreksia, mual muntah, malaise, artralgia, mialgia, demam, sakit
kepala, fotofobia, faringitis, batuk dan flu)
1-5 hari sebelum ikterik, warna urin lebih gelap dan fees pucat

Ikterik

Gejala konstitusional umumnya membaik,


sklera ikterik, BB, hepatomegali & nyeri
quadran kanan atas, bisa ditemukan
splenomegali, gambaran kolestatik, adenopati
servikal.

Konvalese
ns

Gejala konstitusional hilang, masih ada


hepatomegali, kimia hati masih abnormal.
Hep A : perbaikan klinis dan parameter lab
akan komplit dalam 1-2 bulan sejak awitan
ikterik. Sebanyak < 1% menjadi hepatitis
fulminan (muncul ensefalopati dan
koagulopati dalam 8 mg setelah gejala
pertama)

Kronis

Sangat bervariasi,
mulai dari
asimptomatik, gejala
akut hingga gejala
sirosis hati

Ikterik disertai hepatomegali


& nyeri quadran kanan atas.

Umumnya asimptomatis,
dapat berupa gejala tidak
spesifik (malaise, keletihan).
Pada kondisi lanjut, dapat
ditemui gejala serta

Hepatitis A
Serologi (tabel)
Biokimia hati
ALT >AST (fase
ikterik)
Bilirubin >2,5 mg/dL
disertai ikterik
sklera/kulit
Alkalin fosfatase N/
Protrombin (PT) N/
memanjang 1-3
detik

Hepatitis B
Serologi (tabel)
Biokimia
ALT>AST (terbalik bila
menuju sirosis hati)
Ada sirosis : albumin,
globulin, PT,
trombosit
Hep B kronis :
pemeriksaan fetoprotein untuk
deteksi adanya
karsinoma
hepatoseluler.

Hepatitis C
Serologi (tabel)

IgM
antiHAV

IgG
antiHAV

AntiHCV

HCV
RNA

Hep A akut
+

Riwayat hep A
+

Hep C akut/kronis (lihat gejala


klinis)

Resolusi VHC

HBs AntiAg
HBs

AntiHBc

HBe
Ag

AntiHBe

Infeksi VHC akut awal; VHC


kronis pada pasien
imunosupresi; false (+)
DNATidak terinfeksi VHC
VHB

IgM

Hep B akut

IgM

+/-

+/-

Window period hep B

IgG

+/-

Riwayat hep B (sembuh)

Imunisasi hep B

IgG

Hep B kronis HbeAg (+)

IgG

+/-

Hep B kronis HBeAg (-)

Management
Hepatitis A

Hepatitis B

Hepatitis C

Sebagian besar
resolusi spontan.

Akut : tirah baring,


terapi suportif dan
asupan diet. Bila
terjadi hepatitis
fulminant berikan
lamivudin 100-150
mg/hari selama 3
bulan setelah muncul
anti-Hbe pada pasien
HBsAg (+).

Akut : monoterapi pegIFN selama 24


minggu.
-Peg-IFN -2a (180
g/minggu)
-Peg-IFN -2b (1,5
g/minggu)
*bila gagal, masuk ke
kronis

Terapi suportif :
analgesik, antiemetik
(metoklopramid atay
domperidon),
antipruritus.
Tidak ada larangan
diet spesifik
Hindari konsumsi
alkohol dan obat yang
terakumulasi di hati
Pada fase akut,
istirahat total tirah
baring selama 10 hari

Kronis :
Kronis : pegylatedinterferon (peg-INF)
dan analog :
-nukleosida
(Lamivudin, Telbivudin,
Entecavir)
-nukleotida (Adefovir,
Tenofovir)

DHF
Penyakit infeksi yang disebabkan virus
Dengue dengan vektor nyamuk Aedes.
Virus dengue :
Genus Flavivirus, terdiri dari 4 serotipe yaitu
DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4.
DEN-3 serotipe terbanyak di Indonesia
Vektor : Aedes aegypti & Aedes albopictus,
menggigit manusia pada siang hari
Tempat berkembang nyamuk : tempat
penampungan air (ember, ban bekas, bak mandi)

P
a
t
o
g
e
n
e
s
i
s

Secondary heterologous dengue infection


Anamnestic
antibody response

Replikasi virus
Kompleks virusantibodi
Aktivasi
komplemen
Anafilatoksin
(c3a,C5a)

>30% kasus, syok


24-48 jam

Permeabilitas
kapiler meningkat

Ht meningkat

Perembesan
plasma

Natrium menurun

Hipovolemia

Cairan salam
rongga serosa

Syok
Anoksia

Asidosis

Meninggal

Manifestasi klinis
Masa inkubasi 4-10 hari

Fase Febris : demam tinggi


mendadak 2-7 hari disertai
gejala DF dan manifestasi
perdarahan

Fase Kritis : hari ke 3-7 sakit,


suhu turun, peningkatan
permeabilitas kapiler dan
kebocoran plasma (24-48 jam)
Dapat terjadi : syok,
pendarahan berat, gagal organ

Fase pemulihan
(Recovery) : Kondisi
membaik, hemodinamik stabil,
diuresis stabil, nafsu makan
meningkat.

