You are on page 1of 143

FORENSIK DAN MEDIKOETIKOLEGAL

NIDA PUSPITA AYU

CONTOH SOAL
Arif, 53 tahun, korban perampokan dibawa oleh warga ke UGD.
Ditemukan beberapa luka bacok di lengan bawah kiri. Pasien tampak
pucat dan ketakutan. Dr.Noah membuat visum, melakukan perawatan
luka, kemudian pasien disarankan dirawat inap untuk observasi.
Setelah seminggu pasien bisa pulang untuk rawat jalan. Saat kontrol,
pasien datang dengan polisi yang membawa surat visum kembali.
Jenis surat visum yang akan dr.Noah buat saat ini adalah
a. VER psikiatrik
b. VER lanjutan
c. VER jenazah
d. VER sementara
e. VER definitive

INGAT DENGAN BERITA BOCAH DALAM KARDUS?

VISUM ET REPERTUM
Definisi Visum et Repertum
Keterangan tertulis yang dibuat oleh dokter atas permintaan tertulis
penyidik yang berwenang, mengenai hasil pemeriksaan medis terhadap
manusia, baik hidup atau mati ataupun bagian atau diduga bagian tubuh
manusia berdasarkan keilmuannya dan dibawah sumpah, untuk kepentingan
peradilan

Dasar Hukum

Pasal 133 KUHAP: Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan


menangani seorang korban baik luka, keracunan, ataupun mati yang diduga
karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia berwenang mengajukan
permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter dan
atau ahli lainnya
PP No 27 tahun 1983: Penyidik polri berpangkat serendah-rendahnya
Pembantu Letnan Dua,
kepangkatan penyidik pembantu adalah bintara
serendah-rendahnya adalah Sersan Dua

s Visum et Repertum dan beberapa hal terkait yang harus kita ketahui:

VeR perlukaan (termasuk


keracunan)
VeR kejahatan
susila

Deskripsi luka

Penyebab luka

Bukti
Bukti kekerasan
persetubuhan

Derajat luka

Perkiraan umur

Pantas
tidaknya
korban
untuk
dikawin

VeR psikiatrik

Kejahatan
sebagai produk
Penyakit jiwa
penyakit jiwa

Psikodinamik
kejahatan

Sebab dan
Mekanisme
kematian
Cara kematian

MACAM-MACAM Visum et Repertum


1. Untuk Korban Hidup
a. Visum et Repertum Definitif
Diberikan kepada korban yang tidak memerlukan perawatan lebih lanjut
dan cedera sudah dapat disimpulkan.
b. Visum et Repertum Sementara
Diberikan setelah pemeriksaan dan ternyata korban perlu diperiksa
atau dirawat lebih lanjut, baik di rumah sakit maupun di rumah.
c. Visum et Repertum lanjutan
Diberikan setelah visum sementara diberikan, selama kondisi cedera
belum dapat disimpulkan dampaknya: 1). Sembuh (secara medis krn
perlu kontrol), 2) Meninggal (saat dalam perawatan perlu otopsi), 3)
Pindah Rumah Sakit, 4) Pindah Dokter

2. Untuk Korban Mati

Disebut Visum et Repertum Jenazah, dengan tujuan


pokok:
a. Menentukan identitas
b. Menentukan sebab kematian
c. Menentukan mekanisme kematian
d. Menentukan waktu/perkiraan kematian
e. Menentukan cara kematian

VeR hidup untuk kasus kejahatan seksual


Korban harus diantar oleh polisi karena tubuh korban merupakan barang
bukti
VeR harus dibuat berdasarkan keadaan yang didapatkan pada waktu
permintaan pembuatan VeR diterima oleh dokter
Bila korban datang atas inisiatif sendiri dilakukan pemeriksaan oleh dokter
surat permintaan VeR beberapa waktu kemudian dokter harus menolak
membuat VeR, karena segala sesuatu yang diketahui sebelum permintaan
VeR datang merupakan rahasia kedokteran (KUHP pasal 322)
Apabila tetap ingin membuat VeR dibuat berdasarkan keadaan saat ini
hasil pemeriksaan yang lalu diberikan dalam bentuk surat
keterangan

SUSUNAN VISUM ET REPERTUM KASUS HIDUP


kekerasan umum

OTOPSI FORENSIK
SEBAB

Tanatologi

gian dari Ilmu Kedokteran Forensik yang mempelajari kematian dan


rubahan yang terjadi setelah kematian serta faktor yang mempengaruhi
ubahan tersebut

Dipergunakan untuk kepentingan medikolegal

Mati somatis (mati klinis)

KEMATIAN

Tanda Kematian
Tanda Kematian Tidak Pasti
Pernafasan berhenti, dinilai selama
10 menit
Terhentinya sirkulasi, dinilai
selama 15 menit
Kulit pucat
Tonus otot menghilang dan terjadi
relaksasi primer
Pembuluh darah retina mengalami
segmentasi ke arah tepi retina
Pengeringan kornea menimbulkan
kekeruhan

Tanda Pasti Kematian

Lebam mayat (livor mortis)


Kaku mayat (rigor mortis)
Penurunan suhu tubuh (algor
mortis)
Pembusukan (decomposition,
putrefaction)
Adiposera
Mummifikasi

TANDA KEMATIAN PASTI


PENURUNAN SUHU (ALGOR MORTIS)
Penurunan suhu tubuh mayat akibat terhentinya produksi panas dan terjadinya pengeluaran panas
secara terus-menerus. Ini disebabkan karena perbedaan suhu mayat dengan lingkungannya.
Penurunan suhu tubuh dipengaruhi oleh:
1. Faktor lingkungan (media)
semakin rendah suhu media tempat mayat terletak semakin cepat penurunan suhu tubuh mayat.
2. Keadaan FisikTubuh
penurunan suhu makin lambat bila jaringan lemak dan otot makin tebal.
3. Usia
penurunan suhu akan lebih cepat pada anak dan orangtua
4. Pakaian yang menutupi
5. Suhu tubuh sebelum kematian
RUMUS PERKIRAAN SAAT KEMATIAN BERDASARKAN PENURUNAN SUHU
98.6 F - suhu= saat kematian
1.5

LEBAM MAYAT (LIVOR MORTIS)

KAKU MAYAT (RIGOR MORTIS)

Diagnosis Banding Kaku Mayat


Cadaveric Spasm

PEMBUSUKAN (DEKOMPOSISI)

TRAUMATOLOGI

Luka Akibat Kekerasan Benda Tumpul


Memar (Kontusio, hematom)
Luka Lecet ( ekskoriasi, abrasi)
Luka robek (vulnus laseratum)

Perbedaan Memar dan Lebam Mayat


Lebam Mayat

Luka Memar

Lokasi

Selalu pada bagian


tubuh terendah

Pada sembarang
tempat

Pembengkakan

Tak terdapat

Sering ada

Bila ditekan

Biasanya hilang
(tergantung waktu)

Tidak hilang

Bila diinsisi/diiris

Tampak bintik-bintik
darah intravaskular

Tampak bintik-bintik
darah ekstravaskular

LUKA AKIBAT KEKERASAN BENDA TAJAM

LUKA TUSUK

Luka tusuk pisau mata satu

Luka bacok: tepi luka rata,


panjang = dalam

Luka tusuk pisau mata dua

Luka iris: jembatan jaringan (-),


tepi luka rata

Derajat Perlukaan
Luka
Ringan
Tidak
menimbulkan
penyakit atau
halangan untuk
menjalankan
jabatan atau
pekerjaan (KUHP
352)
Umumnya tanpa
luka, atau dengan
luka lecet atau

Luka Berat
Luka
Sedang
Jatuh sakit atau mendapat
Di antara luka
luka yang tidak memberi
ringan dan luka
harapan akan sembuh sama
berat
sekali atau menimbulkan
bahaya maut (KUHP 90)
Dapat
merupakan hasil Tidak mampu terus menerus
untuk menjalankan tugas
indra
dari tindak
jabatan atau pekerjaan
Cacat berat
penganiayaan
Kehilangan salah satu panca
Sakit
lumpuh
(KUHP pasal
Terganggu daya pikir selama
351 (1) atau empat minggu lebih
Gugur atau matinya
353 (3))
kandungan seorang
perempuan

