Poliomyelitis

Isyanto

History

Ditemukan sejak 6000 th lalu

Egyptian hieroglyph : sejak
1400 SM
1840 - Heinle : poliomyelitis
Poliomyelitis artinya grey
marrow
1954 - Salk vaccine
1960 - Sabin vaccine
1991 Molla produces polio in
vitro from virus RNA
2002 produksi vaksin sintetis

Etiologi

28 30 nm in diameter
Struktur icosahedron & dodecahedron
3 eksternal capsid proteins (VP1, VP2, and VP3)
Struktur Capsid sensitif pada suhu tinggi
B C loop of VP1 reseptor antigen yang penting
Molekul Single - RNA
3 serotipe virus tanpa ada kekebalan silang

Struktur

Decline in Poliomyelitis

World Polio Map

World Polio Map

World Polio Map

Gejala klinis
a. Asyimptomatis/subklinis
Ditemukan 91 - 96%
Tidak ada gejala klinis
Hanya ditemukan isolasi virus atau kenaikan titer
antibodi

Gejala klinis
b. Abortive Polio or minor illness:
Terjadi pada 4 to 8% of the infections
Gejala ringan dan hilang sendiri akibat fase
viremia
Pasien cepat sembuh
Diagnosis tidak bisa secara klinis harus dilakukan
isloasi virus dan peningkatan titer antibodi
c. Non-paralytic Polio: Kaku kuduk dan nyeri

Gejala klinis
d. Paralytic Polio:

Terjadi pada <1%

Virus invasi ke CNS & menyebabkan paralisis

Gejala dominan: asymmetrical flaccid paralysis

Riwayat demam dengan onset paralisis suggestif

polio

Klinis lain: malaise, anorexia & mual muntah,

cefalgia, nyeri tenggorokan, konstipasi dan nyeri
abdomen

Tanda rangsang meningeal: kaku kuduk dan nyeri

Gejala klinis
c. Paralytic Polio:

paralysis biasanya descending

Asymmetrical paralysis, kekuatan tonus otot bervariasi

Otot-otot Proximal lebih sering terkena dibandingkan

distal

Deep Tendon Reflexes(DTRs) menurun

Sensoris baik

Paralisis syaraf kranial

Asimetris wajah, kelemahan otot

Gagal napas penyebab kematian paling sering

Gejala klinis
Setelah fase akut: terjadi atropi otot yang
menyebabkan paralisis yang khas untuk
diagnosis poliomyelitis.
Progressive paralysis, coma, kejang

Pemeriksaan penunjang

DPL: tidak spesifik

LCS : sel meningkat 20-300 sel/ul, glukosa
menurun, protein meningkat
Pemeriksaan serologik: peningkatan titer
4X antibodi complement atau neutralisasi
Isolasi virus: sampel diambil 10 hari
awitan gejala neurologis dari feses 80-90
% positif virus polio

Diagnosis Banding

Sindrom Guillan Barre

Mielitis transversa
Paralitik histerikal
Epidemi neuromiastenia & pleurodinia
Ensefalitis viral lain

Pencegahan & kontrol

imunisasi: OPV & IPV
Control Measures:
Pelaporan semua kasus paralytic poliomyelitis
Isolasi:Disinfeksi partikel kontaminan

OPV versus IPV

IPV(Salks Vaccine)

OPV(Sabin Vaccine)

Killed Virus

Live Attenuated Virus

S/C or I/M

Orally

Induces circulating antibody,

but no local immunity

Both humoral and Intestinal

immunity

Prevents paralysis but does not Prevents paralysis and

prevent reinfection
reinfection
Not control epidemics

Control epidemics

Difficult to manufacture

Easy to manufacture.

Costly

Cheap

Longer shelf life

Stored & transport at sub-zero

Temperature.

Pengobatan
Tidak ada terapi spesifik
Pengobatan tergantung gejala&penyulit
Imunoglobulin
Physiotherapy penting dilakukan

Prognosis
Tergantung berat ringan penyakit
Pada yang non paralitik baik
Mortalitas polio paralitik 5-10%
Paralitik berat dapat timbul penyakit
motor neuron 30-40 tahun kemudian

Poliomyelitis
Tumors

Gullain-Barre Syndrome

Encephaliti
s

Other
enteroviruses

AFP
Echovirus

Transverse myelitis

Traumatic Neuritis

Coxackie Virus

Meningitis