You are on page 1of 55

Merupakan penyedia daya bagi PLC.

Umumnya PLC membutuhkan tegangan masukan dari


sumber AC yang besarnya bervariasi antara 120-220
V AC.
Sebagian kecil PLC ada yang menggunakan sumber
tegangan input dari sumber DC (umumnya 24 V DC).
PLC juga memiliki power supply internal (24 VDC)
yang biasanya digunakan untuk menyediakan daya
bagi peralatan output PLC.
Dalam hal tertentu catu daya ini tidak digunakan untuk
memberikan catu daya langsung ke perangkat
input/output, artinya input/output dari PLC murni
merupakan saklar (baik relay maupun transistor).

Biasanya dirancang untuk dapat mentolelir variasi


tegangan masukan antara 10-15%. Jika batas
variasi terlampaui maka power supply akan
mengeluarkan perintah ke CPU untuk mematikan
sistem PLC.
Setiap power supply memiliki rating / jumlah arus
maksimum yang masih dapat diberikan pada level
tegangan tertentu (misal 5 A pada 24 V DC).
Power supply ada yang menyatu dengan PLC dan
ada juga yang berupa modul terpisah.

Fungsi utama adalah mengatur tugas pada keseluruhan


sistem PLC.
Tugas dasar membaca seluruh peralatan input dan
mengeksekusi instruksi program yang tersimpan dalam
memori.
Prosesor mempunyai elemen kontrol yang disebut Arithmetic
and Logic Unit (ALU), sehingga mampu mengerjakan operasi
logika dan aritmatika.
Prosesor yang digunakan PLC dapat dikategorikan
berdasarkan panjang dan ukuran jumlah bit dari registerregister prosesor dimaksud.
Ukuran standar jumlah bit yang umum adalah 8, 16, dan 32
bit. Semakin panjang ukuran bit, semakin cepat proses yang
terjadi pada PLC tersebut.

Proses Scanning pada PLC


Scan

Baca Input

Eksekusi Program

Update Output
End Of Scan
(EOS)

Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan satu


kali scan dinamakan waktu scan (scanning time).
Scanning Time adalah waktu total yang diperlukan
prosesor untuk mengeksekusi program dan
memperbaharui input / output-nya.
Scanning Time dipengaruhi oleh 2 faktor utama
yaitu :
a. Jumlah memori yang diperlukan oleh program
PLC (jumlah anak tangga diagram ladder)
b. Jenis instruksi yang digunakan dalam program.

Baca
Input
1 ms

Update
1 ms
Eksekusi Program
8 ms

EOS

Gb. Ilustrasi Waktu Scan (Scanning Time)

Adalah area dalam CPU PLC yang merupakan


tempat penyimpanan data dan program dalam
PLC.
Memori pada umumnya menjadi satu modul
dengan prosesor. Jika berbentuk memori
eksternal maka merupakan memori tambahan.
Berikut data yang tersimpan dalam memori :
Operating system PLC
Status input/output, memori data
Program yang dibuat pengguna.

Operating System Memory


Berfungsi untuk menyimpan operating system PLC. Memori ini
merupakan ROM (Read Only Memory) sehingga tidak dapat
dirubah oleh user.
Data (Status) Memory
Berfungsi untuk menyimpan status input-output tiap saat. Memori ini
berupa RAM (Random Access Memory) sehingga dapat berubah
sesuai kondisi input/output. Status akan kembali ke kondisi awal jika
PLC mati.
Program Memory
Berfungsi untuk menyimpan program pengguna. Jenis memori ini
berupa RAM. RAM dapat menggunakan battery backup untuk
menyimpan program selama jangka waktu tertentu. Selain itu dapat
berupa EEPROM (Electrically Erasable Programmable Read Only
Memory), yaitu jenis ROM yang dapat diprogram dan dihapus oleh
pengguna.

Memori Volatile :

Program atau data dalam memori volatile


akan hilang jika catu daya PLC mati.
Dikenal juga dengan nama Random Acces
Memory (RAM).
Dalam sebagian PLC memori jenis ini masih
digunakan untuk menyimpan program
pengguna (aplikasi) dengan menggunakan
batery sebagai back up daya jika power
supply mati.

Memori Nonvolatile :

Data yang tersimpan dalam memori ini tidak


akan hilang walaupun catu daya PLC mati.
Termasuk dalam kategori ini adalah :
Read-Only Memory (ROM)
Programmable Read-Only Memory (PROM)
Errasable Programmable Read-Only Memory
(EPROM)
Electrically Errasable Programmable Read-Only
Memory (EEPROM)

Read-Only Memory (ROM)


Memori ini dirancang untuk menyimpan
program secara permanen. Secara umum,
PLC jarang sekali menggunakan ROM untuk
menyimpan
program-program
aplikasi
pengguna kecuali untuk aplikasi-aplikasi
khusus yang program aplikasinya tidak akan
pernah dirubah. Penggunaan ROM dalam
PLC biasanya untuk menyimpan bios atau
program executive.

