You are on page 1of 21

PENATALAKSANAAN TINEA KRURIS DAN

KORPORIS PADA ANAK USIA 14 TAHUN


DALAM KELUARGA INTI DENGAN FAKTOR
RISIKO PROFESI ATLET SILAT DENGAN
PENDEKATAN KEDOKTERAN KELUARGA
O L E H : S A R I N O V I TA P R AT I W I , S . K E D

ILUSTRASI KASUS
Anamnesa :
An.A, 14 tahun diantar oleh ibunya, KU : gatal pada
selangkangan sejak 1 bln yll, RPS : gatal memberat dgn
keringat, untuk menghilangkannya pasien menggaruk bagian
yang gatal, awalnya seperti bentuk biang keringat namun
sekarang sudah meluas, gatal juga dirasakan di leher sebelah
kiri, keluhan sudah diobati dgn bedak salycil dan salep cina
namun tak kunjung sembuh. Kebiasaan pasien menggunakan
celana berlapis saat sekolah dan latihan silat, dan jarang
mengganti celana dalam tiap habis mandi, tdk ada keluhan
yang sama di keluarga.
Px Fisik

KU : TSR, Kes : CM
TD : 110/70 mmHg,
N 96 x/mnt, RR 22
x/mnt, S afebris,
BMI normoweight

Effloresensi :
Regio Colli Sinistra
Regio Inguinal

Penatalaksanaan
CTM 3x4 mg, 5 hari
Salep
Ketokonazole tiap
pagi dan sore, 2-4
minggu

FAMILY MAPPING
Tn. H, 48
tahun

An. A, 14
tahun

Ny.W,
45
tahun

An. A,
2,5
tahun

GENOGRAM

Keluarga Inti

SIKLUS KEHIDUPAN

5 Anak usia remaja (anak umur 13 tahun 20 tahun)

IDENTIFIKASI MASALAH KELUARGA


Fungsi
Fungsi
Sosial
Biologis
Fungsi
Lingkung
an
Fungsi
Fungsi
Ekonomi
Psikolog
is

Pasien terkena tinea kruris dan korporis


sejak 1 bulan yang lalu. Sebelumnya
keluarga yang kurang memotivasi
pasien tidak pernah mengalami penyakit
untuk
melakukan
perilaku
ini pasien
dan tidak
ada anggota
keluarga
yang
hidup
bersih
sehat
kebersihan
lingkungan
kurang,
mengalami
penyakit
sepertirumah
ini. Pasien
serta bersama
keadaan kedua
rumah orang
sempit,
ukuran
tinggal
tua
dan 2,5
x 4 adiknya
meter persegi,
ventilasi
hanya 1 dan
yang masih
balita
berada diruang tamu, terletak di gang
sempit, hanya ada 1 kamar tidur tanpa
Pasien
adalah
anak
pertama
dari
dua
ventilasi,
sinar
matahari
tidak
dapat
Pasien
hidup
dalam
keluarga
yang
bersaudara,
di
usia
yang
masih
sangat
masuk
ke dalamkebawah,
rumah, ayah
berpenghasilan
menengah
muda
pasien
sudah
penghasilan
pasien
adalah
PNSmemiliki
di UI dan
Ibu pasien
dari
profesi
silatnya,
karena
itu
pasien
tidak bekerja. Pasien mendapatkan
uang
terkadang
tetap
latihan
silat walaupun
tambahan
untuk
keperluannya
dari
diluar jadwal
latihan
normalnya,
bayaran
pelatih
silat hal ini
lah yang menjadi faktor risiko timbulnya
penyakit tinea kruris dan korporis pada
pasien, karena banyaknya produksi
keringat tiap latihan.

DIAGNOSIS HOLISTIK
Pasien mempunyai

Pasien merasa gatal di


kebiasaan
bagian selangkangannya,
menggunakan celana
khawatir gatalnya ini
yang berlapis-lapis
tidak hilang
dan takut
Derajat
1. Masih dapat
saat sekolah dan
teman-temannya akan
menjauhi nya
jika tahu
bekerja
dengan baik
latihan silat dan tidak
dia terkena penyakit
mengganti celana
dan
kulit, harapan pasien
dalam sehabis mandi
adalah dapat
sembuh
dapat
merawat diri
dan gatal-gatalnya
Pasien belum mengerti
hilang.
tanpa bantuan orang
Tinea Kruris dan

Aspek
Personal
Aspek

Aspek
Individual

Fungsional

tentang kebersihan
perseorangan,
lain. serta
tidak tersedianya

celana dalam ganti


membuat pasien tidak
bisa mengganti celana
dalamnya tiap habis
mandi

Aspek
Psikososial

Korporis at
Aspek
Regio
Colli
Sinistra,
status
Klinis
gizi
Normoweight

ALUR PENATALAKSANAAN PASIEN

No
.
No
.3.
1.

