You are on page 1of 14

PRAKTIKUM

FARMAKOLOGI
ANESTESI LOKAL

KELOMPOK 2 :

NI PUTU ARISTA APRILYANTI (151055)


NI WAYAN PUTRI ANGGARYANI (151056)
NI LUH GEDE PRISKA MARKARENA (151057)
NI LUH WIDNYANI PUTRI (151058)
TAMU TAMBU NINU ANDALI (151059)
JULIANI PUTRI (151060)
KADEK AYU YULIASTINI (151062)
NI LUH NADA PREMA DEWI (151063)
NI PUTU AYU DITA RIYANTI (151064)
NI PUTU TISNA PARAMITHA (151065)
NI MADE NANSI YULIANDARI(151066)

TUJUAN PRAKTIKUM
1. Melihat pengaruh obat anestesi local
terhadap rangsangan rasa sakit.
2. Membandingkan onset dan durasi 2 macam
obat anestesi lokal.

DASAR TEORI
Anestesi

lokal

adalah

obat

yang

digunakan untuk mencegah resa nyeri


dengan

cara

memblok

konduksi

sepanjang serabut saraf secara reversible.


Obat

anestesi

didalam

akson

lokal

tersebut

dengan

bekerja

membentuk

beberapa molekul terionisasi yang akan


kanan Na+ sehingga potensial aksi tidak
mungkin terjadi (Raharjo,2009).

Terdapat beberapa sifat anestesi local,


berupa: (Raharjo,2009)
1. Tidak iritasi dan merusak jaringan
2. Batas keamanan obat lebar
3. Waktu kerja obat lama
4. Masa pemulihan tidak terlalu lama
5. Larut dalam air
6. Stabil dalam larutan
7. Dapat disterilkan tanpa mengalami
perubahan

Bupivakain
Dibandingkan dengan obat anestesi lokal lainnya,
bupivakain dapat mengakibatkan kardiotoksik. Akan
tetapiefek samping akan menjadi jarang bila diberikan
dengan benar. Kebanyakan efek samping berhubungan
dengan cara pemberian atau efek farmakologis dari
anestesi. Tetapi reaksialergi jarang terjadi. Bupivakain
dapat mengganggu konsentrasi plasma darah yang
diakibatkan karena efeknya yang mempengaruhi CNS
dan kardiovaskuler. Bupivakain dapat mengakibatkan
beberapa kematian ketika pasien diberikan anestesi
epidural dengan mendadak(Latief,2007).

ALAT DAN BAHAN


Alat yang digunakan

Bahan yang digunakan

1. Gunting cukur
2. Spuit injeksi 1ml
3. Pencatat waktu

1. Bupivacain sebanyak 0,5 cc

CARA KERJA :
1. Disiapkan 1 ekor hewan coba (kelinci).
2. Bulu kelinci di punggung bagian bawah (kaudal) dicukur.
3. Sebelum disuntikkan obat, pada bagian kaudal ditusuk dengan jarum
pentul. Untuk melihat bagaimana respon pada kelinci terhadap
rangsangan rasa sakit.
4. Obat bupivacain disuntikkan intrakutan sebanyak 0,5 cc pada area
kulit punggung kelinci yang sudah dicukur.
5. Setelah dua menit disuntikkan sensitivitas area tersebut diuji dengan
menusukkan jarum pentul, sebagai control ditusuk pada bagian kulit
sejauh mungkin dari area yang disuntikkan obat. Tiap tusukan
dibandingkan dengan control lalu dicatat. Bila ditusuk diarea
suntikkan tidak terjadi kontraksi berarti reaksi (+).
6. Pengujian diulangi setiap 2 menit sampai reflex kembali positif.
7. Onset dan durasinya dicatat.

HASIL PENGAMATAN :
Onset : pada menit ke-6
Durasi : - (hewan coba mati)
Kelinci

Menit ke :
0

10 12 14 16 18 20 22 24

Bupivaca in
(0,5cc)

No.

Bagian
yang
tidak
diberi

PEMBAHASAN
Dalam percobaan kelinci yang sudah dicukur, sebelum
diberikan obat terlebih dahulu diuji sensitivitasnya baik di
daerah kontrol maupun daerah yang akan disuntik.
Dimana didapati hasil setelah kedua daerah ditusuk
dengan jarum tusuk terjadi gerakan refleks dari hewan
coba.
Setelah pemberian obat bupivakain sebanyak 0,5 cc di
daerah kaudal hewan coba, kemudian selang dua menit
dilakukan uji sensitivitas. Dimana uji sensitivitas didapati
hasil pada daerah kontrol dan daerah yang disuntik obat
terjadi reaksi gerakan refleks dimana hal ini berarti obat
belum aktif bekerja menghambat hantaran impuls yang
ada di daerah kaudal hewan coba.

