You are on page 1of 18

Asthma and allergic rhinitis increase respiratory

symptoms in cold weather among young adults


Henna Hyrkas, Maritta S. Jaakkola, Tina M. Ikaheimo, Timo T. Hugg, Jouni J.K. Jaakkola

Hana Handwiratna
2011730034
dr. R. Ena Sarikencana, Sp. THT-KL

Pendahuluan
Berdasarkan penelitian yang menunjukan gejala
respiratori pada cuaca dingin dialami oleh orang
dengan penyakit respiratorius, seperti asma
dan penyakit paru obstruktif kronik, terutama
pada saat berolahraga
Studi lain mengatakan bahwa penurunan suhu
meningkatkan gejala rinitis alergi dan nasal
responsiveness pada paparan udara dingin
lebih kuat pada pasien dengan asma dan rinitis
alergi dibandingkan dengan pasien rinitis alergi
saja.

Tujuan
untuk mengetahui hubungan asma dan
rinitis alergi dengan kejadian gejala
respiratori terkait cuaca dingin pada
dewasa muda.

Hipotesis
Pada subjek dengan asma atau rinitis
alergi cenderung mengalami gejala
respiratori terkait cuaca dingin lebih
dibandingkan subjek tanpa kondisi ini dan
kemungkinan ini dapat sudah dideteksi
pada masa dewasa muda.

Metode
Population-based study
Dewasa muda usia 20-27 tahun pada
2010-2011
Subjek yang telah di follow up selama 20
tahun oleh Espoo cohort study, dan
termasuk anak yang tinggal di kota Espoo
lahir 1 Januari 1984 sampai 31 Desember
1989.
Total subjek 2568-80.3% (1991) 77.3%
(1997) (2010-2011) 1623-64.0% subjek

Determinants of interest
Kejadian asma dan rinitis alergi
merupakan determinants of interest.
Asma merupakan : diagnosis dokter
(menggunakan pengobatan atau kejadian
yang berhubungan dengan gejala asma
selama 12 bulan)

Outcomes
1.
2.
3.
4.
5.

5 gejala respiratori terkait cuaca dingin :


Sesak
Wheezing
Batuk lama
Berdahak
Nyeri dada

Covariates
Covariates dipilih untuk mewakili potensial
penentu gejala respiratori terkait cuaca
dingin:
Umur,
gender,
status
perkawinan,
pendidikan, mempunyai anak, merokok,
perokok pasif, dan terpapar udara dingin
(satu jam per minggu).

Metode statistik
estimasi adanya korelasi antara asma
dan atau rinitis alergi dengan kejadian
gejala respiratori terkait cuaca dingin
menggunakan prevalensi rasio.
analisis multivariat berdasarkan poisson
regression menggunakan algoritmic link
function.
analisis menggunakan GENMODProcedure pada SAS software (SAS 9.3)

Hasil

Diskusi

Rinitis alergi yang disertai dengan asma dapat meningkatkan


gejala sesak pada saat cuaca dingin dibandingkan asma saja.
Prevalensi gejala cuca dingin (wheezing dan batuk) meningkat
23,1% pada asma saja, 25,7% pada asma dan rinitis alergi, dan
2-5,8% pada orang sehat.
Ketika menghirup udara dingin mukosa airway menjadi kering
dan menyebabkan hidung tersumbat dan rinorea pada upper
airways dan bronkokonstriksi pada lower airways, airways asma
lebih cenderung berespon terjadinya bronkokonstriksi karena
dibawah pengaruh inflamasi.
Mukosa nasal yang kering akibat paparan udara dingin
menyebabkan
hiperosmolalitas,
aktivasi
neuron,
dan
bronkokonstriksi yang menyebabkan pasien sesak, subjek
dengan asma mudah mengalaminya karena kapasitas mereka
untuk menghangatkan dan menghumidifikasi menurun,
Pada asma dan rinitis lebih berespon terhadap udara dingin
dibandingkan asma saja

Penelitian sebelumnya
1. Population based study pada usia 25-75
tahun dilaporkan bahwa gejala
respiratori terkait cuaca 18-30% pada
usia yang lebih tua dan subjek dengan
asma dan ppok prevalensinya tinggi.
2. Pada penelitian lain, 20-69 tahun,
prevalensi sesak, wheezing dan batuk
kronik 11,1% pada Finlandia Selatan dan
13,1% pada Finlandia Utara

Kesimpulan
dewasa muda dengan asma, terutama
disertai dengan rinitis alergi, mengalami
gejala respiratori terkait cuaca dingin lebih
buruk, dan gejala ini sedikit meningkat
pada subjek dengan rinitis alergi saja
dibandingkan pada subjek yang sehat.
- Gejala respiratori cuaca dingin indikasi
prognosis buruk dari asma dan rinitis alergi
dalam jangka panjang

TERIMAKASIH

You might also like