You are on page 1of 28

ASUHAN

ASUHANKEPERAWATAN
KEPERAWATAN
PADA
PADATN.
TN.DDDENGAN
DENGAN
HARGA
DIRI
RENDAH
HARGA DIRI RENDAH

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU - ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL
VETERAN JAKARTA
2011

Disusun Oleh KELOMPOK 4


Dini Faradita, Skep
Diah Jayanti Anggreni, Skep
Rahmalia Suswanti, Skep
Ni Made Ayu Fera Mahardan, Skep
Ni Wayan Windari, Skep

PENDAHULUAN
Sehat merupakan suatu keadaan kesejahteraan fisik, mental,
aspek sosial dan aspek spiritual secara penuh dan bukan
semata-mata berupa absennya atau keadaan lemah tertentu
(WHO, 2009).
Menurut Direktur Jenderal Pembinaan Kesehatan
Masyarakat (Binkesmas) Depertemen Kesehatan dan
World Health Organization (WHO) memperkirakan tidak
kurang dari 450 juta penderita gangguan jiwa
ditemukan di dunia. Bahkan berdasarkan data studi
World Bank dibeberapa negara menunjukkan 8,1% dari
kesehatan global masyarakat (Global Burden Disease)
menderita gangguan jiwa.
Harga diri rendah merupakan gangguan konsep diri
dimana klien menganggap dirinya selalu rendah.
Diperkirakan sebanyak 0,7% dari populasi didunia
menderita harga diri rendah (Noviandy, 2009).

GAMBARAN KASUS
Nama klien : Tn M.D
Usia : 29 t
Tgl masuk: 17 mei 2011
Klien masuk ke RSJ Soeharto Heerdjan pada
tanggal 17 Mei 2011 dengan alasan masuk
dirumah Gelisah, bicara kacau, mudah
tersinggung,
Curiga,
Labil,
perilaku
kekerasan memukul ibunya. Di rumah
mendengar suara bisikan menyuruh dia tidur
dan melihat bayangan, marah-marah tanpa
sebab, ketakutan karena merasa diikuti oleh
wanita

MASALAH KEPERAWATAN UTAMA


HARGA DIRI RENDAH
Data Subjektif
Klien mengatakan:

Merasa malu karena giginya maju ke


depan

Data Objektif
Klien tampak:
Saat berbicara nada

Rambutnya jelek, sehingga terus


memakai topi

lambat, suara pelan


Sering menutup mulut

Malu sering diledek teman temannya


karena matanya rabun

dengan tangannya

Malu dan merasa tidak berguna


karena tidak bekerja dan punya
penghasilan

ketika berbicara
Memakai topi setiap

Malu karena tidak bisa melanjutkan


pendidikan ke universitas
Malu karena tidak ada wanita yang
mau dengannya

saat

MASALAH KEPERAWATAN
Harga diri Rendah
Isolasi Sosial
Resiko Tinggi Halusinasi
Defisit Perawatan Diri
Regiment Terapeutik inefektif
Koping Keluarga Inefektif
Berduka Disfungsional

Pohon Masalah
Resiko Tinggi Halusinasi
Isolasi Sosial
Regiment
terapeutik Harga Diri Rendah Akut

Koping Berduka Disfungsional


keluarga
inefektif

Defisit
perawatan
diri

LANDASAN TEORI
Harga diri merupakan penilaian individu
tentang nilai personal yang diperoleh
dengan menganalisa seberapa baik
perilaku seseorang sesuai dengan ideal
diri. Harga diri yang tinggi adalah
perasaan
yang
berakar
dalam
penerimaan diri sendiri tanpa syarat,
walaupun
melakukan
kesalahan,
kekalahan dan kegagalan, tetapi merasa
sebagai seorang yang penting dan
berharga.