SEARO 2011

Kriteria Diagnosis

Laboratorium

Penatalaksanaan (WHO
2009)
Group A : rawat jalan
Kriteria : pasien dengue tanpa warning sign dan
dapat cairan oral yang adekuat serta BAK minimal
1x dalam 6 jam.
Cek darah lengkap, Ht
Istirahat cukup
Minum cukup, jus buah lebih baik dibanding air
putih
Paracetamol maksimal 4gr/hari
Monitor warning sign, jika ada langsung bawa ke
rumah sakit.

Group B : rawat inap


Pasien dengan warning sign

Lab : darah lengkap, dan Ht


Berikan cairan isotonik : NaCL0,9% atau RL
Mulai dengan 5-7cc/kg/jam selama 1-2 jam lalu 3-5
cc/kg/jam selama 2-4 jam, lalu 2-3cc/kg/jam.
Saat pengecekan ulang Ht stabil atau meningkat
sedikit, lanjutkan 2-3 cc/kg/jam selama 2-4 jam.
Jika tanda vital memburuk dan peningkatan Hct,
naikkan jadi 5-10cc/kg/jam selama 1-2 jam

Monitor:
Tanda vital tiap 1-4 jam sampai fase kritis
terlewati yang ditandai dengan urin output
dan atau cairan intake baik, dan Ht turun.
Urin output tiap 4-6 jam
Hematokrit sebelum dan sesudah terapi
cairan, lalu tiap 6-12 jam
Gula darah
Fungsi organ : ginjal, liver, koagulasi (atas
indikasi)

Pasien dengan
hamil, bayi, usia tua,
DM, gagal ginjal, dan
indikasi sosial
Cairan oral, IV jika
tidak adekuat.
monitor warning
sign, intake dan
output cairan,
temperatur, lab: Hct,
WBC, dan trombosit.

Grup C : Severe Dengue

Grup C : Severe Dengue

Penatalaksanaan (SEARO
2011)
Demam Dengue (rawat jalan)
1.Tirah baring yang cukup
2.Minum cairan : susu, jus, oralit, air
beras, cairan isotonik
3.Anti demam parasetamol
4.Kompres hangat di dahi, ketiak, kaki
5.Edukasi tanda bahaya, segera ke RS

Penatalaksanaan (SEARO
2011)
DHF grade I, II : terapi cairan oral dan IV
Volume cairan :
Maintenance + 5% defisit diberikan dalam 48
jam

DHF grade III

DHF grade IV
10 ml/kg bolus, dalam 10-15 menit
Jika tekanan darah kembali, lanjutkan ke
algoritma DHF grade III.
Jika TD tidak kembali, ulangi bolus 10 ml/kg,
cek hasil lab dan perbaiki secepatnya serta
pertimbangkan transfusi darah segera.

KRITERIA PULANG
Klinis
bebas demam 48 jam tanpa antipiretik
perbaikan klinis : KU membaik, nafsu
makan, status hemodinamik stabil, urin output,
tidak ada kesulitan bernafas
minimal 2-3 hari setelah shock teratasi

Lab
Platelet lebih dari 50.000
Ht stabil tanpa cairan IV

LEPTOSPIROSIS
Penyakit zoonosis yang disebabkan
spirocheta genus Leptospira.
Leptospira interrogans : Spiral, tipis, gram
negatif, dan organisme aerobik dengan
panjang 5-15m dan lebar 0,1-0,2mm.
L interrogans memiliki banyak serovarian
yang menginfeksi binatang2 tertentu.
L icterohaemorrhagiae dengan reservoir tikus
L canicola dengan reservoir anjing
L pomona dengan reservoir babi dan sapi

Transmisi dan Faktor Risiko


Trasmisi melalui urin tikus, anjing, babi, sapi
yang kontak langsung atau
mengkontaminasi air tergenang/tanah
kemudian masuk melalui kulit luka,
membran mukosa, konjungtiva.
Dalam lingkungan yang mendukung,
leptospira dapat bertahan di air selama 16
hari dan tanah selama 24 hari.
FR : Bekerja di sawah, kebun, ternak, dokter
hewan, toko hewan, gudang serta banjir.

