You are on page 1of 25

Penatalaksanaan Melalui Pendekatan Kedokteran

Keluarga pada Pasien Sindrom Metabolik dengan


Diabetes Melitus Tipe II.

Disusun Oleh:
Laresi Indah Sonata N
1220221146
Pembimbing:
drYanhti Jarjono, MKM

Latar Belakang
Sindrom metabolik adalah kumpulan dari berbagai faktor risiko yang termasuk
obesitas sentral, dislipidemia, hipertensi dan peningkatan glukosa darah puasa
yang ditandai dengan kenaikan risiko diabetes mellitus dan penyakit
kardiovaskuler.
Pandemi sindrom metabolik berkembang seiring dengan prevalensi obesitas
yang terjadi pada populasi Asia. Hal ini berkaitan dengan penelitian yang
berkembang sekarang bahwa obesitas sentral berperan dalam menyebabkan
resistensi insulin yang berperan penting dalam patofisiologi sindrom metabolik.
Pada penelitian Soegondo (2004) didapatkan prevalensi sindrom metabolik
adalah 13,13%. Penelitian lain yang dilakukan di Depok (2001) menunjukkan
prevalensi sindrom metabolik menggunakan kriteria NCEP-ATP III dengan
modifikasi Asia terdapat 25,7% pria dan wanita 25%.

Ilustrasi Kasus
KU : Pasien seorang wanita usia 51 tahun datang dengan keluhan telapak kakinya sering
sakit seperti ditusuk-tusuk.
RPS : Pasien sudah mengalami keluhan seperti ini sejak 2 bulan belakangan. Rasa sakit di
telapak kaki tidak menjalar ke paha atau ke pinggang, hanya saja rasanya seperti tertusuktusuk di bagian telapak sampai pergelangan kaki. Pasien sering merasa badannya lemas,
tangan sering kesemutan dan kakinya terasa sakit namun tidak ada baal atau kesemutan.
Pasien mengeluh sering pipis di malam hari 3-4 kali, banyak minum dan banyak makan.
Pasien juga mengeluhkan penglihatan mata kirinya berkurang dibanding yang kanan sejak 1
bulan, namun tidak ada keluhan seperti nyeri dada di sebelah kiri. Pasien mengatakan jarang
olahraga dan sering mengkonsumsi makanan manis dan goreng-gorengan karena pasien
bekerja sambilan sebagai tukang masak di cathering. Saat datang ke puskesmas pasien
dianjurkan untuk mengecek gula darah, kolestrol, dan asam urat.

Penilaian Struktur dan Komposisi Keluarga

Tn.H
54 thn

Ny.M
51 thn

1
2

3
4

An.R
17 thn

An.R
16 thn

- - - - Hubungan tidak terlalu dekat


Hubungan dekat

7
6

Penilaian terhadap keluarga

Identifikasi Masalah Keluarga


1.Fungsi Biologis
Diabetes melitus tipe II yang tidak terkontrol.
Hiperkolestrol
Hipertrigliserida.
Hipertensi
Obesitas sentral.
Riwayat keluarga didapatkan memiliki riwayat DM dari ibu pasien.

2.Fungsi Psikologi
Pasien menyadari bahwa penyakitnya ini dikarenakan kebiasaan pasien yang
sering mengkonsumsi makanan2 berlemak dari cathering tempat pasien
bekerja. Namun disini pasien masih sulit menahan godaan untuk ngemil, baik
karena itu merupakan keinginan sendiri maupun tawaran dari bos pasien.

3.Fungsi Sosial
Lingkungan keluarga yg kurang memotivasi pasien untuk melakukan
perilaku hidup sehat karena kurangnya pengetahuan mengenai hidup sehat.
Sementara pasien memiliki kebiasan untuk mengkonsumsi makananmakanan berlemak dan manis.
Lingkungan pasien terutama tempat kerja pasien juga dinilai kurang
mengerti mengenai pola hidup sehat.