Asfiksia

finisi

u keadaan yang ditandai dengan terjadinya gangguan pertukaran udara pernapasan, men
sigen darah berkurang (hipoksia) disertai dengan peningkatan karbon dioksida (hiperkapnea)

logi

yebab alamiah penyakit yang menyumbat saluran napas seperti laryngitis difteri atau
AnemikStagnanHipoksiknimbulkan gangguan
pergerakan
paru seperti fibrosis
paru
hipoksia

hipoksia
Di melalui
Histotoksikhipoksia

ma mekanik
trauma
yang
mengakibatkan
asfiksia
mekanik
sumbatan atau halangan
Darah yang
mana oleh
hipoksia Dimana
Dimana oksigen
uran napas
tersedia tidak
dptpusat
karena
sesuatu
oksigen yang
untuk
acunangagal
bahan
yang menimbulkan
depresi
pernapasan
membawa
terjadi kegagalan terdapat didalam
masuk ke dalam
oksigen yang
sirkulasi
darah, oleh karena
sirkulasi darah

Fase Asfiksia
1.
2.
3.
4.

Fase
Fase
Fase
Fase

dispnea
Konvulsi
Apnea
akhir

Ada 4 stadium gejala / tanda dari asfiksia


Fase

Pemeriksaan Jenazah
Pemeriksaan Luar
Sianosis pada bibir, ujung-ujung jari
dan kuku
Warna lebam mayat merahkebiruan gelap dan terbentuk
lebih cepat distribusi lebam lebih
luas akibat kadar CO2 yang tinggi dan
aktivitas fibrinolisin sehingga sulit
membeku dan mudah mengalir
Pembendungan
pada mata
Terdapat busa halus
padaberupa
hidung
pelebaran
dan mulut
pembuluh
darah konjungtiva
bulbi
oleh
karena peningkatan
frekuensi
&
palpebral
terjadi
pada fase
dan
amplitude
pernapasan
dan sekresi
konvulsi
lendir pada fase dyspnea
Muncul Tardieus spot hipoksia
dapat merusak endotel kapiler pada

Pemeriksaan Dalam
Darah berwarna lebih
gelap dan lebih encer
Busa halus di saluran
pernapasan
Pembendungan sirkulasi
sehingga organ menjadi lebih
berat, lebih gelap, dan bila
diiris mengeluarkan banyak
darah
Petekie pada mukosamukosa organ dalam
Edema paru

Asfiksia
Penyumbatan Pencekikan
Gantung Tenggelam
Penjeratan
(Gagging dan
(Manual
an
(Strangaulation)
(Hanging)(Drowning)
Choking)Strangulation)
(Smotherin
Pembekap

g)

Bimbel UKDI MANTAP

Pembekapan (Smothering)

utupan lubang hidung dan mulut yang menghambat pemasukan udara ke paru-paru
Bunuh diri (suicidal smothering) misal pada penderita penyakit jiwa menggunakan bantal untu
menutupi hidung dan mulut
Pembunuhan (homicidal smothering) misal pada kasus pembunuhan anak sendiri
Kecelakaan (accidental smothering) missal pada bayi bulan-bulan pertama kehidupannya
Pemeriksaan luar luka lecet tekan atau geser pada hidung, bibir, dagu, permukaan gusi dan g

Penyumbatan (Gagging dan Choking)

Gagging sumbatan jalan napas pada orofaring


Choking sumbatan jalan napas pada laringofaring
Bunuh diri (suicidal choking) jarang terjadi karena ada reflex batuk dan muntah
Pembunuhan (homicidal choking) umumnya korban adalah bayi atau orang dengan fisik ya
lemah
Kecelakaan (accidental choking) tersedak makanan saat berbicara atau tertawa (bolus dea
Pemeriksaan luar terdapat benda asing pada mulut, orofaring, atau laringofaring

Pencekikan (Manual Strangulation)

Penekanan leher dengan tangan, yang menyebabkan dinding saluran


napas bagian atas tertekan dan terjadi penyempitan saluran napas
sehingga
Pemeriksaan
luar pernapasan tidak dapat lewat
udara
Pembendungan muka dan kepala akibat tertekannya pembuluh vena dan arteri superfisial
Luka lecet kecil, dangkal, berbentuk bulan sabit akibat penekanan kuku jari
Fraktur tulang lidah (os hyoid) dan kornu superior kartilago thyroid unilateral

Penjeratan (Strangulation)

Penekanan benda asing berupa tali, ikat pinggang, rantai, kawat dan
sebagainya melingkari atau mengikat leher hingga saluran pernapasan
Bunuh diri (self strangulation) pengikatan oleh korban sendiri dengan
tertutup
simpul hidup dengan jumlah lilitan lebih dari satu
Pembunuhan pengikatan biasanya dengan simpul mati
Kecelakaan misalnya pekerja yang bekerja dengan tali kemudian terjatuh dan terlilit
Pemeriksaan luar
Jejas jerat biasanya mendatar, lebih rendah dari jejas jerat pada kasus gantung
Pola jejas dapat dilihat dengan menempelkan transparent scotch tape,
kemudian dilihat di bawah mikroskop
Terdapat luka lecet tekan di sekitar jejas jerat

Gantung
(Hanging)

Kasus gantung hamper sama dengan kasus penjeratan, namun asal


tenaga jerat berasal dari tubuh korban sendiri
Berdasarkan posisi
korbanhanging kedua kaki tidak menyentuh lantai
- Complete
- Partial hanging kedua kaki masih menyentuh lantai
Berdasarkan posisi
gantung
-titik
Typical
hanging titik gantung terletak di atas daerah oksiput dan
tekanan pada arteri karotis paling besar
Atypical hanging titik gantung terdapat di samping, sehingga
leher dalam posisi sangat miring (fleksi lateral)

Asfiksia seksual (Auto-erotic hanging)


Deviasi seksual yang menggunakan cara gantung atau jerat untuk
mendapatkan kepuasan terlambat mengendurkan tali atau
melepaskan diri setelah kehilangan kesadaran

Drowning
Definisi
Kematian akibat mati lemas
(asfiksia) disebabkan masuknya
cairan ke dalam saluran pernapasan

Klasifikasi

Vicious Cycle of Drowning

Water enters
respiratory
passage
Deep
inspiration

Cough reflex

Immersion seluruh tubuh masuk


ke dalam air
Submersion sebagian tubuh
(kepala) masuk ke dalam air
Need for air

Air driven out


of lungs

Air Tawar: Konsentrasi elektrolit lebih rendah


Hemodilusi
darah, air masuk ke dalam aliran darah sekitar alveoli Hemolisis
Pelepasan ion K terjadi perubahan keseimbangan ion K
dan
Ca dalam serabut otot jantung dan mendorong
terjadinya
fibrilasi
Air
Asin:ventrikel
Konsentrasi elektrolit lebih tinggi

Mekanis
me
Kematia
n

Asfiksia (Wet
Spasme
Drowning)
Laring (Dry
Drowning)
Refleks Vagal
(Dry
Drowning)

air akan ditarik dari sirkulasi pulmonal ke


dalam jaringan interstitial paru oedem
pulmonal hemokonsentrasi, hipovolemi
syok hipovolemik dan henti jantung

Pemeriksaan Jenazah pada Kasus Drowning


External Findings

Internal Findings

A washerwoman appearance in A white or hemorrhagic foam is


the hands and soles (Look white
found in the trachea and bronchi
and wrinkled)
Water may be found in the
Goose flesh (cutis anserina)
stomach.
Mushroom like appearance in There could be dilatation of the
the nostrils, mouth, and airways
right ventricle
(white foam or hemorrhagic fluid) Pulmonary edema
Congestion
Cadaveric spasm
Brain swelling

