You are on page 1of 19

Pendahuluan

Hampir 90% trauma abdomen pada anak


kurang dari 14 tahun disebabkan oleh trauma
tumpul.
Pada usia balita penyebabnya terutama
adalah jatuh dari ketinggian, sedangkan pada
usia sekolah, kecelakaan sepeda dan pejalan
kaki lebih sering menjadi penyebabnya. Pada
usia prepubertas kecelakaan sepeda motor
dan trauma tajam yang menjadi penyebab
tersering trauma abdomen

Pembagian regio Abdomen

kharakterisitik khusus anatomi pada


anak adalah sebagai berikut:
a. Ukuran dan bentuk
b. Struktur tulang
c. Luas permukaan tubuh

Trauma Tumpul Abdomen


Definisi

Trauma tumpul abdomen adalah cedera atau


perlukaan pada abdomen tanpa penetrasi ke dalam
rongga peritoneum, dapat diakibatkan oleh pukulan,
benturan, ledakan, deselarasi (perlambatan), atau
kompresi.

Trauma tumpul kadang tidak memberikan kelainan


yang jelas pada permukaan tubuh tetapi dapat
mengakibatkan kontusi atau laserasi jaringan atau
organ di bawahnya.

Patofisiologi
Kerusakan intraabdominal sekunder untuk kekuatan tumpul pada
abdomen secara umum dapat dijelaskan dengan 3 mekanisme,
yaitu:
1. Saat pengurangan kecepatan perbedaan gerak di antara
struktur terjadi tenaga potong menyebabkan robeknya
organ berongga, organ padat, organ viseral dan pembuluh
darah, khususnya pada ujung organ yang terkena.
2. Isi intraabdominal hancur di antara dinding abdomen anterior
dan columna vertebra atau tulang toraks posterior hal ini
dapat menyebabkan remuk, biasanya organ padat (spleen,
hati, ginjal) terancam.
3. Gaya kompresi eksternal peningkatan tekanan intraabdomen
yang tiba-tiba dan mencapai puncaknya pada ruptur organ
berongga.

Cedera Organ Solid

Trauma Lien
Didiagnosis
dengan
adanya
perubahan
hemodinamik akibat perdarahan intraabdomen,
nyeri perut kiri atas dan nyeri di bahu kiri, serta
ditemukannya jejas atau hematoma di daerah
abdomen kiri atas.

Jenis Trauma

Tindakan

Tipe I :

Pemberian

Avulsi

kapsula,

tanpa

zat

hemostatik

topikal

robekan (Avitene)

parenkhim

Ligasi dan splenorrhapy dengan benang

Tipe II :

absorbable

Robekan parenkhim, tanpa robekan hilus Hemisplenektomi


Tipe III:

Splenektomi dengan autotransplantasi

Robekan parenkhim sampai dengan hilus


Tipe IV:
Transeksi

pedikel

atau

robekan

parenkhim multiple dengan neksrosis

Trauma hepar

diagnosis dapat ditegakkan apabila diperoleh adanya


gangguan hemodinamik akibat perdarahan intraabdominal,
adanya nyeri di daerah abdomen kanan atas dan bahu
kanan, jejas di abdomen kanan atas, tanda-tanda ileus
adinamik, dan massa di abdomen kanan atas.

Trauma Gastrointestinal
pada trauma tumpul terjadi dengan 3 macam
mekanisme :
Trauma karena tekanan langsung sehingga
terjadi tekanan intraabdominal yang tinggi dan
loop usus halus yang tertutup yang akan
menyebabkan ruptur dinding usus.
Trauma tarikan pada titik fiksasi usus
Trauma
yang
menyebabkan
traktus
gastrointestinalis berbenturan dengan vertebra
sehingga menyebabkan rupturnya usus.

Komplikasi Ruptur Organ


Peritonitis merupakan komplikasi tersering
dari trauma tumpul abdomen karena adanya
ruptur pada organ. Gejala dan tanda yang sering
muncul pada penderita dengan peritonitis antara lain:
Nyeri perut seperti ditusuk
Perut yang tegang (distended)
Demam (>38 C)
Produksi urin berkurang
Mual dan muntah
Haus
Cairan di dalam rongga abdomen
Tidak bisa buang air besar atau kentut
Tanda-tanda syok.

Inspeksi
Auskulta
si

Adanya luka lecet di dinding perut


Perdarahan di bawah kulit
Distensi pada dinding perut
Pergerakan pernafasan perut yang
tertinggal

Bising
usus
menurun,
bahkan
menghilang
Bunyi usus pada auskultasi toraks
kemungkinan adanya trauma diafragma

Palpasi

Defence muscular
Nyeri tekan

Perkusi

Redup hati yang menghilang


Nyeri ketok seluruh dinding perut
Adanya Shifting dullness

Penilaian dan Resusiatasi


Tujuan utama resusitase dan triase adalah untuk
memulihkan atau mempertahankan oksigenasi
yang adekuat pada jaringan.
Proses penilaian awal (primary survey) terdiri dari
ABCD

Respon sistemik terhadap perdarahan


pada anak.
< 25% kehilangan volume 25-45% kehilangan > 45%
darah
Jantung

Nadi

volume darah
lemah,

SSP

volume darah
nadi Hipotensi,

kecil, Frekuensi

frekuensi meningkat
Letargi, iritatif, gelisah

kehilangan

meningkat

takikardia,

Penururan

bradikardia
koma

kesadaran, respon
terhadap
Kulit

lemah
Sianosis, pengisian Pucat, dingin

Dingin

kapiler
Ginjal

Penuruanan
urin naik

nyeri

diuresis,

menurun,

dingin
BJ Diuresis minimal

anuri

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Laboratorium:
Pemeriksaan darah dan urin
Nilai elektrolit serum, tingkat kreatinin, dan
glukosa.
Lipase serum atau amylase
Rontgen
USG FAST (Focused Assessment Sonography in
Trauma)
CT Scan
Diagnostic Peritoneal Lavage (DPL)

FAST (Focused Assessment


Sonography in Trauma)
Pendekatan non invasif untuk
evaluasi cepat hemoperitonium
Terdiri dari visualisasi pericardium
( dari lapang pandang subxipoid),
rongga spenorenal serta cavum doglas
pada pelvis
Kelemahan tidak dapat menentukan
sumber perdarahan

Diagnostic Peritoneal Lavage (DPL)


Metode cepat menentukan adanya
perdarahan intraabdomen
Indikasi
Pada cidera medula spinalis curiga
trauma abdomen
Cidera multipel dengan syok yang
tidak jelas
Cidera tumpul abdomen

You might also like