No
.
5.

2.
4.

Kopi
COPPING
Kopi
ng
Masalah
ng
Upaya Penyelesaian dari Keluarga
Awa
SCORE
Akhir
Upaya Penyelesaian dari
l Koping Koping
Masalah

Awal

Akhir

Keluarga

Pasien
2
5
Awal: keluarga tidak mengetahui tentang
Pasien
2
4
Awal
: edukasi
penyakit
tidak dan
kebiasaan
buruk
pasienmengenai
ini dan pasien
keluarga
tinea
kruris
dan
korporis,
menggan
melakukannya
karena
jumlah
celana
Koping Koping
Upaya
Penyelesaian
dari
Masalah
yang
tidak
penyebab,
penanganan,
penularan
ti
celana
dalamnya
yang
terbatas,
sedangkan
dalam
Awal
Akhir
Keluarga
tahu
dan pencegahan
dalamny
sehari pasien
bisa mandi 2-3x
Penggunaa
2
5
Awal
pasien
mencuci
pakaian
tentang
Akhir:: ibu
pasien
danuntuk
keluarga
a
tiap
Akhir : Keluarga
bersedia
n
handuk
dan
handuk
pasien dengan
mesin
penyakit
mengerti
mengenai
penyakitnya
habis
memperhatikan
dan
melakukan
bergantian
cuci kebiasaan
dan digabung
dengan
tinea kruris
mandi
pengawasan
buruk
pasien ini
antara
pakaian-pakaian
keluarga
dan
dikarena
dan ibu pasien
mau untukanggota
membelikan
pasien
dan
lain. lagi
Pakaian
jugadalam
dijemur
hanya
korporis
kan
lebih banyak
pakaian
untuk
keluarga
di dalam rumah, tidak diluar
jumlahny
pasien
Pasien
2
5
Awal : pasien masih menggunakan
rumah karena tidak ada tempat.
a
yang
mengguna
celana berlapis-lapis saat sekolah
Akhir : ibu pasien memisahkan
terbatas
kan celana
dan latihan silat karena sudah
handuk yg dipakai pasien dan
yang
nyaman
dengan
pakaian
yang
Pelaku
2
4
Awal : pasien
banyak
menghabiskan
tidak lebih
digunakan
oleh
anggota
berlapisseperti
itu untuk sekolah dan
rawat
waktu diluar
rumah
keluarga
yang lain
lapis ketika
yang
latihan silat, sehingga ibu pasien sebagai
sekolah
Akhirtidak
: pasien
mau mengikuti
tidak
pelaku rawat
menyadari
kebiasaan
dan latihan
saran selain
Pembina
memperh
buruk pasien,
itu untuk
pelakutidak
rawat juga
silat
menggunakan
celana
berlapisatikan
tidak tahu
bahwa kebiasaan
buruk
itu
lapis saat sekolah
dan
kebiasaa
dapat menimbulkan
penyakit
berolahraga/latihan
silatterus
n dan
Akhir : ibu
pasien berjanji untuk
kebersih
memperhatikan pasien dan memenuhi

HASIL PEMBINAAN
Pasien mengikuti anjuran pembina untuk tidak
menggunakan celana yang berlapis-lapis (pendekpanjang) saat sekolah dan latihan silat.
Pasien mulai menerapkan kebiasaan baik dengan
langsung mandi setelah latihan silat dan mengganti
celana dalamnya dengan yang bersih setiap habis
mandi
Seluruh anggota keluarga terutama pelaku rawat
(ibu pasien) mulai memperhatikan dan memenuhi
kebutuhan sandang pasien (membeli celana dalam
baru) agar pasien dapat mengganti celana dalam
tiap habis mandi.
Ibu pasien sudah membuat jemuran diluar rumah
sehingga pakaian yang sudah dicuci bisa dijemur
diluar dan terkena sinar matahari langsung. Serta
pemakaian handuk bekas pakai sudah terpisah
dengan anggota keluarga lain.