Lanjutan.
Harga diri rendah adalah suatu
perasaan negatif terhadap diri
sendiri, hilangnya kepercaan diri,
gagal mencapai tujuan yang
diekspresikan secara langsung
maupun
tidak
langsung.
Penurunan harga diri ini dapat
bersifat situasional maupun kronis
atau menahun (Branden, 2009)

Jenis-jenis Harga Diri Rendah


Gangguan harga diri atau harga diri rendah
dapat terjadi secara :
Situasional

Yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misal


harus operasi, kecelakaan, dicerai suami,
putus sekolah, putus hubungan kerja dll.
Kronik
Yaitu perasaan negatif terhadap diri telah
berlangsung lama, yaitu sebelum sakit
/dirawat. Klien mempunyai cara berfikir
yang negatif

Rentang Respon
RESPON ADAPTIF
MALADAPTIF

Aktualisasi

konsep

RESPON

HDR

kerancuan

depersonalisasi

Diri

diri

identitas

Etiologi
Harga diri rendah kronis terjadi disebabkan
banyak faktor. Awalnya individu berada pada suatu
situasi yang penuh dengan stressor (krisis),
individu berusaha menyelesaikan krisis tetapi tidak
tuntas sehingga timbul pikiran bahwa diri tidak
mampu atau merasa gagal menjalankan fungsi dan
peran. Penilaian individu terhadap diri sendiri
karena kegagalan menjalankan fungsi dan
peran adalah kondisi harga diri rendah
situasional, jika lingkungan tidak memberi
dukungan positif atau justru menyalahkan
individu dan terjadi secara terus menerus akan
mengakibatkan individu mengalami harga diri
rendah kronis.

Faktor Predisposisi
Faktor
predisposisi
yang
mempengaruhi perubahan harga diri
meliputi;
penolakan orang tua,
harapan orang tua yang tidak
realistik, kegagalan yang berulang
kali, kurang mempunyai tanggung
jawab
personal,
ketergantungan
pada orang lain, ideal diri yang
tidak realistik. Misalnya ; orang tua
tidak percaya pada anak, tekanan
dari teman, dan kultur sosial yang
berubah.

Faktor Presipitasi
Ketegangan peran
Konflik peran
Peran yang tidak jelas
Peran yang berlebihan
Perkembangn transisi
Situasi transisi peran
Transisi peran sehat-sakit

Tanda dan Gejala


Perasaan malu pada diri sendiri
akibat penyakit dan akibat
terhadap tindakan penyakit
penyakit kronis seperti kanker.
Rasa bersalah terhadap diri sendiri
Merendahkan martab
Gangguan hubungan sosial
Percaya diri kurang
Mencederai diri dan akibat HDR

Mekanisme Koping
Mekanisme koping berdasarkan penggolongannya
dibagi menjadi 2 (dua), yaitu :
Mekanisme Koping Adaptif
Mekanisme
koping
yang
mendukung
fungsi
integrasi, pertumbuhan, belajar dan mencapai
tujuan. Kategorinya adalah berbicara dengan orang
lain, memecahkan masalah secara efektif, teknik
relaksasi, latihan seimbang dan aktivitas konstruktif.
Mekanisme Koping Maladaptif
Mekanisme koping yang menghambat fungsi
integrasi, memecah pertumbuhan, menurunkan
otonomi dan cenderung menguasai lingkungan.
Kategorinya adalah makan berlebihan / tidak makan,
bekerja berlebihan, menghindar.

LANJUTAN.
Sedangkan
mekanisme
pertahanan
ego
yang
sering
digunakan adalah fantasi, regresi,
disasosiasi,
isolasi,
proyeksi,
mengalihkan marah berbalik pada
diri sendiri dan orang lain.

Implementasi dan Evaluasi

Dilihat di word

PEMBAHASAN
Pada
tahap
pengkajian
dilaksanakan berdasarkan panduan
dan hal yang berhubungan dengan
konsep yang digunakan yang
sangat membantu kelompok dalam
melakukan
pengkajian.
Dimana
pada saat melakukan pengkajian
kelompok
tidak
menemukan
kesenjangan antara teori dengan
kasus.

