You are on page 1of 34

Laporan kasus

Pendahuluan
Tumor hidung dan sinus paranasal pada

umumnya jarang ditemukan, baik yang jinak


maupun yang ganas. Di Indonesia dan di luar
negeri, kekerapan jenis yang ganas hanya
sekitar 1 % dari keganasan seluruh tubuh atau
3% dari seluruh keganasan di kepala dan
leher

Definisi
Karsinoma sinonasal adalah penyakit di mana

kanker (ganas) sel ditemukan dalam jaringan


sinus paranasal dan jaringan sekitar hidung.

Etiologi
Eksposur kepada asap industri, debu kayu,

penyulingan nikel, dan penyamakan kulit semua


telah terlibat dalam karsinogenesis berbagai
jenis tumor ganas sinonasal
Paparan yang terjadi pada pekerja industri kayu,
terutama debu kayu keras, merupakan faktor
resiko utama yang telah diketahui untuk tumor
ganas sinonasal.
Efek paparan ini mulai timbul setelah 40 tahun
atau lebih sejak pertama kali terpapar dan
menetap setelah penghentian paparan

Tembakau dan penggunaan alkohol belum

dibuktikan secara meyakinkan sebagai faktor


penyebab dalam pengembangan tumor sinus
paranasal

Klasifikasi tumor
Tumor Jinak
Tumor jinak tersering adalah papiloma skuamosa.
Secara makroskopis mirip dengan polip, tetapi lebih
vaskuler, padat dan tidak mengkilap.
Tumor Ganas
Tumor ganas yang tersering adalah karsinoma sel

skuamosa (70%), disusul oleh karsinoma yang


berdeferensiasi dan tumor kelenjar.Sinus maksila
adalah yang tersering terkena (65-80%), disusul
sinus etmoid (15-25%), hidung sendiri (24%),
sedangkan sinus sphenoid dan frontal jarang
terkena.

Pembagian tumor
T : Tumor.

T1 :
a. Tumor pada dinding anterior antrum.
b. Tumor pada dinding nasoantral inferior.
c. Tumor pada palatum bagian anteromedial.
T2 :
a. Invasi ke dinding lateral tanpa mengenai otot.
b. Invasi ke dinding superior tanpa mengenai orbita.
T3 :
a. Invasi ke m. pterigoid.
b. Invasi ke orbita
c. Invasi ke selule etmoid anterior tanpa mengenai lamina
kribrosa.
d. Invasi ke dinding anterior dan kulit diatasnya.

T4 :

a. Invasi ke lamina kribrosa.


b. Invasi ke fosa pterigoid.
c. Invasi ke rongga hidung atau sinus maksila kontra
lateral.
d. Invasi ke lamina pterigoid.
e. Invasi ke selule etmoid posterior.
f. Ekstensi ke resesus etmo-sfenoid.
N : Kelenjar getah bening regional.
N1 :Klinis teraba kelenjar, dapat digerakkan.
N2 :Tidak dapat digerakkan.
M : Metastasis.
M1 :Stadium dini, tumor terbatas di sinus.
M2 :Stadium lanjut, tumor meluas ke struktur yang berdekatan.

Manisfestasi Klinis
Gejala nasal.Gejala nasal berupa obstruksi

hidung unilateral dan rinorea. Sekretnya


sering bercampur darah atau terjadi
epistaksis. Tumor yang besar dapat mendesak
tulang hidung sehingga terjadi deformitas
hidung. Khas pada tumor ganas ingusnya
berbau karena mengandung jaringan nekrotik.
Gejala orbital.Perluasan tumor kearah
orbita menimbulkan gejala diplopia, protosis
atau penonjolan bola mata, oftalmoplegia,
gangguan visus dan epifora.

Gejala oral.Perluasan tumor ke rongga

mulut menyebabkan penonjolan atau ulkus di


palatum atau di prosesus alveolaris. Pasien
megeluh gigi palsunya tidak pas lagi atau gigi
geligi goyah. Seringkali pasien datang ke
dokter gigi karena nyeri di gigi, tetapi tidak
sembuh meskipun gigi yang sakit telah
dicabut.
Gejala fasial. Perluasan tumor ke depan
akan menyebabkan penonjolan pipi. Disertai
nyeri, anesthesia atau parestesia muka jika
mengenai nervus trigeminus

Gejala intrakranial.Perluasan tumor ke

intrakranial menyebabkan sakit kepala hebat,


oftalmoplegia dan gangguan visus. Dapat
disertai likuorea, yaitu cairan otak yang keluar
melalui hidung.

Pemeriksaan Fisik
Saat memeriksa pasien, pertama-tama

perhatikan wajah pasien apakah terdapat


asimetri atau tidak. Selanjutnya periksa
dengan seksama kavum nasi dan nasofaring
melalui rinoskopi anterior dan posterior.
Permukaan yang licin merupakan pertanda
tumor jinak sedangkan permukaan yang
berbenjol-benjol, rapuh dan mudah berdarah
merupakan pertanda tumor ganas

Pemeriksaan nasoendoskopi dan sinuskopi

dapat membantu menemukan tumor pada


stadium dini

Pemeriksaan Penunjang
Radiologic Imaging
Screening computed tomography (CT) scan

lebih akurat daripada plain film untuk menilai


struktur tulang sinus paranasal dan lebih
murah daripada plain film.
MRI
CT scan

Diagnosis
Diagnosis pasti ditegakkan berdasarkan

pemeriksaan histopatologi. Jika tumor tampak


di rongga hidung atau rongga mulut, maka
biopsi mudah dan harus segera dilakukan

Pentalaksanaan
Bedah. Mungkin diperlukan untuk

menghilangkan bagian dari rongga hidung


atau sinus paranasal pada setiap tahap
penyakit ini.
Radioterapi.Terapi radiasi juga disebut,
radioterapi kadang-kadang digunakan sendiri
pada tahap I dan penyakit II, atau dalam
kombinasi dengan operasi dalam setiap tahap
penyakit

Kemoterapi.Biasanya diperuntukkan untuk

tahap III dan IV penyakit.Selain terapi lokal,


upaya terbaik untuk mengendalikan sel-sel
kanker beredar dalam tubuh adalah dengan
menggunakan terapi sistemik (terapi yang
mempengaruhi seluruh tubuh) dalam bentuk
suntikan atau obat oral.