PEMBAHASAN

TINEA
Tinea : suatu infeksi jamur
pada kulit yang disebabkan
oleh spesies dermatofita
(Epidermophyton floccosum,
Trichophyton rubrum,
Trichophyton
mentagrophytes, dan
Trichophyton verrucosum)
mencerna keratin kulit oleh
karena bersifat keratinofilik
sehingga infeksi dapat
menyerang lapisan-lapisan
kulit mulai dari stratum
korneum sampai dengan
stratum basalis

Kruris : daerah
pubis, sela paha,
bokong, dan
kadang sampai
perut bagian
bawah
Korporis : kulit
halus (glabrous
skin) seperti di
daerah muka, leher,
badan, lengan, dan
gluteal
tersebar diseluruh dunia
terutama di daerah
tropis, angka kejadian
lebih sering pada
dewasa daripada anakanak, terutama laki-laki
dibandingkan
perempuan

Rippon JW. Medical mycology the pathogenic fungi and the pathogenic actinomycetes. 3rd ed. Philadelphia: W.B. Saunders
Co; 1988: 207-10.

Faktor-faktor yang
TINEA
berpengaruh

Penularan
langsung secara fomitis, epitel, rambut yang
Faktor
virulensi
daribaik
dermatofita
: afinitas
jamur
mengandung
jamur
dari manusia,
binatang
atau tanah
tidak
langsung
yang
dapatutuh
melalui
tanaman,
kayu
yang
Faktor
trauma
: Kulit
tanpa
lesi-lesi
kecil
dihinggapi jamur, pakaian berdebu, kontaminasi dengan
lebih
susahhanduk
untuk atau
terserang
jamur.
pakaian,
seprei penderita
atau autoinokulasi
Faktor suhu dan kelembapan : jamur senang tumbuh
ditempat-tempat yang banyak keringat
Mencern
Menghasilka

Keadaan
sosial
serta
kurangnya
kebersihan
: lebih
Jamur
a
keratin
n keratinase
Invasi ke
Trycophyton
mentagrophytes
Trycophyton
veruccosum
sering pada golongan ekonomi rendah
st.korneu
Reaksi
peradanga
n (lesi kulit
dgn batas
jelas dan
meninggi)

Difusi ke
jaringan
epidermi
s
Microsporum gypseum

m
Hifa
enzim
keratoliti
k

Kolonisasi
hifa
(pertumbuh
an pola
radial)dalam
jaringan
keratin yang
Tricophyton rubrum
mati

Penatalaksanaa
Manifestasi
n
Klinis

Anamnesa : keluhan rasa gatal dan kemerahan, gatal

Non medikamentosa :
semakin meningkat
jika berkeringat, riwayat memakai
Medikamentosa
menjaga
daerah: yang terinfeksi jamur agar tetap kering,
Pengobatan
jamur
untuk
Tinea dapat
ketat,
bertukar
pakaian
dgn digolongkan
orang
tidakpakaian
lembabanti
Anamnesis,
PF,lain, aktif
empat
golongan
yaitu:
golongan
golongan
dalam
usahakan
untuk
mengganti
pakaian
bilaazol,
pakaian
lembab
berolahraga,
menderitan
DM
KOH
10-20%,
alonamin,
dan basah,benzilamin dan golongan lainnya seperti
medium
Saboraud,
Effloresensi
: Makula
eritematosa,
berbatas
dengan
tolnaftan,
siklopiros,
anjurkan
untuk
tidakhaloprogin
menggaruk
karena
dapat tegas
mudah
Ketokonazole
topikal:
broadspektrum,
menghambat
sintesis
punch
tepi lebih
aktif
terdiri
dari
papula biopsi,
atau
pustula. Jika
kronis
terjadi
infeksi
sekunder,
sehingga
komponen
sel jamur
meningkat
ergosterol
lampu
wood
anjurkan
untuk
menggunakan
bahan
pakaian
yang
mudah
atau menahun
maka efloresensi
yang
tampak
hanya
makula
menyebabkan
sel
jamur
mati,
dilakukan
selama
2-4
minggu
menyerap keringat dan tidak ketat
hiperpigmentasi
dengan skuama
diatasnya
dan disertai
Antihistamin
: menghilangkan
keluhan
gatal