Lanjutan.
Pada

kasus Tn. D dilatar belakangi


oleh faktor psikologis yaitu sering
dimarahi
oleh
ayahnya
ketika
mengungkapkan
keinginan
dan
pendapatnya, klien sering ditinggal
pacar menikah dan klien sering
diledek oleh teman-temannya karena
matanya rabun
Faktor genetik, pada keluarga Tn. D
tidak ada yang menderita gangguan
jiwa.

LANJUTAN.
Faktor presipitasi pada Tn.D
adalah karena perubahan situasi
transisi peran yaitu sering putus
cinta oleh pacarnya dan kemudian
pacarnnya menikah dengan pria
lain, kehilangan (meninggal dunia)
adik laki-laki yang disayangi.

Lanjutan..
Perilaku pada klien dengan harga diri rendah
yang ditemukan pada Tn. D diantaranya klien
mengatakan : merasa malu karena giginya maju
ke depan, rambutnya jelek sehingga terus
memakai topi, malu sering diledek teman
temannya karena matanya rabun, malu dan
merasa tidak berguna karena tidak bekerja dan
punya penghasilan, malu karena tidak bisa
melanjutkan pendidikan ke universitas, malu
karena tidak ada wanita yang mau dengannya.
Klien tampak: Saat berbicara nada lambat,
suara pelan, sering menutup mulut dengan
tangannya ketika berbicara, memakai topi
setiap saat

LANJUTAN
Pelaksanaan medis pada kasus
Tn.D sudah sesuai dengan teori
diantranya, Trihexyphenidyl 2 mg
3x1 tablet, Chlorpomazine 100mg
1x1 tablet, Risperidone 2 mg 2x1
tablet

Lanjutan.
Faktor pendukung dalam melakukan pengkajian
adalah klien kooperatif, lingkungan kondusif, klien
tidak mengalami disorientasi sehingga klien mampu
menjawab pertanyaan yang diajukan dan bersedia
mengungkapkan perasaan serta masalah yang
dihadapi.
Sedangkan faktor penghambatnya yaitu dalam
pengkajian untuk menyimpulkan data tidak
cukup dengan satu kali pertemuan. kelompok
berusaha menggali informasi dari klien dengan
sering melakukan interaksi atau kontak dengan
klien serta memvalidasi data dengan membaca
catatan perawat yang ada pada status medis
pasien

Lanjutan.
Pada
pelaksanaan
tindakan
keperawatan, hanya dilakukan pada 4
diagnosa keperawatan utama. Hal ini
karena
kelompok
belum
bertemu
ataupun melakukan kunjungan rumah
sehingga semua tindakan untuk keluarga
belum dapat diimplementasikan.
Pada tahap evaluasi ini, untuk diagnosa pertama,
yaitu harga diri rendah tindakan keperawatan baru
dapat terlaksana pada yaitu mendiskusikan aspek
positif yang dimiliki klien dan melatih kemampuan
pertama dan kedua yang dimiliki klien.

Lanjutan.
Pada diagnosa kedua yaitu isolasi

sosial sudah dapat teratasi


Pada diagnosa ketiga yaitu gangguan
sensori persepsi: halusinasi pendengaran,
hubungan saling percaya terbina,
klien sudah dapat mengungkapkan
perasaannya, klien dapat mengenal
halusinasinya
dan
klien
dapat
mengontrol halusinasinya.
Dan diagnosa keempat yaitu defisit
perawatan diri sudah teratasi

Kesimpulan
Dilihat
dari
pengkajian
kelompok
mendapatkan data yang sesuai dengan teori
untuk menegakkan diagosa keperawatan.
Sehingga kelompok menemukan 7 diagnosa
keperawatan yang muncul pada klien Tn. D
berdasarkan analisa data dan pohon masalah
yang telah dibuat, yaitu : Harga diri rendah
kronik (sebagai core problem), Isolasi Sosial,
resiko tinggi halusinasi, Defisit Perawatan Diri
: Kebersihan Diri, Berduka disfungsional,
Koping
keluarga
in
efektif,
Regiment
terapeutik in efektif.

ThaNk
yoU
Thanks for your attention

You might also like