PEMBAHASAN
Pada pengamatan menit ke 4 diuji kembali sensitivitas daerah
yang diberi obat dimana didapati hasil masih terlihat reaksi
gerak refleks hewan coba saat ditusuk dengan jarum.
Namun pada menit ke 6 setelah diuji sensitivitas kembali pada
daerah yang diberi obat didapati hasil tidak terjadi gerakan
refleks dan pada daerah kontrol yang ditusuk dengan jarum
memperlihatkan reaksi gerakan refleks,
Hal ini berarti bahwa obat bupivakain sebagai obat anestetik
lokal berpengaruh pada rangsangan rasa sakit dimana
bupivakain menghambat rangsangan impuls saraf yang ada
disekitar daerah yang diberi suntikan obat sehingga hewan
coba tidak merasakan apapun ketika ditusuk jarum.Sehingga
dapat ditentukan onset/ mulai kerja obat bupivakain dengan
dosis 0,5 cc terjadi pada menit ke 6.

PEMBAHASAN
Namun pada menit ke 8 hewan coba tiba tiba lemas dan terjadi kejang kemudian mati.
Sehingga pengamatan tidak dapat dilanjutkan kembali dan data yang didapat sampai
pada menit ke 6. Sehingga tidak dapat dipastikan berapa lama durasi bupivakain dosis
0,5 cc bekerja pada hewan coba. Kematian hewan coba yang tiba tiba saat praktikum
ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya yaitu:
Spesies, Keragaman Individu
Dimana setiap hewan coba memiliki sistem metabolisme dan detoksifikasi yang berbeda
dari satu individu hewan coba satu dan lainnya (Barash,2001). Dimana hewan coba
kelinci kami yang mati setelah pengamatan menit ke 6 salah satu faktornya karena tidak
memiliki metabolisme dan detoksifikasi terhadap dosis bupivakain 0,5 cc dimana
kemungkinan besar terjadi efek toksik, dimana menurut Barash konsentrasi bupivakain
yang tinggi di dalam plasma sehingga menyebabkan efek toksik pada jantung dan sistem
saraf pusat dimana dapat menyebabkan henti janting dan kematian.
Umur
Dimana hewan yang lebih muda memiliki kepekaan yang lebih tinggi terhadap obat
karena enzim untuk biotranformasi masih kurang dan fungsi ginjal belum sempurna.
Perbedaan aktivitas biotransformasi akibat suatu zat menyebabkan perbedaan reaksi
dalam metabolisme ( Mutschler, 1999).

KESIMPULAN
Dari hasil percobaan pengaruh obat anestetik bupivakain pada
dosis 0,5 cc serta onset dan durasi pada hewan coba hingga
menyebabkan kematian coba dimana dapat disimpulkan:
Pada pengamatan sebelum, dua menit setelah pemberian obat,
dan menit ke 4 setelah pengujian didapati pada daerah kontrol
maupun daerah yang sebelum dan sudah diberi obat terlihat
adanya gerakan refleks yang menunjukkan obat belum bekerja/
mengalami onset pada pada menit ke 2 dan 4.
Dimana pada menit ke 6 terjadi onset dimana saat ditusuk dengan
jarum tidak terlihat adanya gerakan refleks.Durasi bupivakain 0,5
cc tidak dapat diketahui karena hewan coba mati. Terdapat faktor
faktor yang mempengaruhi kematian hewan coba yaitu :
Spesies, Keragaman Individu
Umur

DAFTAR PUSTAKA
Katzung, B.G.; E.T. Akporiaye; M.J. Aminoff; et al.
2006. Basic and Clinical Pharmacology. 10th
Edition. New York : McGraw - Hill.
Latief,SaidA.dkk.2007.PetunjukPraktisAnestesiologi
.Jakarta:FKUI.
Rahardjo, Rio. 2009. Kumpulan Kuliah Farmakologi,
Ed. 2. Jakarta : EGC.
Barash PG, Cullen BF. 2001. Clinical Anesthesia 4
th edition. Philadelphia.
Muthschler,E. 1999. Dinamika Obat . Bandung:
Penerbit ITB.

You might also like