Programmable Read-Only Memory (PROM)


Merupakan salam satu jenis ROM, tetapi
dapat
diprogram
ulang
dengan
menggunakan alat pemrogram khusus.
Dalam PLC, memori jenis ini jarang
digunakan untuk menyimpan program
pengguna dan kalaupun digunakan hanya
sebagai back up program saja.

Errasable Programmable Read-Only


Memory (EPROM)
Merupakan jenis PROM yang dapat
diprogram ulang setelah program yang
sebelumnya tersimpan dan dihapus
dengan menggunakan sinar ultraviolet

Electrically Errasable Programmable ReadOnly Memory (EEPROM)


Merupakan
memori
nonvolatile
yang
menyerupai
RAM
dalam
fleksibilitas
programmnya. Biasa digunakan untuk
menyimpan program pengguna. Alasan
utamanya
adalah
kemudahan
dalam
mengubah program pada memori tersebut,
yaitu hanya dengan menggunakan perangkat
pemrograman PLC itu sendiri, misalnya PC
atau Consule.

Memori dalam PLC pada dasarnya dapat


dipetakan menjadi 2 bagian utama :
1.Area Executive
Memori yang bersifat permanen. Pada
area ini tersimpan program bios PLC untuk
mengatur keseluruhan operasi. Area
memori ini tidak dapat dimanipulasi dan
diakses oleh pengguna PLC.

2. Area Aplikasi
Memori yang digunakan untuk menyimpan data
dan instruksi program pengguna. Area ini dibagi
menjadi beberapa bagian penting diantaranya :
Tabel (bit)
a.
Tabel (bit) Input
input
Tabel (bit)
b. Tabel (bit) output
output
c. Bit-bit internal
Bit-bit internal
d. Bit-bit khusus (special bit)
Special bit
e. Register
Register
f. Memori program pengguna
Memori
program
penggunan

Secara fisik, rangkaian input /


output
dengan
unit
CPU
(Prosesor)
terpisah
secara
kelistrikan.
Hal ini untuk menjaga agar
kerusakan
pada
peralatan
input/output tidak menyebabkan
terjadinya hubing singkat pada
unit CPU.
Isolasi rangkaian modul dari CPU
ini
umumnya
menggunakan
rangkaian optocoupler.

Fungsi dari sebuah modul input adalah untuk mengubah


sinyal masukan dari sensor ke PLC untuk diproses oleh
Prosesor.
Sedangkan modul
output adalah kebalikannya,
mengubah sinyal PLC kedalam sinyal yang sesuai untuk
menggerakkan aktuator.
Dari modul input dan output kita dapat menentukan jenis
suatu PLC dari hubungan antara Prosesor dengan
output, yaitu compact PLC dan modular PLC.
Compact PLC adalah bila input modul Prosesor dan
output modul dikemas dalam suatu wadah.
Modular PLC bila modul input, modul output dan
Prosesor dikemas secara tersendiri

Fungsi Pokoknya:
Mendeteksi sinyal masukan.
Mengatur tegangan kontrol untuk batas
tegangan logika masukan yang diijinkan.
Melindungi peralatan elektronik yang
sensitif terhadap tegangan luar.
Menampilkan sinyal masukan tersebut.

Deteksi tegangan error menyakinkan bahwa tegangan masuk


masih dalam batas yang diijinkan atau tidak. Bila tegangan
terlalu tinggi akan diturunkan melalui dioda breakdown.
Delay sinyal meyakinkan apabila tegangan yang diterima
sudah merupakan input yang sebenarnya atau bukan.
Rangkaian ini mempertahankan tegangan input sesaat (1-20
ms) untuk membedakan dengan sinyal-sinyal lain seperti
interferensi.
Optokopler mengirimkan informasi sensor berupa cahaya dan
menciptakan isolasi elektronik antara kontrol dan rangkaian
logika. Selanjutnya melindungi komponen elektronik yang
sensistif dan naiknya tegangan luar secara tiba-tiba.

Pada umumnya, setiap terminal


input pada PLC memerlukan
power
supply
luar
untuk
menyuplay arus yang digunakan
untuk
operasi sensor yang
terhubung maupun rangkaian
input itu sendiri.
Beberapa jenis input pada PLC
yang biasa dijumpai di pasaran :
Input tegangan DC 12-24 Volt
Input tegangan AC 200-240 Volt
Input Tegangan AC/DC 12-24 Volt

Gb. Koneksi peralatan luar dengan modul PLC

Rangkaian pada Modul Input PLC tipikal jenis masukan tegangan DC

Koneksi Peralatan luar dengan modul input PLC jenis DC

Rangkaian pada Modul Input PLC tipikal jenis masukan tegangan AC

Koneksi Peralatan luar dengan modul input PLC jenis AC

Rangkaian pada Modul Input PLC tipikal jenis masukan tegangan DC/AC

Koneksi Peralatan luar dengan modul input PLC jenis DC/AC

Input tegangan DC umumnya membutuhkan tegangan yang


relatif kecil sehingga aman dalam penggunaannya.
Input tegangan DC dapat dikoneksikan pada banyak
peralatan input.
Input tegangan DC relatif lebih cepat menanggapi masukan
dibandingkan degan PLC jenis input tegangan AC.
Sinyal AC lebih kebal terhadap gangguan dibandingkan
dengan tegangan DC.
Sumber tegangan AC relatif lebih murah dibandingkan
sumber DC.
Sinyal AC sangat digunakan pada kebanyakan peralatan
otomatisasi.