P
a
t
o
g
e
n
e
s
i
s

Manifestasi klinis
Masa inkubasi 7-14 hari, rata-rata 10 hari dengan
spektrum luas :
1. infeksi subklinis tanpa gejala
2. anikterik leptospirosis : gejala ringan (90%),
prognosis sangat baik
3. ikterik leptospirosis (Weils disease) : gejala
sangat berat, mortalitas 10 %.

Manifestasi klinis
Leptospirosis terdiri atas 2 fase.

Leptospirosis berat (Well


Disease)
Ikterus, disfungsi ginjal, diatesis hemoragik (pada
kebanyakan kasus dengan keterlibatan paru)
Setelah 4-9 hari, muncul
Ikterus : jelas terlihat, hepatomegali dan nyeri
kuadran kanan atas, splenomegali (20%)
Gagal ginjal : nekrosis tubular akut, oliguria,
anuria
Perdarahan : epistaksis, petekie, purpura,
ekimosis.
Pada keterlibatan paru mengalami batuk,
sesak napas, nyeri dada dan sputum berdarah.

Diagnosis
DEFINITIF DIAGNOSIS: Kultur : spesimen
darah/CSF pada fase leptospiremia (hari ke 7-10)
dan spesimen urin di minggu kedua.
GOLD STANDARD :Serologi dengan MAT
(microscopic aglutination test)
Darah lengkap : leukositosis/normal, neutrofilia,
peningkatan LED
Urinalisis : proteinuria, leukosituria dan sedimen
sel toraks
Kimia darah : heptomegali bilirubin &
transaminase, ginjal BUN, ureum, kreatinin

Komplikasi
Ginjal : nefritis interstitial, tubular nekrosis akut, gagal
ginjal
Hati : nekrosis sentilobular fokal, infiltrasi sel limfosit,
proliferasi sel Kupfer, kolestasis, ditemukan leptospira di
hati
Jantung : kelainan epikardium, endokardium, miokardium
berupa edema interstitial dan infiltrasi sel radang
Otot rangka : nekrosis, vakuolisasi, kehilangan striata, nyeri
otot akibat invasi langsung
Mata : dapat masuk bilik mata anterior selama fase
leptospiremia, uveitis
Pembuluh darah : vaskulitis
SSP : dapat ditemukan di CSF, meningitis

Management
Umum : analgesik, antipiretik, suportif atasi
dehidrasi, hipotermi, perdarahan, gagal ginjal)
Khusus : Antibiotik
Indikasi

Regimen obat

Dosis

Leptospirosis ringan

Doksisiklin
Ampisilin
Amoksisilin

2x100 mg
4x500-750 mg
4x500 mg

Leptospirosis
sedang/berat

Penisilin G
Ampisilin
Amoksisilin

1,5 juta unit/6 jam


(IV)
1 gram/6 jam (IV)
1 gram/6 jam (IV)

Kemoprofilaksis

Doksisiklin

200 mg/minggu

MALARIA
Disebabkan oleh protozoa genus Plasmodium
P. vivax, P. falciparum, P. malariae, P. ovale, P.
knowlesi (melipatgandakan diri setiap hari,
menyebabkan malaria berat)

manusia
Ovale &
vivax

sporozo
it

hipnozoit

Anopheles
betina

skizon

merozoit
Dalam
hati
tropozoit

Dalam
darah

Kelenjar
liur
Dalam
lambung

ookista

skizon
ookinet
merozoit
makrogamet
osit
mikrogameto
sit

makrogame
t
mikrogamet

zigot

Manifestasi klinis
Trias malaria : menggigil, diikuti demam & keluar
keringat banyak
Gejala dan tanda yang dapat ditemukan:
Demam
Demam periodik (berkaitan dengan sporulasi)
Splenomegali
Gejala malaria kronik, limpa kongesti, menghitam,
mengeras karena timbunan penghancuran parasit,
pigmen, sel radang, dan jaringan ikat.
Anemia
Ikterus
Karena hemolisis & gangguan hati

Morfologi

P.falciparu
m

P. vivax

P. Ovale

P. malariae

Masa
inkubasi

9-14 (12)

12-17 (15)

16-18 (17)

18-40 (28)

Daur siklus

48 jam

50 jam

72 jam

Jenis
malaria

Tertiana

Tertiana

Kuartana

Eritrosit

Sama dgn
normal

Lebih besar,
pucat

Lebih besar

Sama dgn
normal

Tanda khas

Maurer
spots

Schuffner

Schuffner

Ziemanns
dots

Bentuk
trofozoit

Ringform,
acide

Ameboid,
ring

Pita

Bentuk
skizon
Bentuk

Bunga
Bulan sabit,

Sferis

Sferis

Sferis

Malaria laten
Diluar demam, parasit (-) di darah tepi, stadium eksoeritrosit
masih bertahan di hati
Malaria relaps
Gejala infeksi setelah serangan pertama
Jangka pendek : rekrudesensi/8 minggu
Jangka panjang : rekurens/>24 minggu
Malaria berat
Disebabkan P. falciparum
Eritrosit terinfeksi tersekuestrasi di kapiler sitoaderensi
rosetingobstruksi sirkulasi
Tanda : gangguan kesadaran, kejang, tubuh kuning,
perdarahan, sesak napas, oliguria/anuria, air seni gelap (black
water fever)

