Professional Documents
Culture Documents
Hana Handwiratna
2011730034
dr. R. Ena Sarikencana, Sp. THT-KL
Pendahuluan
Berdasarkan penelitian yang menunjukan gejala
respiratori pada cuaca dingin dialami oleh orang
dengan penyakit respiratorius, seperti asma
dan penyakit paru obstruktif kronik, terutama
pada saat berolahraga
Studi lain mengatakan bahwa penurunan suhu
meningkatkan gejala rinitis alergi dan nasal
responsiveness pada paparan udara dingin
lebih kuat pada pasien dengan asma dan rinitis
alergi dibandingkan dengan pasien rinitis alergi
saja.
Tujuan
untuk mengetahui hubungan asma dan
rinitis alergi dengan kejadian gejala
respiratori terkait cuaca dingin pada
dewasa muda.
Hipotesis
Pada subjek dengan asma atau rinitis
alergi cenderung mengalami gejala
respiratori terkait cuaca dingin lebih
dibandingkan subjek tanpa kondisi ini dan
kemungkinan ini dapat sudah dideteksi
pada masa dewasa muda.
Metode
Population-based study
Dewasa muda usia 20-27 tahun pada
2010-2011
Subjek yang telah di follow up selama 20
tahun oleh Espoo cohort study, dan
termasuk anak yang tinggal di kota Espoo
lahir 1 Januari 1984 sampai 31 Desember
1989.
Total subjek 2568-80.3% (1991) 77.3%
(1997) (2010-2011) 1623-64.0% subjek
Determinants of interest
Kejadian asma dan rinitis alergi
merupakan determinants of interest.
Asma merupakan : diagnosis dokter
(menggunakan pengobatan atau kejadian
yang berhubungan dengan gejala asma
selama 12 bulan)
Outcomes
1.
2.
3.
4.
5.
Covariates
Covariates dipilih untuk mewakili potensial
penentu gejala respiratori terkait cuaca
dingin:
Umur,
gender,
status
perkawinan,
pendidikan, mempunyai anak, merokok,
perokok pasif, dan terpapar udara dingin
(satu jam per minggu).
Metode statistik
estimasi adanya korelasi antara asma
dan atau rinitis alergi dengan kejadian
gejala respiratori terkait cuaca dingin
menggunakan prevalensi rasio.
analisis multivariat berdasarkan poisson
regression menggunakan algoritmic link
function.
analisis menggunakan GENMODProcedure pada SAS software (SAS 9.3)
Hasil
Diskusi
Penelitian sebelumnya
1. Population based study pada usia 25-75
tahun dilaporkan bahwa gejala
respiratori terkait cuaca 18-30% pada
usia yang lebih tua dan subjek dengan
asma dan ppok prevalensinya tinggi.
2. Pada penelitian lain, 20-69 tahun,
prevalensi sesak, wheezing dan batuk
kronik 11,1% pada Finlandia Selatan dan
13,1% pada Finlandia Utara
Kesimpulan
dewasa muda dengan asma, terutama
disertai dengan rinitis alergi, mengalami
gejala respiratori terkait cuaca dingin lebih
buruk, dan gejala ini sedikit meningkat
pada subjek dengan rinitis alergi saja
dibandingkan pada subjek yang sehat.
- Gejala respiratori cuaca dingin indikasi
prognosis buruk dari asma dan rinitis alergi
dalam jangka panjang
TERIMAKASIH