You are on page 1of 7

TUJUH KUNCI POKOK SISTEM PEMERINTAHAN NEGARA

1.

Indonesia ialah Negara yang berdasar atas hukum (Rechtsstaat)


a.

Negara Indonesia berdasar atas hukum, tidak berdasar kekuasaan belaka


(Machtsstaat)
Ciri-ciri Negara Hukum
- Pengakuan dan perlindungan hak-hak asasi yang mengandung persamaan dalam
bidang politik, hukum, sosial ekonomi dan kebudayaan.
- Peradilan yang bebas dari pengaruh suatu kekuasaan atau kekuatan lain dan
tidak memihak.
- Legalitas dalam arti hukum dalam bentuknya.
b.
Negara (termasuk pemerintah dan lembaga-lembaga Negara lain) dalam
melaksanakan tindakan harus dilandasi hukum.
c.
Negara hukum dalam arti material., yaitu bukan saja melindungi bangsa dan
tumpah darah Indonesia, tetapi juga memajukan kesejahteraan umum dan
mencerdasaskan kehidupan bangsa, (Bukan Negara Hukum dalam arti formal, yaitu
bukan seperti negara penjaga malam stau Nachtwakerstaat)
d.
Setiap tindakan Negara harus empertimbangkan dua kepentingan :
kegunaannya (doelmatighheid), dan landasan hukumnya (rechtmatigheid)

NB : Amandemen Undang-Undang Dasar 1945 menegaskan Negara Indonesia


adalah negara hukum (UUD45 BAB 1 Pasal 1, ayat 3)

2. Sitem Konstitutional

a.

Pemerintahan berdasarkan atas sistem konstitusi (hukum dasar),


tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka (kekuasaan yang tidak
terbatas)

b.

Cara pengendalian Pemerintahan dibatasi ketetuan konstitusi,


juga oleh GBHN, UU, PP dsb (memperkuat negara hukum)

c.

Diciptakan sistem mekanisme hubungan tugas dan hukum


antara Lembaga-lembaga Negara.
Istilah konstitusi

constitution (Ing)
constitutie (Bld)
arti - lebih luas dari pada UUD = Hukum Dasar
- sama dengan UUD (grundwet)

3. Kekuasaan Negara yang tertinggi


di tangan MPR

a.

Kedaulatan rakyat dipegang MPR sebagai penjelmaan seluruh rakyat.

b.

MPR menetapkan UUD, GBHN dan mengangkat Presidan / Wapres.

c.

MPR memegang kekuasaan negara yang tertinggi, sedangakan Presiden


harus menjalankan haluan negara menurut garis luar yang di tetapkan MPR.

d.

Presiden yang diangkat oleh MPR, bertunduk dan bertanggung jawab


kepada MPR, Presiden ialah mandataris MPR.
Presiden tidak neben tetapi untergereornet kepada MPR.

4. Presiden ialah penyelenggara Pemerintahan


Negara tertinggi di bawah MPR

a.

Dalam menjalankan pemerintahan Negara, kekuasaan dan


tanggung jawab adalah di tangan Presiden.

b.

Presiden memegang kekuasaan pemerintahan (eksekutif)


menurut UUD 1945, termasuk GBHN, UU, dan PP.

5. Presiden tidak bertanggung jawab kepada


DPR

a.

Presiden harus mendapat persetujuan DPR untuk membentuk UU dan


APBN.

b.

Presiden harus bekerja sama dengan DPR, tetapi Presiden tidak bertanggung
jawab kepada DPR, artinya kedudukan tidak tergantung daripada DPR.

c.

Presiden tidak dapat membubarkan DPR sebaliknya DPR juga tidak dapat
menjatuhkan Presiden.

6. Menteri Negara ialah pembantu Presiden ; Menteri


Negara tidak dapat bertanggung jawab kepada DPR

a. Presiden mengangkat dan memberhentikan Menteri-menteri Negara .


b. Menteri-menteri tidak bertanggung jawab kepada DPR , tetapi tergantung dan
bertanggung jawab kepda Presiden (sistem Kabinet Presidensial)
c. Menteri-menteri Negara bukan pegawai tinggi biasa, karena Menterimenterilah Yng terutama menjalankan kekuasaan Pemerintahan (pouvior
executif) dalam praktek.
d. Sebagai pemimpin Departemen, Menteri mempunyai pengaruh besar terhadap
Presiden dalam menentukan politik Negara yang mengenai Departemennya ;
memang dimaksudkan menteri itu pemipin Negara.

7. Kekuasaan Kepala Negara tidak tak terbatas

a.
b.
c.
d.

e.

Meskipun Kepala Negara tidak bertanggung jawab kepada DPR, ia bukan diktator
artinya kekuasaanya terbatas.
Presiden bertnaggung jawab kepada MPR.
Presiden harus memperhatikan sungguh-sungguh suara DPR.
Dengan fungsi DPR dan fungsi para menteri sebagai pembantu presiden, dapat mencegah
kemungkinan kemerosotan kekuasaan pemerintahan di tangan presiden ke arah kekuasaan
mutlak (absolutisme)
Kedudukan DPR adalah kuat :
- DPR tidak dapat di bubarkan oleh Presiden (berlainan dengan sistem parlementer)
- Anggota-anggota DPR semua merangkap ; anggota MPR maka DPR dapat senantiasa
mengawasi tindakan Presiden
- Jika DPR menganggap bahwa Presiden sungguh-sungguh melanggar haluan negara yang
ditetapkan UUD atau MPR, maka dapat diundang untuk persidangan istimewa MPR untuk
minta pertanggungan jawab kepada Presiden.

You might also like