4.Fungsi Ekonomi
Dalam memenuhi kebutuhan ekonomi sehari-hari pasien merasa cukup.
Kebutuhan ini di dapat dari uang gaji suami yaitu setara dengan UMR untuk
daerah DKI Jakarta sebesar Rp. 1.500.000,00. Akan tetapi nominal tersebut
ditakutkan akan sangat berat jika dalam kondisi anak-anaknya yang belum
memiliki penghasilan dan justru memiliki pengeluaran yang tidak juga sedikit.

5.Perilaku kesehatan keluarga


Pasien belum mengetahui diet yang benar mengenai penyakit sindrom
metabolik sehingga pola makan pasien masih belum baik.
Pasien masih memakan makanan dengan kandungan gula dan karbohidrat
yang berlebih sehingga kadar kalori yang didapat juga melebihi batas
normal seusia pasien.
Pasien mengaku sulit untuk mengontrol kebiasaannya makan cemilan
setiap saat karena di tempat kerja pasien banyak tersedia makanan yg
enak.
Pasien jarang melakukan olahraga karena merasa mudah lelah.
Keluhannya selama ini selalu dibiarkan dan ketika kemarin keluhannya
bertambah parah akhirnya pasien mulai memeriksakan diri ke puskesmas.

Diagnosis Holistik (9 Februari 2015; primary care)


Aspek Personal :
Pasien merasa tubuhnya lemas dan mudah mengantuk dan kakinya
sering terasa sakit.
Aspek Klinis

Sindrom Metabolik dengan DM tipe II.


Aspek Individual :
Pasien belum melakukan diet dan konsumsi obat bagi penderita
sindrom metabolik, jarang melakukan olahraga dan jarang ke pusat
kesehatan.

Aspek Psikososial :
Lingkungan keluarga dan tempat kerja pasien kurang memotivasi
pasien dikarenakan kurangnya pengetahuan serta kesadaran
mereka akan penyakit pasien. Keluarga pasien juga belum
memahami bahwa apabila mereka tidak memulai hidup sehat dari
sekarang dapat mempertinggi risiko terkena penyakit yg sama dgn
pasien mengingat penyakit pasien adalah penyakit yang bisa
diturunkan.
Aspek Fungsional :
Derajat 1. Masih dapat bekerja dengan baik dan dapat merawat
diri tanpa bantuan orang lain.

Diagnosa Keluarga
Keluarga inti dengan pasangan kepala keluarga yang
mempunyai pekerjaan dengan penghasilan cukup, dan beban
keluarga ditanggung oleh kepala keluarga. Pasien menderita
sindrom metabolik dan memiliki keturunan DM dan kurang
memahami mengenai pola makan untuk orang yang menderita
DM dan pola hidup sehat seperti berolahraga. Lingkungan
kerja pasien yang membawa pengaruh buruk terhadap pola
makan pasien pasien.

Tujuan Umum Penyelesaian Masalah Pasien dan


Keluarga
Terselesaikannya masalah pasien dan terwujudnya
keadaan keluarga yang lebih sehat baik secara fisik
maupun psikis agar terhindar dari segala jenis penyakit
yang mungkin timbul mengingat adanya faktor keturunan
dari keluarga pasien yang memiliki DM.

Indikator Keberhasilan
Pasien dapat memperbaiki kualitas hidupnya dengan dapat
mengatur pola makan yang sehat. Rajin berolah raga. Kadar gula
darah sewaktu dibawah 200 mg/dL, kadar trigliseridnya <150
mg/dL, dan kadar kolestrolnya <200 mg/dL. Dan juga pasien dapat
menurunkan berat badan nya sekitar 20 kg dari berat nya yang
sekarang.
Indikator keberhasilan pada keluarga adalah setiap anggota
keluarga memahami pentingnya peranan keluarga dalam mencegah
perburukan penyakit pasien dan mencegah terjadinya keadaan yang
tidak diinginkan.