Pemeriksaan Laboratorium pada Kasus Drowning


Pemeriksaan Diatom

erupakan alga bersel satu dengan dinding terdiri dari silikat (SiO2) yang tahan panas dan asam
emeriksaan Destruksi Asam pada Paru
Jaringan perifer paru diambil sebanyak 100 gram tambahkan asam sulfat
pekat diamkan selama kurang lebih setengah hari agar jaringan hancur
dipanaskan dalam lemari asam sambil diteteskan asam nitrat pekat sampai
terbentuk cairan yang jernih dinginkan dan lakukan sentrifugasi hingga
Pemeriksaan diatom positif bila terdapat 4-5 diatom/lpb atau 10-20 per satu sediaan
terbentuk sedimen
lihat di bawah mikroskop
Pemeriksaan
Getah Paru
Paru disiram air bersih iris bagian perifer ambil sedikit cairan perasan dari
jaringan perifer taruh pada gelas objek amati di bawah mikroskop

Pemeriksaan Darah Jantung (Getler Chloride Test)


This is analysis of blood in the right and left sides of the heart
In freshwater, the chloride level was high in the right than on the left
In saltwater, the chloride level was high in the left than on the right

Luka Tembak
Components attending the bullet at the
time of firing

Definition

Smoke
Gunshot wound is a wound
caused by a bullet with or without any Gunpowder particles
other components coming out of the Flame
gun barrel at the time of firing
COMPONENTS ATTENDING THE BULLET

SMOKE
GUNPOWDER
BULLET

BARREL

Luka Tembak Masuk

bullet passing it will rotate on its axis


e
bullet
is movement
the most
responsible
forrelatively
causing
wound
This
rotating
keep
the bullet move
in athe
straight
line after leaving the barrel
When
it touches
the skin,
its an
rotating
movement
soft part:

Principally,
a bullet
causes
entrance
wound, scratches
consistingthe
of two
tissue
causing
an abrasion
zone zone
a hole
surrounded
by abrasion
Because
the
kinetic
energy
of the
bullet
far more
powerful
thanthe
the

Because
the
form of
the wall
inside
theisbarrel
is spiral
groove,
elasticity of the skin, the bullet penetrate the skin easily and causing a
bullet hole

Bullet Hole

Abrasion Zone

A Bullet Hits the Target Perpendicularly

The shape of abrasionAbrasion


is influenced
Zone
by coming from where the bullet is
If the bullet perpendicularly hits the
target, a bullet hole surrounded by
abrasion ring is formed
When it obliquely hits the target
the shape of wound will be oval
This oval-shape wound consists of a
bullet hole and its abrasion zone
that is formed partially on one side
of the hole

Bullet Hole

Shape

Abrasion Zone

A Bullet Hits the Target Obliquely (Oval-shaped)

FAT ZONE

A Greasy Bullet Hits The Target Obliquely

Because the inside of the


barrel of a well-maintained
gun is always greased, it cause
the outside of the bullet
become greasy after passing it
This greasy bullet gives a
blackish dirty abrasion zone
called fat zone
Bullet Hole

Wound Shape

A Bullet Hits the Stomach Perpendicularly

A bullet perpendicularly hitting a


body part having low density, such
as the stomach, will cause a
round-shape bullet wound
When it hits part of the body with
Bullet Hole
higher density, the head, for
instance, part of its kinetic energy
and the hot gas will be flung back
causing irregular laceration
on the stellar-shape wound
hole creating
soft tissue surrounding the bullet

Abrasion Zone

Bullet Hole

Luka Tembak Keluar

If the bullet hits the body and the


penetrating power strong
enough, it can pass the body and
causing an exit wound on the
opposite side of the body
Exit
Beside have
no Wound
marginal
abrasion, exit
wounds are
characteristically large and
irregular, consisting of holes
and lacerations
This large and irregular wound
take place when splintered bone is

Laceration Like
No Abrasion Zone

Gunpowder Particles
Effect (Kelim Tatto)
Gun powder particles
effect
black spots surrounding
the
gunshot wound
Those gunpowder
particles had gone so
deep into the flesh that to
remove them by
rubbing the skin
surface was ineffective

Bullet Hole

Gunpowder
Particles
Abrasion Zone

Smoke Effects (Kelim


Jelaga)
Because of the imperfect
burning process, soot will
be resulted in
The soot is found only on
the surface, easily
removed by rubbing
Soot is capable of
reaching
a target at a range of
20-30 cm

Bullet Hole
Soot
Gunpowder
Particles
Abrasion Zone

Flame Effect (Kelim


Api)
Flame/hot gas will burn Bullet Hole
the skin when the bullet
hits the target
Flame can reach a target
at a range of 15 cm

Soot
Gunpowder
Particles
Abrasion Zone
Burn

GUNSHOT WOUND CLASIFICATION

A muzzle impression occurs when the


muzzle of the
gun is placed tightly against the surface of
the target Wound (Luka Tembak Tempel)
Contact
at the moment of firing.
Part of the body with high density, bone
area, for
example, will receive a clearer muzzle
impression
Hard pressure of the gun muzzle to the
target is
called hard contact, whereas soft
pressure is called
soft contact

Dirty Bullet Hole

Muzzle Rim Mark

Blackish Abrasio
Zone

Soft Contact
Hard Because soft pressure of the gun
muzzle to the target produces an
Contact
imperfect contact, there may be
some openings along the contact
Hard pressure of the
area
gun muzzle
What follows is that the flinging
to the target
back of the firing power and
brings about a
combustions products will escape
perfect contact in
sideways passing these openings,
that the skin
causing blackish and dirty abrasion
forms a seal
surrounding the wound with or
without a muzzle mark on the
around the muzzle
outside of the wound
So that the flinging back of

the
firing power and hot
gas will
violently pass
through the soft
tissue, causing
This is a soft contact range gunshot
irregular
entrance wound with grey-black
lacerations
discoloration from the burned powder
surrounding the

Ringkasan Luka Tembak

ambaran pada sasaran/luka tembak masuk (dari luar ke dalam)


Kelim tatoo: Butir mesiu yang tidak habis terbakar dan tertanam pada kulit
Kelim jelaga: Akibat jelaga yang keluar dari ujung laras
Kelim api: Hiperemi atau jaringan yang terbakar (jarak sangat dekat
Kelim lecet: Bagian yang kehilangan kulit ari akibat peluru yang menembus kulit
Kelim kesat: Zat pada anak peluru (minyak pelumas, jelaga, mesiu) yang terusap pada tepi lub
Luka Tembak Masuk (LTM)
LTM Jarak jauh: Hanya komponen anak peluru (> 60 cm)
LTM Jarak dekat: Komponen anak peluru dan mesiu (< 60 cm, > 15 cm)
LTM Jarak sangat dekat: Anak peluru, mesiu, jelaga (< 15 cm)
LTM Tempel/kontak: Seluruh komponen dan jejak laras
Luka Tembak Keluar
Pada tempat anak peluru meninggalkan tubuh korban
Umumnya lebih besar dari LTM karena deformitas anak peluru
Jika menembus tulang berbentuk corong yang membuka searah
gerak anak peluru
Dapat dijumpai daerah lecet jika pada tempat keluar terdapat
benda keras

ada kelim api, berarti korban ditembak dari jarak maksimal 15 cm (LUKA TEMBAK JA
GAT DEKAT)

ada kelim jelaga, berarti korban ditembak dari jarak maksimal 30 cm. (LUKA TEMBA
AK SANGAT DEKAT)

ada kelim tattoo, berarti korban ditembak dari jarak maksimal 60 cm (LUKA TEMBA
AK DEKAT)

hanya ada kelim lecet, cara pengutaraannya adalah sebagai berikut: berdasarkan si
nya luka tembak tersebut merupakan LUKA TEMBAK JARAK JAUH, ini mengandung

