You are on page 1of 45

PLENO LBM 2

ANA BINGUNG

ANGGOTA KELOMPOK SGD


2

SKENARIO
Pak T 55 tahun bersama cucunya A 13 tahun, datang ke Klinik FK
UNIZAR dengan riwayat penyakit paru kronis karena sesak yang
memburuj sejak 1 tahun yan lalu. Dia memiliki riwayat merokok selama
30 tahun, namun tidak ada masalah medis lainnya. Pada pemeriksaan
umum tampak laki laki dengan badan yang sangat kurus. Pada
pemeriksaan kardiak dalam batas normal, tetapi tampak pada dada pak
T diameter dada anterior-posterior mengalami pembesaran disertai
suara nafas wheezing ekspirasi, bernafas melalui mulut yang mencucu,
dan terdapat otot-otot inspirasi tambahan.
Hasil rontgen thoraks menunjukan adanya hiperinflasi paru bilateral dan
tidak ada infiltrat. A mengetahui kondisi kakeknya, membuat ia teringat
musibah yang dialami adik temannya yang dilahirkan dalam keadaan
biru pada bibir dan kemudian meninggal dikarenakan adanya kelaimam
amatomi pada saluran pernafasan atas yaitu stenosis laring. Ia berpikir
apakah kondisi kakeknya sama seperti kondisi bayi yang meninggal?

TERMINOLOGI
1.

Wheezing
Suara pernafasan frekuensi tinggi nyaring yang
terdengar diakhir ekspirasi

2.

Hiperinflasi paru
Terjebaknya udara akibat saluran nafas yang
menyempit.

PERMASALAHAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Embriologi sistem respirasi


Anatomi dan Fisiologi sistem respirasi
Histologi sistem respirasi
Macam macam suara nafas
Mekanisme pernapasan
Regulasi sistem respirasi
Mekanisme pertukaran Gas
Transport Gas Pernafasan

PEMBAHASAN

EMBRIOLOGI S. PERNAFASAN

Saluran Nafas Atas

Pembentukan hidung bersesuaian dengan


proses sefalisasi (penyempurnaan bentuk
kepala) janin. Pada proses sefalisasi janin
terjadi pembentukan:
Plakode/ penebalan epitel hidung
Tonjol hidung medial
Tonjol hidung lateral

Proses invaginasi membentuk rongga hidung dan


membran oronasal yang memisahkan rongga
hidung dan rongga mulut
Pembentukan langit-langit primer dari tonjol
hidung medial
Pembentukan langit-langit sekunder dari tonjol
maksila
Pembentukan konkha nasalis

Pembentukan nares posterior (pintu


belakang rongga hidung; khoane)
Rongga hidung dan rongga mulut dibatasi
oleh tonjol maksila dan tonjol mandibula.
Tonjol maksila dan tonjol mandibular
berasal dari lengkung faring ke-1.
Dari dasar faring terbentuk tunas trachea.

Dari mesoderm disekitar tunas trakhea


terbentuk os hioid; rawan larink; plika
vokalis, otot intrinsik laring yang disarafi
oleh n.rekuren (n.laringeus inferior).
Mukosa laring disarafi oleh cabang saraf
lengkung faring ke-4 (n.vagus), yaitu
N.laringeus superior dan N.laringeus
internus

Saluran Nafas Bawah


Saluran nafas bawah bermula di glotis yang
berada di laringTrakheaBronkhus Alveoli
Saluran nafas bawah berkembang dalam
kanalis
pleuroperitoneal
septum
transversum.
Septum transversum berkembang menjadi
derivat mesoderm saluran nafas bawah,
yaitu otot polos, rawan, pleura, diafragma.

Tunas paru terbentuk pada usia 4 minggu.


Dibentuk dari suatu divertikulum pada dinding
ventral usus depan, yang meluas ke arah
kaudal.
Pada awal minggu ke5 masingmasing tunas
membesar membentuk bronkus utama kiri dan
kanan.
Bronkus utama kiri membentuk dua cabang
sekunder
Bronkus utama kanan membentuk tiga cabang
sekunderkiri dua lobus dan kanan tiga lobus

Akhirnya kanalis perikardioperitonealis


terpisah dengan rongga peritoneum dan
pericardium masingmasing oleh lipatan
pleuroperitoneal dan lipatan
pleuroperikardial
Tersisa rongga pleura primitifberkembang
menjadi pleura visceralis (mesoderm) dan
pleura parietalis (mesoderm somatik).