Prognosis
Tingkat ketahanan hidup bagi pasien dengan

rata-rata kanker sinus maksilaris sekitar 40%


selama 5 tahun.Tahap awal tumor memiliki
angka kesembuhan hingga 80%.Pasien
dengan tumor dioperasi diobati dengan
radiasi memiliki tingkat kelangsungan hidup
kurang dari 20%.

Identitas pasien
Nama : Tn. D
Umur : 34 tahun
Jenis Kelamin
: Laki
Alamat : Lombok Timur
Pekerjaan : Wirausaha
Tanggal Pemeriksaan : 15 Agustus 2016

Keluhan utama :
Nyeri pada daerah wajah sebelah kanan
Riwayat penyakit sekarang :
Pasien rujukan RSUD Selong mengeluh nyeri pada wajah kanan.

Nyeri dirasakan sejak 7 bulan yang lalu. Nyeri dirasakan terus


menerus hingga mengganggu aktivitas pasien. Selain itu pasien juga
mengeluh pusing dan dan nyeri pada gusi sebelah kanan. Pasien
juga mengatakan matanya sering berair seperti keluar air mata. Saat
ini pasien merasakan penglihatannya dobel jika melihat dengan
kedua mata. Pasien juga tidak mengeluhkan adanya demam. Pasien
sebelumnya mengatakan sering mengalami pilek yang berulang.
Pasien juga mengeluhkan pada saat pilek pernah keluar cairan
bercampur darah dari hidung pasien. Pasien mengatakan tidak
pernah memeriksakannya ke tempat pelayanan kesehatan. Pasien
juga menyangkal sering mengalami batuk atau pilek.

Riwayat penyakit dahulu :


Pasien tidak pernah mengeluhkan keluhan

serupa sebelumnya. Riwayat TB (+) 2 tahun


yang lalu, sudah diobati dan dinyatakan
sembuh.
Riwayat penyakit keluarga :
Tidak ada anggota keluarga lain yang
menderita penyakit yang sama dengan
pasien. Riwayat DM (+) pada kakek

Riwayat alergi :
Tidak ada alergi terhadap obat-obatan ataupun

makanan.
Riwayat Pengobatan :
Pasien menyangkal adanya riwayat pengobatan
sebelumnya
R. Sosial :
Pasien bekerja sebagai tukang kayu dan tidak
memakai pelindung saat bekerja, sehingga sering
terkena serbuk kayu. Riwayat merokok (+) sejak
SMP

Pemeriksaan fisik
Status Generalis
Keadaan umum : Baik
Kesadaran
: Compos mentis
GCS
: E4V5M6
Tanda vital :
HR : 96 x/menit
RR: 20 x/menit
Suhu: 36,4oC

Darah legkap
HB 12,2
WBC 4,43
HCT 36,9
MCV 83,3
MCH 27,5
MCHCH 33,1
WBC 6.67
PLT 316

Darah lengkap
Tampak massa solid bentuk ireguler pada

maxilla kanan meluas ke apex orbita kanan


ukuran kurang lebih 8x4 cm
Tampak destruksi tulang sekitar
Tak tampak infiltrasi massa ke intracranial
Tak tampak perdarahann intracranial
Sulci dan gyri normal
System ventrikel normal
Tak tampak deviasi midline struktur
Nasofaring kiri dan kanan normal

assessment
Suspek Ca sinonasal

Pemeriksaan
Penunjang
DL
CT Scan
Biopsi

Rencana Usulan Terapi


RL d5% 20 tpm
Paracetamol 1 gr/ 8 jam
Ceftriaxon 1 gr/ hr
Paracetamol 3 x 500 mg bila nyeri atau

demam

Prognosis
Dubia ad bonam

Diagnosis suspek ca nasofaring ditegakan (dari hasil

anamnesis serta pemeriksaan fisik dimana pasien


mengeluh nyeri pada bagian wajah sebelah kanan
sejak kurang lebh 7 bulan yang lalu, selain itu
pasien juga mengatakan sering pilek dan pernah
mengalami keluar lendiri yang disertai darah saat
pilek. Pasien juga mengatakan terdapat nyeri di
daerah mata. Saat ini pasien mengalami pandangan
yang doble pada mata. Pasien pada pemeriksaan
fisik ditemukan nyeri pada daerah mata dan adanya
benjolan pada daerah gusi pasien

Pada pemeriksaan penunjang yaitu ct scan

ditemukan masa yang berukuran 8x4 cm solid


beberntuk ireguler pada maxilla kanan meluas
ke apex orbita kanan. Pada pasien diberikan
terapi berupa paracetamol 1gr/ 8 jam untuk
nyeri, ceftriaxon1 gr/ hari dan infuse D5% 20
tpm. Pasien sudah dilakukan biopsy dan
sedang menunggu hasil

You might also like