1. Memang korban ditembak dari jarak jauh, yang berarti diluar


jangkauan atau jarak tempuh butir-butir mesiu yang tidak terbakar
atau
sebagian
terbakar.
2.
Korban
ditembak
dari jarak dekat atau sangat dekat, akan tetapi
antara korban dengan moncong senjata ada penghalang; seperti
bantal dan lain sebagainya.

auma Listrik

The essential factor in causing harm is the current (i.e. an electron flow) which is meas
milliamperes (mA). This in turn is determined by the resistance of the tissues in ohms and th
voltage of the power supply in volts (V).
Usually, the entry point is a hand that touches an electrical appliance or live conduc
exit is to earth (or ground), often via the other hand or the feet. In either case, th
cross the thorax, which is the most dangerous area for a shock because of the risks of cardi
or respiratory paralysis.
Internal and External Findings
when the conductor is in firm contact

30 mA
The focal electrical lesion
is usually a
with the skin and which usually
collapses soon after infliction, forming
blister electric mark, which
occurs effect,
Hold-on
a raised rim with a concave centre
the muscles will go
10 mA
50 mA
The skin is pale, often white, and the
into spasm, which
is an areola of pallor (owing to local
Pain and muscle
cannot beFatal ventricular
vasoconstriction), sometimes
twitching of the
fibrillation is likelyaccompanied by a hyperaemic rim
voluntarily released
because the flexor
Crocodile skin
hand
to occur
muscles are
stronger than the
extensors

Kasus Kejahatan Seksual


Pengertian
Perkosaan adalah pengertian hukum bukan istilah medis, sehingga
digunakan istilah persetubuhan
Persetubuhan yang merupakan kejahatan seperti yang dimaksudkan oleh
undang-undang meliputi persetubuhan di dalam perkawinan maupun di luar
Pembuktian
perkawinan
Hakim tidak dapat menjatuhkan hukuman kepada seorang terdakwa kecuali
dengan sekurangkurangnya 2 alat bukti yang sah ia yakin bahwa tindak pidana tersebut telah
terjadi (pasal 183 KUHP)

Penentuan Jenis Delik

Perkosaan Kekerasan atau ancaman kekerasan menyetubuhi seorang wanita


di luar perkawinan, termasuk dengan sengaja membuat orang pingsan atau tidak
berdaya (pasal
89 KUHP)
Persetubuhan
di luar
perkawinan
Bila wanita berusia >15 tahun tidak dapat dihukum kecuali jika perbuatan
dilakukan dalam keadaan wanita pingsan atau tidak berdaya
Bila wanita berusia 12-15 tahun dihukum karena wanita belum waktunya untuk
dikawin, akan tetapi harus ada pengaduan dari korban atau keluarganya (delik aduan)
Bila wanita berusia <12 tahun dihukum karena wanita belum waktunya untuk
dikawin dan tidak diperlukan adanya pengaduan dari korban (delik temuan)
Perzinahan Persetubuhan antara pria dan wanita di luar perkawinan, di mana
salah satu diantaranya telah kawin dan pasal 27 BW berlaku baginya. Pasal 27 BW
adalah mengenai asas monogamy, di mana dalam waktu yang bersamaan seorang
laki-laki hanya boleh dengan satu istri, dan seorang perempun hanya noleh dengan
satu
suami. cabul Kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa seseorang untuk
Perbuatan
melakukan atau membiarkan perbuatan cabul
Pada kasus homoseksual atau lesbian dimasukkan sebagai kejahatan seksual
bila partnernya belum dewasa, dikatakan dewasa bila secara yuridis berumur di atas 21
tahun atau dibawahnya tapi sudah pernah kawin

Tanda
Persetubuhan
Tanda Penetrasi
Robekan selaput
dara pada lokasi pukul 5
sampai 7
Luka lecet, memar,
luka robek di daerah
kemaluan
Adanya penyakit
menular seksual
Tanda
Pemeriksaan
sampel
Ejakulasi
bercak
pakaian dengan
Pemeriksaan
tes
Baechi
sperma
dan komponen
cairan
Pemeriksaan
komponen
mani dengan
tes
sekret
fosfatase asam
kelenjar prostat,
yaitu
Pemeriksaan
sperma
spermin (uji Florence),

Tanda Kekerasan
Luka lecet bekas
kuku, gigitan
(bitemark), serta luka
memar pada tubuh
Pemeriksaan
toksikologi obat atau
racun yang dapat
membuat pingsan

Penentuan
Layak Dikawin
Pemeriksaan
identitas diri (KTP, SIM,
dll)
Pemeriksaan erupsi
gigi molar II dan IIIa
Erupsi molar II 12
tahun
Mineralisasi
mahkota molar III tanpa
pembentukan akar gigi
12-15 tahun
Erupsi molar III
17-21 tahun
Pernah atau
belumnya menstruasi,
bila belum pernah

Abortus
Pengguguran kandungan menurut hukum
Tindakan menghentikan kehamilan atau mematikan janin
sebelum waktu kelahiran, tanpa melihat usia kandungannya
Abortus dengan pengguguran kehamilan
Tidak dipersoalkan apakah
Indikasi ibu
spontan
tersebut lahir
bayi
hidup
atau
mati
Abortus
Terapeutik
Yang dianggap penting adalah kandungan masih hidup sewaktu
pengguguran dilakukan Abortus
Kriminalis
Provokatus
Indikasi anak

Pelaku abortus yang terkena pidana


Wanita yang sengaja menggugurkan kandungannya
atau menyuruh orang lain melakukannya (KUHP pasal
346)
Seseorang yang menggugurkan kandungan wanita lain
tanpa (KUHP 347) atau dengan seizinnya (KUHP 348)
Dokter, bidan atau juru obat yang melakukan kejahatan
di atas (KUHP 349)
Orang yang mempertunjukkan alat/cara mengugurkan
kandungan pada anak dibawah 17 tahun (KUHP 283)
Barangsiapa menganjurkan/merawat/memberi obat
kepada seseorang wanita dengan memberi harapan agar
gugur kandungannya (KUHP 299)

Infanticide
Definisi

Pembunuhan yang dilakukan oleh seorang ibu atas anaknya pada saat
dilahirkan atau tidak berapa lama setelah dilahirkan, karena takut ketahuan
bahwa ia melahirkan anak

Kitab Undang-undang Hukum Pidana

Pasal 341 Ibu dengan sengaja merampas nyawa anaknya karena takut
ketahuan diancam karena pembunuhan anak sendiri dengan pidana penjara 7
tahun
Pasal 342 Apabila didahului oleh niat atau rencana membunuh sebelumnya,
diancam karena melakukan pembunuhan anak sendiri dengan rencana dengan
pidana penjara
9 tahun
Faktor
Penting
Ibu Hanya ibu kandung sendiri yang dapat dihukum, apabila orang lain turut
membantu maka orang lain tersebut diancam sebagai tindak pembunuhan biasa
Waktu Tidak disebutkan batasan waktu, hanya dinyatakan pada saat
dilahirkan atau tidak lama kemudian belum timbul rasa kasih sayang seorang
Psikisibu
Terdorong oleh rasa ketakutan akan diketahu orang telah melahirkan anak

Lahir Mati (stillbirth)

Lahir Hidup (livebir

Kematian hasil konsepsi sebelum


Keluar atau dikeluarkannya produk
keluar atau dikeluarkan dari ibunya,
konsepsi yang lengkap, tanpa
tanpa mempersoalkan usia
kehamilan mempersoalkan usia gestasi dan
Janin tidak bernapas atau tidak
menunjukkan tanda kehidupan lain

kondisi tali pusat, dan te


menunjukkan tanda kehidupan

Lahir Mati
Tanda maserasi (aseptic
decomposition) berlangsung dari
pakah bayi tersebut dilahirkan mati
atau hidup?
luar ke dalam
Tugas Dokter

erapakah umur bayi tersebut?


pakah bayi tersebut sudah dirawat?
pakah sebab kematiannya? diafragma

Lahir Hidup
Tanda masera
decomposition)