M, 51 tahun
Alur penatalaksanaan pasienNy.
KU : telapak kaki

terasa
sakit seperti tertusuk-tusuk
dan badan lemas

RPS:
Pasien sering mengeluh kaki
sakit, badan sering lemas sejak 2
bulan yll. Pasien juga sering
kencing malam hari, banyak
minum dan banyak makan sudah
sejak 6 bulan , penglihatan mata
kiri mulai berkurang sejak 1
bulan yll.
RPD:
Tidak ada

Pemeriksaan Fisik:
KU/Kesadaran
:
Baik/compos mentis
Tanda vital : TD:
Kepala: mata ;visus OS :
6/10
Leher : dbn
Thoraks : dbn
Abdomen : dbn
Ekstremitas : sensorik
5/5/5/5, motorik: 5/5/5/5

Pemeriksaan Lab :
GDP : 277
GD2PP : 537
Kolestrol total: 289
Trigliserida : 296

RPK:
- Ayah pasien meninggal karena
stroke.
- Ibu pasien menderita DM

Sindrom Metabolik dengan


Diabetes Militus Tipe II

Penatalaksanaan Farmakologi

Penatalaksanaan NonFarmakologi

Metformin 5mg 1x1

Pola makan yang rendah karbohidrat

Glibenklamid 5mg 2 x 1

Olah raga teratur

Simvastatin 1x1

Edukasi kepada keluarga pasien untuk


memantau keadaan pasien

Tindakan terhadap keluarga


No.

Masalah

Koping
Awal

1.

Pasien
penderita
sindrom 2
metabolik dengan diabetes melitus
tipe 2.

4
Penyuluhan
mengenai
pentingnya
pengobatan untuk
penyakit ini.

Awal : pasien belum pernah mengontrol


gula darah, dan kolestrolnya. Hasil
laboratoriumnya GDP = 277, GD2PP =
537, kolestrol total = 289, trigliserida: 296.
Pasien kemudian diberi obat penurun
gula darah dan kolestrolnya
Akhir: pasien rutin meminum obat gula
dan kolestrolnya. GDP = 196, GD2PP =
162, kolestrol total = 184, trigliserida =
150

2.

Pola makan, olahraga teratur dan 2


konsumsi obat untuk sindrom
metabolik
yang
belum
dilaksanakan

4
Memberikan
media penyuluhan
seperti
leaflet
berisi
pedoman
pola makan untuk
penderita sindrom
metabolik dengan
Diabetes Melitus II

Awal : pasien masih makan dengan pola


yang tidak teratur dan tinggi gula, tinggi
protein dan lemak. Pasien juga belum
mengkonsumsi
obat-obatan
untuk
sindrom metabolik.
Akhir : pasien mau mengikuti saran
Pembina untuk mengurangi konsumsi
gula yang berlebihan, nasi yang
berlebihan, dan makanan berkalori tinggi.
Pasien juga sudah mulai mengkonsumsi
obat-obatan untuk sindrom metabolik
secara rutin.

3.

Lingkungan keluarga yang kurang 2


memotivasi
pasien
untuk
melakukan perilaku hidup sehat

4
Penyuluhan
terhadap keluarga
pasien
mengenai
penyakit pasien.

Awal: suami dan anak-anaknya tidak


peduli dengan makanan yang dikonsumsi
pasien serta tidak mengingatkan untuk
minum obat dan mengontrol
Akhir : Keluarga bersedia untuk
memperhatikan
dan
melakukan
pengawasan apa yang dimakan oleh
pasien serta melarang pasien untuk
mengkonsumsi makanan yang tidak boleh
serta memotivasi serta membuat jadwal
dan mengingatkan pasien untuk minum
obat dan kontrol ke puskesmas

Intervensi

Koping
Akhir

Upaya Penyelesaian dari Keluarga

Lingkungan keluarga 4
pasien yang belum
memahani
bahwa
penyakit pasien ini
dapat diturunkan.

Penyuluhan
mengenai
penyakit
diabetes
melitus

Keluarga
pasien
terutama anak-anak
pasien sudah mulai
memahami tentang
penyakit pasien yang
dapat
diturunkan
apabila mereka tidak
menjalankan
pola
hidup yang sehat.
Anak-anak
pasien
kini mulai mencoba
gaya
hidup
yang
sehat
demi
mencegah penyakit
tersebut diturunkan.