Diagnos
is

likenifikasi

DD

Kandidosis
Intertriginosa
Psoriasis
Intertriginosa

Pelayanan
dokter keluarga

Tata laksana non

upaya penyelenggaraan
kesehatan
medikamentosa
:anjuran
medikamentosa
anti suhu
faktor
risiko

faktor
perorangan
di
tingkat
primer
untuk
untuk
menjaga
yang
jamur
topikaldaerah
saja dari
memenuhi ketersediaan,
ketercapaian,
dan
kelembapan
serta
terinfeksi
agar dan
tetap
golonganjamur
imidazole
keterjangkauan,
kesinambungan
dan
mutu
kering,
tidak
lembab
dan
kurangnya
kebersihan

allynamin.
keberhasilan
usahakan
untuk
mengganti
pelayanan kesehatan
masyarakat
terapibagi
70-100%
dan

tampak
pada
lokalisasi
yang
pakaian
bila
pakaian
lembab
jarang ditemukan efek
banyak
keringat
seperti
dan basah.
Apabila
merasa
samping.
Obat ini
gatal
hebat,
maka
anjurkan
pada
lipat
paha,
sela-sela
digunakan
pagi
dan
sore
untuk
tidak
menggaruk
Diharapkan mampu
mengatasi
permasalahan
selama
2-4
minggu
jari
karena dapat mudah terjadi
kesehatan yang sekarang belum
infeksi sekunder
terselesaikan karena belum jelasnya bentuk
subsistem pelayanan kesehatan dan terkait
dengan sub sistem pembiayaan kesehatan

Boel T. 2003. Mikosis Superfisial. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
Siregar RS. 2004. Saripati Penyakit Kulit. Edisi 2. EGC ; Jakarta. Hal: 29-30.
Asmah Nur. 2008. Implementasi pelayanan kesehatan model dokter keluarga di Kota Bontang.

Faktor risiko pasien pasien


kurang menjaga kebersihan
dirinya karena selalu
menggunakan celana yang
berlapis-lapis saat sekolah dan
latihan silat serta jarang
mengganti celana dalamnya
dengan celana dalam yang
bersih setiap habis mandi
Pasien jarang
mengganti celana
dalamnya karena
memang jumlahnya
yang terbatas dan
orang tua pasien
terutama pelaku
rawat (ibu pasien)
tidak menyadarinya

Kedua faktor risiko


dapat dimodifikasi
dengan cara
mengubah
kebiasaan pasien
dan memberi
edukasi kepada
orang tua pasien
terutama pelaku
rawat.

Pasien mengikuti anjuran pembina untuk tidak


menggunakan celana yang berlapis-lapis (pendekpanjang) saat sekolah dan latihan silat.
Pasien mulai menerapkan kebiasaan baik dengan
langsung mandi setelah latihan silat dan mengganti
celana dalamnya dengan yang bersih setiap habis mandi

KESIMPULA
pasien) mulai memperhatikan dan memenuhi kebutuhan
N

Seluruh anggota keluarga terutama pelaku rawat (ibu


sandang pasien (membeli celana dalam baru) agar

pasien dapat mengganti celana dalam tiap habis mandi.


Ibu pasien sudah membuat jemuran diluar rumah
sehingga pakaian yang sudah dicuci bisa dijemur diluar
dan terkena sinar matahari langsung. Serta pemakaian
handuk bekas pakai sudah terpisah dengan anggota
keluarga lain.

Untuk pasien :
Menjaga kebersihan diri, tidak lagi menggunakan celana
yang berlapis-lapis saat sekolah dan latihan silat,
mengganti celana dalam dengan yang bersih tiap habis
mandi, meneruskan penggunaan salep sampai 2 minggu

SARAN

setelah sembuh, lalu dilanjutkan penggunaan salep


Hidrcortisone untuk menghilangkan bekasnya.
Untuk keluarga pasien :
Memperhatikan kebersihan perorangan dan keluarga serta
lingkungan rumahnya, terutama pada pelaku rawat (ibu
pasien) untuk tetap mengingatkan pasien menggunakan
salep dan memisahkan penggunaan handuk bekas pakai.

Hasil Pengobatan Setelah 2 minggu

Regio Inguinal

Regio Colli
Sinistra

Regio Colli Sinistra : plak


eritematosa dengan bagian
tepi terdapat papul-papul dan
vesikel-vesikel dengan dasar
eritematosa, polisiklik

Regio Inguinal : plak


hiperpigmentasi berbentuk
polisiklik dengan bagian tepi
terdapat papul-papul dan
vesikel-vesikel dengan dasar
eritematosa

You might also like