Dada belum mengembang


Dada sudah mengem
belum turun ke sela iga 4-5
diafragma turun ke sela iga 4-5

Pemeriksaan makroskopik paru


Pemeriksaan makroskopik paru
paru belum mengisi rongga dada,
paru sudah mengisi rongga dada,
tidak teraba derik udara
teraba derik udara, seperti spons

Uji apung paru hasil negatif


Uji apung paru hasil po
(tenggelam)
(terapung)
Pemeriksaan mikroskopik paru
Pemeriksaan mikroskopik paru
berbentuk
seperti
bantal yang
adanya
tonjolan
(projections)

Kemampuan Hidup (Viabilitas)


Parameter
Viable
Cukup Bulan
Umur kehamilan
>28 minggu
>36 minggu
Panjang kepala>35 cm
>48 cm
tumit
Tanda Lain Bayi Cukup Bulan
Panjang kepala>23 cm
>30-33 cm
tungging
Lanugo sedikit,terdapat pada dahi,
Berat badan
>1000 gram
punggung,
dan bahu >2500-3000 gram
Lingkar kepala Kartilago
>32 cmtelinga telah sempurna(bila
33 cm
Tanda cacat
(-)
(+/-) semula)
dilipat,cepat
kembali ke keadaan
bawaan
Diameter tonjolan susu 7mm atau lebih
Kuku jari telah melewati ujung jari
Garis telapak
kaki telah melewati
2/3 telapak kaki
Tanda
Perawatan
Testis telah turun ke dalam skrotum
Labia minora telah tertutup oleh labia
mayor
Ada
tidaknya
perawatan:
Ada
tidaknyatanda-tanda
lumuran darah
pada badan
bayi
Ada tidaknya tanda-tanda perawatan tali
pusat
Ada tidaknya lemak bayi yang jelas
Pemberian pakaian bayi

BIOETIK MEDIKOLEGAL

Informed
Consent

Informed Consent mengandung pengertian


suatu persetujuan yang diberikan oleh pasien
atau keluarga terdekat setelah mendapat
njelasan secara lengkap mengenai tindakan
kedokteran atau kedokteran gigi yang akan
dilakukan terhadap pasien serta segala resiko.
Permenkes No. 290 tahun 2008

Elemen Informed Consent

Threshold
Element

Kompeten disini diartikan sebagai kapasitas untuk

membuat keputusan medis


Secara hukum seseorang dianggap cakap (kompeten)
apabila telah dewasa, sadar dan berada dalam keadaan
mental yang tidak di bawah pengampuan

Elemen ini terdiri dari dua bagian yaitu, disclosure

Information
Element

(pengungkapan) dan understanding (pemahaman)


Pengertian berdasarkan pemahaman yang adekuat
membawa konsekuensi kepada tenaga medis untuk
memberikan informasi (disclosure) sedemikian rupa sehingga
pasien dapat mencapai pemahaman yang adekuat
Elemen ini terdiri dari dua bagian yaitu, voluntariness
(kesukarelaan, kebebasan) dan authorization
(persetujuan)

Bentuk Persetujuan Tindakan Kedokteran

rsetujuan Tindakan Kedokteran dalam Keadaan Gaw


Darurat

nformasi Persetujuan Tindakan Kedoktera

mberi Informasi Persetujuan Tindakan Kedokter

ng yang Berhak Memberikan Persetujuan Tindakan Kedokte

Persetujuan pada Individu yang Tidak Kompeten

Bimbel UKDI MANTAP

ntuk Penyampaian Persetujuan Tindakan Kedokter

pek Medikolegal Persetujuan Tindakan Kedokter

Bioetika
Bioetika atau Biomedical Ethics
merupakan cabang dari etika normatif
merupakan etik yang berhubungan dengan
praktek kedokteran dan atau penelitian
dibidang biomedis

Kaidah Dasar bioetika

Bertolak dari Childress & Beauchamp yang


memaparkan adanya 4 kaidah dasar moral
(KDM atau moral principle/principle-based
ethics atau ethical guidelines) dalam buku
sucinya The Principles of Biomedical Ethics
(1994)
yakni beneficence, non-maleficence, justice
dan autonomy.
kemudian ditinjau melalui etika sehingga
merupakan maxim (kaidah dasar) yang
berlaku normatif ketika dokter menghadapi

4 KDM Kaidah Dasar Bioetika (KDB)

4 KDB:
1.
2.
3.
4.

Tindakan berbuat baik (beneficence)


Tidak merugikan (non-maleficence)
Keadilan (justice)
Otonomi (self determination)

Etika Klinis
(Jonsen, siegler & winslade, 2002)

1. Medical Indication
( terkait prosedur diagnostik dan terapi yang sesuai dari sisi etik
kaidah yang digunakan adalah beneficence dan nonmaleficence )
2. Patient Preferrence
(terkait nilai dan penilaian pasien tentang manfaat dan beban yang
akan diterimanya cerminan kaidah otonomi)
3. Quality of Life
(aktualisasi salah satu tujuan kedokteran :memperbaiki, menjaga
atau meningkatkan kualitas hidup insani terkait dengan
beneficence, nonmaleficence & otonomi)
4. Contextual Features
(menyangkut aspek non medis yang mempengaruhi pembuatan
keputusan, spt faktor keluarga, ekonomi, budaya kaidah terkait
justice )

YL-BLOK 1- 2010

beneficence
ketika kondisi pasien merupakan kondisi yang wajar dan
berlaku pada banyak pasien lainnya, sehingga dokter akan
melakukan yang terbaik untuk kepentingan pasien
dokter telah melakukan kalkulasi dimana kebaikan yang
akan dialami pasiennya akan lebih banyak dibandingkan
dengan kerugiannya.
prinsip prima facienya adalah sesuatu yang berubah
menjadi atau dalam keadaan yang umum

non maleficence
Dalam konteks, prinsip prima-facienya adalah ketika
pasien (berubah menjadi atau dalam keadaan)
gawat darurat dimana diperlukan suatu intervensi
medik dalam rangka penyelamatan nyawanya.
Atau konteks ketika menghadapi pasien yang rentan,
mudah dimarjinalisasikan dan berasal dari kelompok
anak-anak atau orang uzur ataupun juga kelompok
perempuan (dalam konteks isu jender).

autonomy
Dalam konteks autonomy, prima facie disini
muncul (berubah menjadi atau dalam keadaan)
pada sosok pasien yang berpendidikan, pencari
nafkah, dewasa dan berkepribadian matang.

justice
Prima facienya pada (berubah menjadi atau dalam
keadaan) konteks membahas hak orang lain selain
diri pasien itu sendiri.
Hak orang lain ini khususnya mereka yang sama
atau setara dalam mengalami gangguan
kesehatan di luar diri pasien, serta membahas
hak-hak sosial masyarakat atau komunitas sekitar
pasien.

Lampiran
Beneficence
Kriteria
1. Mengutamakan altruism (menolong tanpa pamrih, rela berkorban untuk kepentingan orang lain)
2. Menjamin nilai pokok harkat dan martabat manusia
3. Memandang pasien/keluarga sebagai sesuatu yang tak hanya menguntungkan dokter
4. Mengusahakan agar kebaikan lebih banyak dibandingkan keburukannya
5. Paternalisme bertanggungjawab/berkasih sayang
6. Menjamin kehidupan baik minimal manusia
7. Pembatasan goal based (sesuai tujuan/kebutuhan pasien)
8. Maksimalisasi pemuasan kebahagiaan/preferensi pasien
9. Minimalisasi akibat buruk
10. Kewajiban menolong pasien gawat darurat
11. Menghargai hak-hak pasien secara keseluruhan
12. Tidak menarik honorarium di luar kewajaran
13. Maksimalisasi kepuasan tertinggi secara keseluruhan
14. Mengembangkan profesi secara terus menerus
15. Memberikan obat berkhasiat namun murah
16. Menerapkan golden rule principle
YL-BLOK 1- 2010