Sampai bulan ke7 prenatal bronkioli terus


bercabang menjadi saluran yang lebih
banyak dan lebih kecil (tahap kanalikular),
dan suplai darah terus meningkat.
Saat lahir, pernapasan dimulai, sebagian
besar cairan paru cepat diserap oleh kapiler
darah dan getah bening dan sejumlah kecil
mungkin dikeluarkan melalui trakea dan
bronkus selama proses kelahiran.

Anatomi Dan Fisiologi Sistem


Respirasi

Hidung

1.

Tersusun atas tulang dan tulang rawan hialin,


kecuali naris anterior yang dindingnya tersusun
atas jaringan ikat fibrosa dan tulang rawan.
Permukaan luarnya dilapisi kulit dengan kelenjar
sebasea besar dan rambut.
Terdapat epitel respirasi: epitel berlapis silindris
bersilia bersel goblet dan mengandung sel
basal.

2. Sinus paranasal
Merupakan rongga-rongga berisi udara yang
terdapat dalam tulang tengkorak yang
berhubungan dengan rongga hidung.
Ada 4 sinus:

maksilaris,
frontalis,
etmoidalis dan
sphenoidalis

3. Faring
Faring merupakan percabangan 2 saluran, yaitu
saluran pernapasan (nasofarings) pada bagian depan
dan saluran pencernaan (orofarings) pada bagian
belakang.

Pada bagian belakang faring (posterior) terdapat


laring (tekak) tempat terletaknya pita suara (pita
vocalis
Fungsi utama faring adalah menyediakan saluran
bagi udara yang keluar masuk dan juga sebagi
jalan makanan dan minuman yang ditelan

4. Laring
Organ berongga dengan panjang 42 mm
dan diameter 40 mm.
Terletak antara faring dan trakea.
Dinding dibentuk oleh tulang rawan tiroid
dan krikoid.
Vaskularisasi: A.V Laringeal media dan
Inferior.
Inervasi: N Laringealis superior.

5. Trakea
Tersusun atas 16 20 cincin tulang rawan.
Batang tenggorok (trakea) terletak di depan
kerongkongan.
Di dalam rongga dada, batang tenggorok
bercabang menjadi dua cabang tenggorok
(bronkus).
Di dalam paru-paru, cabang tenggorok bercabangcabang lagi menjadi saluran yang sangat kecil
disebut bronkiolus.
Ujung bronkiolus berupa gelembung kecil yang
disebut gelembung paru-paru (alveolus).

6. Bronkus
Batang tenggorokan bercabang menjadi dua
bronkus, yaitu bronkus sebelah kiri dan sebelah
kanan.
Kedua bronkus menuju paru-paru, bronkus
bercabang lagi menjadi bronkiolus.
Bronkus sebelah kanan(bronkus primer)
bercabang menjadi tiga bronkus lobaris (bronkus
sekunder), sedangkan bronkus sebelah kiri
bercabang menjadi dua bronkiolus.
Fungsi utama bronkus adalah menyediakan jalan
bagi udara yang masuk dan keluar paru-paru.

7. Bronchiolus
Cabang ke 12 15 bronkus.
Tidak mengandung lempeng tulang rawan, tidak
mengandung kelenjar submukosa.
Otot polos bercampur dengan jaringan ikat
longgar.

8. Bronchiolus respiratorius
Merupakan peralihan bagian konduksi ke bagian
respirasi paru. Lapisan : epitel kuboid, kuboid
rendah, tanpa silia. Mengandung kantong tipis
(alveoli).

Histologi Sistem Respirasi


1. Hidung
Rongga hidung dilapisi oleh tunica mukosa.
Diantara sel epitel batang bersilia tersebar banyak sel
goblet.
Pada lamina propria banyak terdapat simpul vena,
simpul limfa dan kelenjar lendir
Sekeliling rongga hidung ada empat rongga berisi udara
yang berhubungan dengannya, disebut sinus paranasal.
Keempat sinus itu berada pada tulang-tulang berikut :

Frontal;
Maxilla;
Ethmoid;
sphenoid.