Lingkungan kerja yang 2


kurang
memotivasi
pasien
untuk
melakukan
perilaku
hidup sehat

Meminta
4
pasien
memberi
pengertian
mengenai
penyakitnya
terhadap
lingkungan
kerjanya
agar mereka
dapat
ikut
memotivasi
pasien untuk
menjalani

Awal : bos dan


teman-teman pasien
sering menawari
makanan lebih di
cathering.
Akhir
:
setelah
pasien menjelaskan
penyakitnya kepada
lingkungan kerjanya,
bos
dan
temanteman pasien sudah
mengerti dan mulai
ikut
memotivasi
seperti
hal
nya

Pasien
mempunyai 2
kebiasaan yang tidak
mendukung
untuk
berperilaku sehat

Keluarga
belum 2
memiliki
tabungan
khusus untuk kesehatan

Penyuluhan 4
mengenai
penyakit
pasien
dan
bahayanya
apabila
pasien tidak
dijaga
pola
hidupnya

Awal : pasien mempunyai


kebiasaan sering ngemil
makanan dari cathering
selagi bekerja.
Akhir : seakarang pasien
mulai membatasi makananmakanan yang di konsumsi
termasuk
cemilan-cemilan
disaat sedang bekerja.

Awal : kepala keluarga belum


Memotivasi 4
memiliki rencana anggaran
keluarga
untuk kesehatan
pasien untuk
Akhir : pasien mulai bisa
mulai
mengatur pemasukan yang
membuat
ada
dengan
kebutuhan
anggaran
keluarga akan kesehatan.
khusus
kesehatan
anggota
keluarga.
Kesan
kemampuan penyelesaian
2 yaitu keluarga cukup mampu
Ratadari
rata
14/7= 2masalah awal dalam keluarga
28/7=adalah
4
menyelesaikan hampir seluruhnya oleh kelurga dengan sedikit petunjuk dari orang lain/ dokter/ pelayanan
kesehatan. Pada akhir studi dilakukan penilaian kembali kemampuan keluarga menyelesaikan masalahnya.
Nilai akhir koping keluarga yang didapat adalah 4 dimana keluarga mampu menyelesaikan masalahnya
dengan arahan dari petugas pelayan kesehatan

Hasil Pembinaan
1.Pasien mengikuti anjuran pembina untuk mengontrol kadar gula,
kolestrol dan asam urat dengan rutin datang ke puskesmas dan rutin
minum obat yang diberikan. Pemeriksaan kadar gula darah pada tanggal
16 Februari 2015 didapat gula darah puasa 110mg/dl dan 2 jam setelah
makan 162mg/dl, kolestrol total = 184 mg/dL, trigliserida = 150 mg/dL.

2.Pasien sudah tidak lagi makan dengan suka-suka sesuai dengan


keinginan pasien terutama saat sedang memasak di tempat cathering.
Tetapi kini mulai menerapkan memakan makanan yang sehat bagi
dirinya serta dibantu oleh anak dan suaminya.

3. Pasien sudah melakukan perilaku hidup sehat dengan


rutin melakukan jalan pagi selama 30 menit 3 kali
seminggu. Dan sudah memiliki pola makan yang lebih
teratur serta lebih rajin untuk minum obat.

4. Seluruh anggota keluarga mulai memperhatikan kesehatan


pasien

mulai

dari

menanyakan

kondisi

pasien,

memperhatikan pola makan pasien baik di rumah maupun


di tempat bekerjanya, jadwal minum obat yang sudah
disepakati bersama-sama untuk jam minum obat kepada
pasien agar tidak lupa minum obat.

5. Anak-anak pasien sudah mulai menjalani pola makan yang sehat


mengingat penyakit ibunya bisa diturunkan kepada mereka. Begitu
juga dengan suami pasien dimana suami pasien juga mempunyai
keluhan yang sama dengan pasien yaitu sering buang air kecil saat
malam. Suami pasien pun sudah ada kemauan untuk memeriksakan
kesehatannya ke puskesmas.