Non-maleficence
Kriteria
1. Menolong pasien emergensi :
Dengan gambaran sbb :
- pasien dalam keadaan sangat berbahaya (darurat) / berisiko
kehilangan sesuatu yang penting (gawat)
- dokter sanggup mencegah bahaya/kehilangan tersebut
- tindakan kedokteran tadi terbukti efektif
- manfaat bagi pasien > kerugian dokter
2. Mengobati pasien yang luka
3. Tidak membunuh pasien ( euthanasia )
4. Tidak menghina/mencaci maki/ memanfaatkan pasien
5. Tidak memandang pasien hanya sebagai objek
6. Mengobati secara proporsional
7. Mencegah pasien dari bahaya
8. Menghindari misrepresentasi dari pasien
9. Tidak membahayakan pasien karena kelalaian
10. Memberikan semangat hidup
11. Melindungi pasien dari serangan
12. Tidak melakukan white collar crime dalam bidang kesehatan
YL-BLOK 1- 2010

autonomy
Kriteria
1. Menghargai hak menentukan nasib sendiri, menghargai martabat pasien
2. Tidak mengintervensi pasien dalam membuat keputusan (kondisi elektif)
3. Berterus terang
4. Menghargai privasi
5. Menjaga rahasia pasien
6. Menghargai rasionalitas pasien
7. Melaksanakan informed consent
8. Membiarkan pasien dewasa dan kompeten mengambil keputusan sendiri
9. Tidak mengintervensi atau menghalangi otonomi pasien
10. Mencegah pihak lain mengintervensi pasien dalam mengambil keputusan termasuk
keluarga pasien sendiri
11. Sabar menunggu keputusan yang akan diambil pasien pada kasus non emergensi
12. Tidak berbohong ke pasien meskipun demi kebaikan pasien
13. Menjaga hubungan (kontrak)
YL-BLOK 1- 2010

justice
Kriteria
1. Memberlakukan sesuatu secara universal
2. Mengambil porsi terakhir dari proses membagi yang telah ia lakukan
3. Memberi kesempatan yang sama terhadap pribadi dalam posisi yang sama
4. Menghargai hak sehat pasien
5. Menghargai hak hukum pasien
6. Menghargai hak orang lain
7. Menjaga kelompok yang rentan
8. Tidak melakukan penyalahgunaan
9. Bijak dalam makro alokasi
10. Memberikan kontribusi yang relative sama dengan kebutuhan pasien
11. Meminta partisipasi pasien sesuai kemampuannya
12. Kewajiban mendistribusikan keuntungan dan kerugian (biaya, beban, sanksi) secara
adil
13. Mengembalikan hak kepada pemiliknya pada saat yang tepat dan kompeten
14. Tidak member beban berat secara tidak merata tanpa alas an tepat/sah
15. Menghormati hak populasi yang sama-sama rentan penyakit/gangguan kesehatan
16. Tidak membedakan pelayanan pasien atas dasar SARA, status social, dsb

YL-BLOK 1- 2010

Kegagalan Medis/Hasil
Buruk/Adverse Event

Hasil dari suatu perjalanan penyakitnya


sendiri, tidak berhubungan dengan tindakan medis
yang dilakukan dokter.
Hasil dari suatu risiko yang tak dapat dihindari,
yaitu
Risiko yang tak dapat diketahui sebelumnya
(unforeseeable); atau
Risiko yang meskipun telah diketahui
sebelumnya (foreseeable) tetapi tidak
dapat/tidak mungkin dihindari (unavoidable) atau
karena tindakan yang dilakukan adalah satu-satunya
cara terapi.
Risiko tersebut harus diinformasikan terlebih
dahulu.

Kegagalan
medis/hasil yang
buruk dapat
disebabkan oleh
empat hal, yaitu:

Medical
Error

Suatu kekeliruan, suatu


peristiwa yang tidak diduga
atau tidak dikehendaki dalam
pemberian pelayanan medis yang
dapat
mengakibatkan (kejadian yang
tidak
diinginkan/adverse event) atau
tidak sampai mengakibatkan
luka (near miss) pada pasien

Medical
Error
Near Miss

Adverse
Event

Preventable Adverse Event

Klasifikasi Medical Error

Malfeasance

Tindakan yang melanggar hukum atau


tidak tepat/layak (unlawful atau
improper), misalnya melakukan tindakan
medis tanpa indikasi yang memadai.

Berdasarkan pada Tindakan yang Dilakukan

Melakukan pilihan tindakan medis yang


tepat tetapi dilaksanakan dengan tidak
tepat (improper
performance), yaitu misalnya
melakukan tindakan
medis dengan menyalahi prosedur.

Berdasarkan pada Pihak yang Berkontribusi

Latent Error

Active Error

Kesalahan yang terjadi di luar


Kesalahan terjadi pada
kendali operator garis depan,
tingkat/lingkup operator garis
tidak
tepat,
pemeliharaan
buruk, depan
seperti
desain
buruk, instalasi
kesalahan keputusan manajemen,
struktur organisasi yang buruk

Malpraktik dalam Hukum Indonesia


Kata malpraktik tidak ditemukan dalam
peraturan perundang-undangan di Indonesia,
baik hukum-hukum general maupun hukumhukum yang bersifat lex specialis seperti
Undang Undang Praktik Kedokteran maupun
Undang Undang Kesehatan.
Malpraktik tidak ada dalam terminologi
hukum Indonesia melainkan menggunakan
istilah kelalaian

Klasifikasi Malpraktik

alahan dari sudut pandang etika disebut ethical malpractice dan d


ut pandang hukum disebut yuridical malpractice

Ethical
Juridical
Malpractice Malpractice

Klasifikasi Juridical Malpractice

1. Criminal Malpractice (Malpraktik Pidana)


Perbuatan seseorang dapat dimasukkan dalam kategori criminal malpractice
manakala perbuatan tersebut memenuhi rumusan delik pidana yakni:
Perbuatan tersebut (positive act maupun negative act) merupakan
perbuatan tercela.
Dilakukan dengan sikap batin yang salah (mens rea) yang berupa
kesengajaan (intentional kecerobohan (recklessness) atau kealpaan
(negligence).

vil Malpractice (Malpraktik Perdata)

eorang tenaga kesehatan akan disebut melakukan civil malpractice apabila tidak melaksanakan kewajiban atau tida
memberikan prestasinya sebagaimana yang telah disepakati (ingkar janji). Tindakan tenaga kesehatan yang d
dikategorikan civil malpractice antara lain:
a. Tidak melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan.
b. Melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan tetapi terlambat melakukannya
c. Melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan tetapi tidak sempurna.
d. Melakukan apa yang menurut kesepakatannya tidak seharusnya dilakukan.
ertanggung jawaban civil malpractice dapat bersifat individual atau korporasi dan dapat pula dialihkan pihak lain
berdasarkan principle of vicarius liability. Dengan prinsip ini maka rumah sakit/sarana kesehatan dapat bertanggung gu
atas kesalahan yang dilakukan karyawannya (tenaga kesehatan) selama tenaga kesehatan tersebut dalam rangka
melaksanakan tugas kewajibannya.