Diagnosis malaria berat


Ditemukan P. Falciparum pada stadium aseksual dan disertai 1 atau lebih
gejala :
Malaria serebral
Anemia berat (Hb <5 g/dl atau Ht <15%) pada hitung parasit
>10.000/L
Gagal ginjal akut (urin <400 ml/24 jam pada dewasa atau <1
ml/KgBB/jam pada anak)
Edema paru
Hipoglikemia
Syok
Perdarahan spontan disertai gangguan koagulasi
Kejang >2x/24 jam
Asidemia/asidosis
Hemoglobinuria makroskopik karena infeksi malaria akut

Management
Malaria falciparum
1st

Artesunat (4 mg/KgBB) + Amodiakuin (10 mg/KgBB) + Primakuin


(0,75 mg/KgBB)
atau
Dihidroartemisinin (2-4 mg/KgBB) + Piperakuin (16-32 mg/KgBB) +
Primakuin (0,75 mg/KgBB)

2n
d

Kina (10 mg/KgBB) + doksisiklin (4 mg/KgBB) /Tetrasiklin (4-5


mg/KgBB) + Primakuin

Malaria vivax dan ovale


1st

Artesunate + Amodiakuin atau DHP

2nd

Kina + Primakuin (0,25 mg/KgBB)

Management
Malaria malariae
ACT 1x/hari selama 3 hari dengan dosis sama
dengan pengobatan lain
Malaria falciparum + Vivax
ACT selama 3 hari + Primakuin (hari pertama
0,75 mg/KgBB, hari ke 2-14 0,25 mg/KgBB)
Malaria berat
Derivat artemisin parenteral : artesunat (IV/IM)
dan artemin (IM)
Atau
Kina dihidroklorida parenteral

Filariasis
Disebabkan oleh
Nama
spesies

Vektor

Lokasi
bentuk
dewasa

Lokasi
mikrofil
aria

Karakteristik
mikrofilaria

Wuchereria
bancrofti

Culex
Anopheles/
Aedes

Limfatik

Darah

Selubung
aseluler, tidak
ada nukleus
pada ekor

Brugia
malayi

Mansonia
Anopheles

Limfatik

Darah

Selubung
aseluler, ada
nukleus
terminal dan
subterminal

brugia
timori

Anopheles

Limfatik

Darah

Siklus hidup

P
a
t
o
g
e
n
e
s
i
s

Manifestasi klinis
Stadium tanpa gejala
Hanya pembesaran KGB, terutama inguinal.
Pemeriksaan darah : banyak mikrofilaria & eosinofilia.
Stadium peradangan (akut)
Limfangitis, inflamasi eosinofil akut, menggigil, sakit
kepala, muntah.
Menyerang saluran limfe tungkai, ketiak, epitrochlear
dan alat kelamin.
Pada pria : funikulitis, epididimitis, orkitis,
pembengkakan skrotum.
Tropical pulmonary eosinophilia : eosinofilia dengan
gejala mirip penyakit paru restriktif & splenomegali.

Manifestasi klinis
Stadium penyumbatan (kronis)
Tingkat 1 : edema pitting tungkai, kembali
normal bila tungkai diangkat
Tingkat 2 : edema pitting/nonpitting, tidak
kembali normal bila tungkai diangkat
Tingkat 3 : edema nonpitting, tidak kembali
normal bisa tungkai diangkat, kulit tebal
Tingkat 4 : edema nonpitting + jar. Fibrosis &
verukosa kulit (elefantiasis)

Diagnosis
Pemeriksaan darah perifer : leukositosis,
eosinofilia
Mikrofilaria (+) dalam darah tepi, cairan hidrokel
atau kiluria (pukul 22.00-02.00). Apus darah
dengan pewarnaan Giemsa/Wright
Biopsi kelenjar/ jar. Limfe : potongan cacing
dewasa
ELISA dan immunochromatographic test (ICT)
untuk deteksi antigen

Management
Umum :
Istirahat dan pindahkan ke daerah dingin
(mengurangi derajat serangan akut)
Antibiotik untuk infeksi sekunder
Pengikatan daerah bendungan untuk
mengurangi edema
Farmakologi :
Dietilcarbamazine (DEC) 6 mg/KgBB/hari selama
12 hari.
dapat diulang 1-6 bulan atau selama 2
hari/bulan dengan dosis 6-8 mg/KgBB/hari.

You might also like