Fungsi Pokoknya:
Mengatur tegangan kontrol untuk batas tegangan logika
yang diijinkan.
Melindungi peralatan elektronik yang sensitif terhadap
tegangan luar.
Memberikan penguatan pada sinyal output sebelum
dikeluarkan sehingga cukup kuat untuk menggerakkan
aktuator.
Memberikan perlindungan terhadap arus hubung singkat
dan pembebanan lebih (Over load)

Optokopler adalah bentuk dasar dari power secara elektronik


yang memberikan perlindungan terhadap komponen
elektronik dan juga berfungsi untuk pengatur tegangan output.
Saat ini perlindungan terhadap short-circuit dan overload
serta power amplification telah dikemas dalam satu rangkaian
terpadu berupa modul-modul melalui hubungan transistor
secara Darlington atau lainnya.
Amplifier berguna untuk menguatkan arus listrik output
sehingga nantinya cukup kuat untuk menggerakkan aktuator.
Short-Circuit Monitoring memonitor jika terjadi arus hubung
singkat pada rangkaian luar dan memutuskan hubungan
antara modul output dengan rangkaian luar.

Terdapat 3 Jenis Output PLC :


Output Relay
Output Transistor
Output Triac
Relay paling fleksibel kegunaannya karena dapat menggerakkan
beban AC maupun DC. Kelemahannya terletak pada switching-nya
yang relatif lambat (+ 10ms), harga relatif lebih mahal dan akan
mengalami kerusakan setelah beberapa juta siklus switching.
Untuk output jenis transistor, beban yang dapat dikontrol terbatas
pada jenis DC saja, sedangkan output Triac terbatas pada beban
jenis AC.
Untuk jenis Transistor dan Triac, besar arus yang bisa dilewatkan
umumnya adalah 1 Amp dengan waktu respons kurang dari 1 ms.

Gb. Rangkaian internal modul output PLC jenis Relay

Gb. Rangkaian internal modul output PLC jenis Transistor

Gb. Rangkaian internal modul output PLC jenis Triac

PLC diprogram dengan menggunakan


instruksi-instruksi yang relatif sejenis.
Perbedaannya terletak pada mekanisme
memasukkan program ke dalam memori
PLC tersebut.
Terdapat 2 perangkat pemrograman yang
biasa digunakan, antara lain :
a. Miniprogrammer atau Console
b. Personal Computer

Disebut juga sebagai Manual Programmer, adalah


sebuah perangkan seukuran kalkulator saku yang
berfungsi memasukkan instruksi-instruksi program ke
dalam PLC.
Instruksi program dimasukkan dengan mengetikkan
simbol-simbol ladder menggunakan mnemonic.
Pemrograman
PLC
dengan
menggunakan
miniprogrammer akan sangat melelahkan jika jumlah
anak tangga pada ladder yang akan diprogram
berukuran relatif besar.

Penggunaan console biasanya hanya untuk pengeditan


program saja.
Untuk memasukkan program secara keseluruhan ke
dalam PLC dapat menggunakan Personal Computer
(PC)
Miniprogrammer dirancang untuk kompatibel dengan
dua atau lebih PLC dalam sebuah keluarga PLC.
Selain untuk memasukkan program ladder, beberapa
jenis miniprogrammer juga dilengkapi fasilitas untuk
monitoring dan tugas-tugas diagnostik.

Berkaitan dengan arsitekturnya yang


bersifat General Purpose dan sistem
operasinya yang standar, umumnya PLC
menyertakan perangkat lunak bagi PC
untuk mengimplemantasikan pemasukan
program ladder, pengeditan, dokumentasi
dan program monitoring real time PLC.

RS 232 ADAPTER

Pemrograman dengan menggunakan


perangkat Personal Computer dibutuhkan
perangkat lunak sebagai pelengkap
pemrogramannya.
Misal: CX Programming pada PLC
Omron, GX Developer pada PLC
Mitsubishi, RS Logic pada PLC Allen
Bradley, WinCC dan S7 Profesional
pada PLC Siemens

Hampir semua produk perangkat lunak untuk memprogram


PLC memberikan kebebasan berbagai macam pilihan
seperti menentukan apakah suatu saklar dalam posisi ON
atau OFF, melakukan pengawasan program (monitoring)
secara real time termasuk pembuatan dokumentasi
diagram tangga yang bersangkutan.
Pemrograman dapat memberikan nama pada piranti
masukan maupun keluaran, komentar-komentar pada blok
diagram, dll.
Dengan adanya dokumentasi dan pemberian komentar
pada program, maka akan lebih mudah dalam melakukan
pembenahan (perbaikan atau modifikasi) program dan
pemahaman terhadap kerja program tangga tersebut.

You might also like