Kelalaian
atau
kesengajaan
yang
menyebabkan
kerugian

Pengaduan perdata
dapat diajukan pasien
ke pengadilan
berdasarkan kerugian
yang dialaminya dengan
dasar wanprestas
(pasal 1239 KUH
Perdata) atau
perbuatan melawan
hukum (pasal 1365,
1366,dan 1367 KUH
Perdata)

3. Administrative malpractice
Dokter dikatakan telah melakukan administrative
malpractice manakala tenaga perawatan tersebut telah
melanggar hukum administrasi. Perlu diketahui bahwa
dalam melakukan police power, pemerintah mempunyai
kewenangan menerbitkan berbagai ketentuan di bidang
kesehatan, misalnya tentang persyaratan bagi tenaga
perawatan untuk menjalankan profesinya (Surat Ijin Kerja,
Surat Ijin Praktek), batas kewenangan serta kewajiban
tenaga perawatan. Apabila aturan tersebut dilanggar
maka tenaga kesehatan yang bersangkutan dapat
dipersalahkan melanggar hukum administrasi

Pembuktian Gugatan Malpraktik Pidana

ara Langsung Memakai tolok ukur adanya 4D yakni:


Duty (Kewajiban)

Dalam hubungan perjanjian tenaga dokter dengan pasien, dokter haruslah bertindak berdasa
Adanya indikasi medis
Bertindak secara hati-hati dan teliti
Bekerja sesuai standar profesi
Sudah ada informed consent

Dereliction
of Duty (Penyimpangan dari Kewajiban)
Jika seorang dokter melakukan tindakan menyimpang dari apa yang seharusnya atau
tidak melakukan apa yang seharusnya dilakukan menurut standard profesinya, maka
dokter dapat dipersalahkan

Direct Cause (Penyebab Langsung)


Damage (Kerugian)

Dokter untuk dapat dipersalahkan haruslah ada hubungan kausal (langsung)


antara penyebab (causal) dan kerugian (damage) yang diderita oleh karenanya
dan tidak ada peristiwa atau tindakan selain diantaranya, dan hal ini haruslah
dibuktikan dengan jelas. Hasil (outcome) negatif tidak dapat sebagai dasar
menyalahkan dokter. Sebagai adagium dalam ilmu pengetahuan hukum, maka
pembuktiannya adanya kesalahan dibebankan/harus diberikan oleh si penggugat

Cara Tidak Langsung


Cara tidak langsung merupakan cara pembuktian
yang mudah bagi pasien, yakni dengan mengajukan
fakta-fakta yang diderita olehnya sebagai hasil
layanan perawatan (doktrin res ipsa loquitur).
Doktrin res ipsa loquitur dapat diterapkan apabila faktafakta yang ada memenuhi kriteria:
Fakta tidak mungkin ada/terjadi apabila dokter
tidak lalai
Fakta itu terjadi memang berada dalam tanggung
jawab dokter
Fakta itu terjadi tanpa ada kontribusi dari pasien
dengan
perkataan lain tidak ada contributory

Norma dalam Praktik Kedokteran

Etika
Hukum
Disiplin
Aturan
Aturan Hukum
Aturan
Penerapan
Penerapan
Kedokteran
Keilmuan
Etika
Kedokteran
Kedokteran
(KODEKI)

Praktik Kedokteran
Praktik
kedokteran
dokter
wajib
berpedoman
pada 3

Rangkaian kegiatan yang dilakukan


oleh dokter dan dokter gigi
terhadap pasien dalam
melaksanakan upaya kesehatannilai, yaitu:

Ijazah

Surat Tanda
Surat Izin
Sertifikat
Registrasi
Praktik (SIP)
Kompetensi
(STR)

Disiplin
Etika
Hukum

Pelanggaran dan Penanganan Norma Praktik Kedokteran

ETIK vs HUKUM
Hukum mengatur perilaku manusia dalam
kaitannya dengan ketertiban hubungan antar
manusia, dengan aturan yang tertentu dan baku.
Etik mengatur manusia dalam membuat
keputusan dan dalam berperilaku (profesi),
dengan menggunakan dialog antar beberapa
kaidah moral, dengan hasil yang tidak selalu
seragam.

Contoh cara berpikir Hukum:


Dalam meminta persetujuan tindakan medik,
yang penting adalah formulir persetujuan telah
ditandatangani oleh pasien atau yang
mewakilinya

Contoh cara berpikir etik


Dalam meminta persetujuan tindakan medik,
yang penting adalah keputusan pasien dibuat
setelah memahami semua informasi yang
diperlukan dalam membuat keputusan tersebut.

ETIKA DOK
1. NORMA MORAL
- MASALAH MORAL

2. PELANGGARAN:
DILEMA NORMA
INTERNAL
(BAIK - BURUK)
3. DAMPAK
- KUALITAS MORAL
- KEHORMATAN
PROFESI
4. LINGKUP
- PERILAKU ETIK

DISIPLIN DOK
1. NORMA DISIPLIN
~ STD PROFESI
(KOMPETENSI,
YAN, PRLKU)
2. PELANGGARAN
LANGGAR STANDAR
PROFESI
(BENAR - SALAH)
3. KUALITAS PROFESI
(LAYANAN, PERILAKU)
- KEHORMATAN PROFESI
4. KOMPETENSI
YANMEDIK
PERILAKU PROF

HUKUM DOK
1. NORMA HUKUM

2. PELANGGARAN
NORMA HUKUM
(BENAR SALAH)
3. PENYELESAIAN
KONFLIK/
KEDAMAIAN
4. PERATURAN HK TTG YAN
KEDOKTERAN

ETIKA DOK

DISIPLIN DOK

HUKUM DOK

5. BENTUK: KODE
ETIK PROFESI
6. DISUSUN: ORG.
PROFESI
7. SANKSI
- MORAL/HT NURANI
- NASEHAT/
TEGURAN
- PENGUCILAN

5. ATURAN DISIPLIN
KEDOKTERAN
6. KOMPILASI OLEH KKI

8. YANG MEMERIKSA
- MKEK
- MKEKG
- ANGG PROFESI

8. MKDKI:
- DOKTER
- DOKTER GIGI
- SARJANA HUKUM

5. UU, PP, PERMEN,


KEPPRES DLL
6. NEGARA (DPR +
PEMERINTAH)
7. SANKSI
- PID: DENDA/
PENJARA
- PDT:
GANTI RUGI
- ADMINISTRASI:
PENCABUTAN
8.PENGADILAN:
-NEGERI
-TUN
ANGGOTA: HAKIM

7. SANKSI
~ TEGURAN RE-EDUKASI
~ CABUT STR /SIP

Norma Etika Kedokteran

Diatur
dalam

Kewajiban
Dokter
Kewajiban
terhadap Diri
Umum Kode Etik
Sendiri
Kedokter
an
Indonesia

(KODEKI)

Kewajiban
Dokter
terhadap
Pasien

Kewajiban Umum

Kewajiban Dokter terhadap Pasien

Kewajiban Dokter terhadap Teman Sejawat

Kewajiban Dokter terhadap Diri Sendiri

Alur Penanganan Pelanggaran Norma Etika Kedokteran

Pelanggaran
Persidangan
Etik Dokter
MKEK

Putusan
MKEK

Eksekusi
MKEK

Dalam hal seorang dokter diduga melakukan pelanggaran


etika kedokteran (tanpa melanggar norma hukum), maka
ia akan dipanggil dan disidang oleh Majelis Kehormatan
Etik Kedokteran (MKEK) IDI untuk dimintai pertanggungjawaban (etik dan disiplin profesi)nya.

Pelanggaran
Persidangan
Etik Dokter
MKEK

Putusan
MKEK

Eksekusi
MKEK

Persidangan MKEK bersifat inkuisitorial khas


profesi, yaitu Majelis (ketua dan anggota) bersikap
aktif melakukan pemeriksaan, tanpa adanya badan
atau perorangan sebagai penuntut
Tidak menggunakan sistem pembuktian
sebagaimana lazimnya di dalam hukum acara
pidana ataupun perdata, namun demikian tetap
berupaya melakukan pembuktian mendekati
ketentuan-ketentuan pembuktian yang lazim

Pelanggaran
Persidangan
Etik Dokter
MKEK

Putusan
MKEK

Eksekusi
MKEK

Putusan MKEK tidak ditujukan untuk


kepentingan peradilan tidak dapat dipergunakan
sebagai bukti di pengadilan, kecuali atas perintah
pengadilan dalam bentuk permintaan keterangan ahli.
Salah seorang anggota MKEK dapat memberikan
kesaksian ahli di pemeriksaan penyidik, kejaksaan
ataupun di persidangan, menjelaskan tentang
jalannya persidangan dan putusan MKEK. Sekali lagi,
hakim pengadilan tidak terikat untuk sepaham