6. Keluarga pasien mulai memikirkan manajemen keuangan yang


terarah dari pendapatan keluarga sehingga ada biaya untuk kesehatan
keluarga. Untuk menopang kesehatan pasien, pasien dan keluarga
sudah memiliki kartu bpjs untuk jaminan kasehatan untuk pasien.

Pembahasan
Anamnesa:
Pasien sering mengeluh badan lemas dan kaki sakit.
Memiliki gejala diabetes > poliuri, polidipsi dan
polifagi.
Pemeriksaan fisik : hipertensi dan obseitas sentral
dan penurunan visus mata kiri.
Pemeriksaan lab : GDP / GD2PP : 277 / 537, kolestrol
total = 289, trigliserida: 296.
Dapat disimpulkan menderita sindrom metabolik
karena memenuhi kriteria : intoleransi glukosa (DM
tipe II), hipertensi stage 1, obesitas sentral dan
dislipidemia.

Pengobatan yang diberikan pada pasien:


Metformin 3 x 1
Glibenklamid 1 x 1
Kedua obat di atas diberikan sebagai kombinasi OHO untuk
penanganan diabetes tahap pertama.
Simvastatin 2 x 1
Diberikan untuk mengobati dislipidemia pada pasien ini.
Dari hasil kunjungan didapatkan perbaikan baik dari pasien
maupun keadaan keluarga.

Saran
Untuk pembina berikutnya :
1.Sumber Daya Manusia :
Dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan, maka pembinaan kesehatan perlu kerjasama
yang baik antara petugas kesehatan dengan keluarga maupun masyarakat sekitar.
2.Mental psikologikal :
Untuk melakukan pembinaan terhadap suatu keluarga perlu pendekatantertentu seperti rasa
simpati dan empati dan memiliki pengetahuan yang baik serta membutuhkan keuletan
dalam menjalankan pembinaan.
3.Komunikasi :
Kemampuan berkomunikasi merupakan modal utama pelayan kesehatan yang bertugas
sebagai pembina. Komunikasi yang baik bertujuan untuk menjadi perantara dan juga keluarga
yang akan dibina agar lebih terbuka terhadap permasalahannya dan mengerti dengan apa yang
disampaikan oleh pembina sehingga program keluarga binaan ini dapat terlaksana.

4.Manajemen klinis :
Untuk menyelesaikan masalah yang ada dalam keluarga perlu adanya
kerjasama antara provider kesehatan dan seluruh anggota keluarga.
5.Evaluasi masalah
Menindak lanjuti tindakan yang belum terlaksana yaitu:
a.Memantau keberhasilan pengobatan dan keseriusan pasien dalam hal
menjalankan gaya hidup sehat dan minum obat teratur paling tidak selama 3
bulan kemudian dilakukan pengecekan HbA1c nya, begitu juga dengan kadar
lipid darahnya.
b.Apakah keluarga dapat terus membantu pasien dalam hal memotivasi pasien
untuk terus menjaga pola makan, olahraga teratur dan rutin minum obat dan
apakah anak-anak pasien juga melaksanakan pola hidup sehat mengingat
mereka berisiko turunan terkena penyakit yang sama dengan pasien.

Penutup
Pada kasus ini pengetahuan tentang kesehatan terutama dalam hal
penyakit sindrom metabolik dengan DM tipe II dan penatalaksanaannya
sangat perlu ditingkatkan apalagi penyakit diabetes militus pada pasien ini
sudah mencapai komplikasi mikrovaskular. Semua penyakit yang dialami
adalah penyakit yang dipicu oleh masalah pola makan yang tidak sehat serta
di pengaruhi oleh riwayat keluarga yang mempunyai penyakit yang sama.
Oleh sebab itu, pendekatan kedokteran keluarga melalui pendekatan
yang baik terhadap pasien dan keluarga akan membuat adanya kerjasama
yang baik antara pasien dan keluarga untuk menjadi pelaku perawat untuk
pasien.

You might also like