2. Faring
Tunica submucosa hanya ada didinding daerah
hidung dan dekat ke kerongkongan.
Lamina propria tunica mucosa terdiri dari jaringan
ikat rapat yang berisi jala serat elastis yang halus.
Pada lamina propria, dibawah lapisan serat
elastis, banyak terdapat kelenjar lendir

3. Laring
Terdapat beebrapa keping tulang rawan
hialain dan elastis, jaringan ikat, serat otot
lurik, dan dilapisi sebuah lumen oleh tunica
mucosa.
Pada tunica mucosa banyak sel goblet.
Pita suara berisi ligamen tiro-aritenoid, yang
mengandung serat elastis
Ditengah ditutup dengan tunica mucosa
yang tipis dari epitel berlapis.

Suara Nafas Normal


Bronchial

Suara Nafas Tambahan


Wheezing (

Pernafasan Thoraks
Merupakan pernapasan yang melibatkan
otot antartulang rusuk.
Mekanismenya dapat dibedakan sebagai
berikut.

Fase Inspirasi. Fase ini berupa berkontraksinya


otot antartulang rusuk sehingga rongga dada
membesar, akibatnya tekanan dalam rongga
dada menjadi lebih kecil daripada tekanan di luar
sehingga udara luar yang kaya oksigen masuk

Fase Ekspirasi. Fase ini merupakan fase relaksasi


atau kembalinya otot antara tulang rusuk ke
posisi semula yang dikuti oleh turunnya tulang
rusuk sehingga rongga dada menjadi kecil.
Sebagai akibatnya, tekanan di dalam rongga dada
menjadi lebih besar daripada tekanan luar,
sehingga udara dalam rongga dada yang kaya
karbon dioksida keluar.

Pernapasan Abdomen

Pernapasan perut adalah pernapasan yang


melibatkan otot diafragma.
Mekanismenya dapat dibedakan sebagai
berikut.

Fase Inspirasi. Fase ini berupa berkontraksinya


otot diafragma sehingga rongga dada membesar,
akibatnya tekanan dalam rongga dada menjadi
lebih kecil daripada tekanan di luar sehingga
udara luar yang kaya oksigen masuk.

Fase Ekspirasi. Fase ini merupakan fase relaksasi


atau kembalinya otot diaframa ke posisi semula
yang dikuti oleh turunnya tulang rusuk sehingga
rongga dada menjadi kecil. Sebagai akibatnya,
tekanan di dalam rongga dada menjadi lebih besar
daripada tekanan luar, sehingga udara dalam
rongga dada yang kaya karbon dioksida keluar.

Regulasi Sistem Pernafasan


Pengendalian
Medulla
pengendalian
Kelompok
oblongata
Respirasi
repiratorik
voluntary
oleh
dorsal
ventra
saraf

Pengendalian Respirasi Melalui Mekanisme


Kemoreseptror
Kemoreseptor pusat

Pengaturan Oleh Mekanisme Non Kimiawi

Beberapa faktor non kimiawi yang


mempengaruhi pengatuan pernapasan di
antaranya :

pengaruh baroreseptor
peningkatan suhu tubuh
hormon epineprin
refleks hering-breuer.

Mekanisme Pertukaran Gas

Transport Gas Pernafasan

Ventilasi Paru
Ventilasi
merupakan
proses
untuk
menggerakan gas ke dalam dan keluar
paru-paru.
Ventilasi membutuhkan koordinasi otot paru
dan thoraks yang elastis dan pernapasan
yang utuh. Otot pernapasan inspirasi utama
adalah diafragma.

Difusi Gas
Difusi merupakan gerakan molekul dari
suatu daerah dengan konsentrasi yang lebih
tinggi ke konsentrasi yang lebih rendah.
Peningkatan ketebalan membran merintangi
proses kecepatan difusi karena hal tersebut
membuat gas memerlukan waktu lebih
lama untuk melewati membran tersebut.

TERIMAKASIH...

You might also like