Pelanggaran
Persidangan
Etik Dokter
MKEK

Putusan
MKEK

Eksekusi
MKEK

Eksekusi Putusan MKEK Wilayah


dilaksanakan oleh Pengurus IDI Wilayah
dan/atau
Pengurus
Cabang
Perhimpunan
Profesi
yang
bersangkutan.
Khusus
untuk
SIP,
eksekusinya
diserahkan kepada Dinas Kesehatan
setempat. Apabila eksekusi telah dijalankan

Norma Disiplin Profesi Kedokteran


Melanggar aturan
yang
telah
ditetapkan
oleh
KKI
(Bab
3
Keputusan Konsil
Kedokteran
Indonesia Nomor
17/KKI/Per/VIII/200
6)

1. Melakukan praktik kedokteran dengan tidak kompeten

2. Tidak merujuk pasien kepada dokter atau dokter gigi lain yang memiliki
kompetensi sesuai

3. Mendelegasikan pekerjaan kepada tenaga kesehatan tertentu yang


tidak memiliki kompetensi untuk melaksanakan pekerjaan tersebut.
4. Menyediakan dokter atau dokter gigi pengganti sementara yang
tidak memiliki kompetensi dan kewenangan yang sesuai, atau tidak
melakukan pemberitahuan perihal penggantian tersebut.
5. Menjalankan praktik kedokteran dalam kondisi tingkat kesehatan fisik
ataupun mental sedemikian rupa sehingga tidak kompeten dan dapat
membahayakan pasien
6. Dalam penatalaksanaan pasien, melakukan yang seharusnya tidak
dilakukan atau tidak melakukan yang seharusnya dilakukan, sesuai
dengan tanggung jawab profesionalnya, tanpa alasan pembenar atau pemaaf

10. Dengan sengaja, tidak membuat atau menyimpan rekam medik,


sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan atau etika
profesi.
11.
Melakukan perbuatan yang bertujuan untuk menghentikan
kehamilan yang tidak sesuai dengan ketentuan, sebagaimana diatur
dalam
peraturanperbuatan
perundang-undangan
danmengakhiri
etika profesi.kehidupan pasien
12. Melakukan
yang dapat
atas permintaan sendiri dan atau keluarganya
13. Menjalankan praktik kedokteran dengan menerapkan
pengetahuan atau keterampilan atau teknologi yang belum
diterima
atau penelitian
di luar tata cara
praktik
kedokteran
yang layak.
14.
Melakukan
dalam
praktik
kedokteran
dengan menggunakan
manusia sebagai subjek penelitian, tanpa memperoleh persetujuan etik
(ethical
clearance)
dari pertolongan
lembaga yg diakui
pemerintah.
15. Tidak
melakukan
darurat
atas dasar perikemanusiaan,
padahal tidak membahayakan dirinya, kecuali bila ia yakin ada orang lain yang
bertugas
dan mampu
melakukannyatindakan pengobatan terhadap
16. Menolak
atau menghentikan
pasien tanpa alasan yang layak dan sah sebagaimana diatur dalam
peraturan
perundang-undangan
atau etika
profesi. diatur dalam peraturan
17. Membuka
rahasia kedokteran,
sebagaimana
perundang-undangan atau etika profesi
18. Membuat keterangan medik yang tidak didasarkan kepada hasil
pemeriksaan yang diketahuinya secara benar dan patut

19. Turut serta dalam perbuatan yang termasuk tindakan penyiksaan


(torture) atau eksekusi hukuman mati.
20. Meresepkan atau memberikan obat golongan narkotika, psikotropika
dan zat adiktif lainnya (NAPZA) yang tidak sesuai dengan peraturan
perundang-undangan
21. Melakukan pelecehan
dan etika
seksual,
profesi. tindakan intimidasi atau tindakan
kekerasan terhadap pasien, di tempat praktik.
22. Menggunakan gelar akademik atau sebutan profesi yang bukan haknya
23. Menerima imbalan sebagai hasil dari merujuk atau meminta
pemeriksaan atau memberikan resep obat/alat kesehatan
24. Mengiklankan kemampuan/pelayanan atau kelebihan kemampuan/
pelayanan yang dimiliki, baik lisan ataupun tulisan, yang tidak benar atau
menyesatkan
25. Ketergantungan pada narkotika, psikotropika, alkohol serta
zat adiktif lainnya
26. Berpraktik dengan menggunakan Surat Tanda Registrasi (STR)
atau Surat Ijin Praktik (SIP) dan/atau sertifikat kompetensi yang
tidak sah
27. Ketidakjujuran
dalam menentukan jasa medik
28. Tidak memberikan informasi, dokumen dan alat bukti lainnya yang
diperlukan MKDKI untuk pemeriksaan atas pengaduan dugaan
pelanggaran disiplin

Tugas MKDKI

Pengaduan

Pemeriksaan

Keputusan

Pengaduan

Pemeriksaan

Keputusan

Pengaduan

Pemeriksaan

Keputusan

Pengaduan

Pemeriksaan

Keputusan

Konsil Kedokteran Indonesia

Nama dan Kedudukan

Tugas KKI

Wewenang KKI

Divisi KKI

REGISTRASI DOKTER DAN DOKTER GIGI

Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia No. 1 Tahun 2005

Jenis Surat Tanda Registrasi

Asas, Dasar, Kaidah, & Tujuan Praktik Kedokteran

raktik kedokteran Indonesia harus berdasarkan pada


Nilai ilmiah berdasarkan pada ilmu dan teknologi
Asas manfaat harus memberikan manfaat bagi manusia
Asas keadilan pelayanan adil dan merata tapi ttp bermutu
Asas kemanusiaan tidak membedakan suku, bangsa, agama, ras,
gender, status sosial, ekonomi, dan pandangan politik.
Asas keseimbangan tetap menjaga keserasian dg kepentingan
individu dan masyarakat
Asas perlindungan dan keselamatan mampu memberikan
peningkatan derajat kesehatan dengan tetap memperhatikan
perlindungan dan keselamatan pasien.

Euthanasia

Definisi
Secara harafiah Mati secara baik
dan mudah
Secara medis Membantu pasien
untuk mati cepat, untuk
membebaskan dari penderitaan
akibat penyakitnya

Aspek Hukum Euthanasia di Indonesia


Lex Generalis/umum

Undang-undang no. 8 tahun 1981 tentang KUHAP (Pasal 120, 133, 180)
Undang-undang tentang KUH Pidana (KUHP) (Pasal 338, 340, 344, 345,
359)
Undang-undang tentang KUH Perdata

Lex Spesialis/khusus
Undang-undang no 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
Undang-undang no 36 tahun 2009 tentang Kesehatan

Klasifikasi Euthanasia
Berdasarkan Tindakan yang Dilakukan

Euthanasia Pasif
Mempercepat kematian dengan cara menolak memberikan atau mengambil
tindakan pertolongan, dan menghentikan pertolongan yang sedang
Contoh: Tidak memberikan antibiotic pada pasien dengan pneumonia berat
berlangsung
Euthanasia Aktif
Secara aktif memberikan tindakan yang baik secara langsung atau tidak
langsung apat mengakibatkan kematian
Contoh: Memberikan tablet sianida pada pasien, menyuntikkan zat-zat yang
dapat mematikan
tubuh Penderita
Berdasarkan
Kesukarelaan
Euthanasia Voluntary
Mempercepat kematian atas permintaan pasien
Euthanasia Involuntary
Mempercepat kematian tanpa persetujuan/permintaan pasien, bahkan
bertentangan dengan pasien
Euthanasia Nonvoluntary
Mempercepat kematian sesuai dengan keinginan yang disampaikan lewat
pihak kedua (keluarga) atas keputusan pemerintah

Physician-assisted suicide

Suicide committed with the aid of physician at the request and with
the consent of the patient, since he or she self-administers the
means of death

The Rule of Double Effect

A set of criteria which states that an action having foreseen


harmful effect practically inseparable from the good effect

Example for Rule of Double Effect

Aturan hukum di Indonesia


melarang melakukan tindakan
euthanasia, kecuali auto
euthanasia (pasif dgn permintaan)

You might also like