Professional Documents
Culture Documents
Pendahuluan:
Undang-Undang No. 31 Tahun 1964
Tentang Ketentuan Pokok Tenaga Atom:
Menunjuk Badan Tenaga Atom Nasional sebagai Badan
Pelaksana dan pengawas Tenaga Atom (BATAN)
Undang-Undang No. 10 Tahun 1997
Tentang Ketenaganukliran:
Memisahkan tugas pelaksana dan pengawas yang disebut
dengan Badan Pelaksana (ps. 3) dan Badan Pengawas
(ps.4)
Perubahan dari Tenaga Atom menjadi Tenaga Nuklir (ps. 1)
Adanya kesempatan Badan swasta dalam pemanfaatan
tenaga nuklir untuk komersial (BAB III).
Sebelum 1997
Sesudah 1997
BPTA
BATAN
KepPres 197/1998
Pelaksana
BAPETEN
KepPres 76/1998
Pengawas
9.
10.
11.
12.
Pendahuluan
BAB I KETENTUAN UMUM
BAB II KELEMBAGAAN
BAB III PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
BAB IV PENGUSAHAAN
BAB V PENGAWASAN
BAB VI PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF
BAB VII PERTANGGUNGJAWABAN KERUGIAN
NUKLIR
BAB VIII KETENTUAN PIDANA
BAB IX KETENTUAN PERALIHAN
BAB X KETENTUAN PENUTUP
PENJELASAN
Bab 10
Psl 48
BAB V
PENGAWASAN
Pasal 14
1. Pengawasan terhadap pemanfaatan
tenaga nuklir dilaksanakan oleh Badan
Pengawas.
2. Pengawasan dilaksanakan melalui
peraturan, perizinan, dan inspeksi.
Pasal 15
Pengawasan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 14 ditujukan untuk :
a. terjaminnya kesejahteraan, keamanan,
dan ketentraman masyarakat;
b. menjamin keselamatan dan kesehatan
pekerja dan anggota masyarakat serta
perlindungan terhadap lingkungan
hidup;
c. memelihara tertib hukum dalam
pelaksanaan pemanfaatan tenaga
nuklir;
Pasal 16
1. Setiap kegiatan yang berkaitan dengan
pemanfaatan tenaga nuklir wajib memperhatikan keselamatan, keamanan, dan
ketenteraman, kesehatan pekerja dan
anggota masyarakat, serta perlindungan
terhadap lingkungan hidup.
2. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Pemerintah.
Pasal 17
1. Setiap pemanfaatan tenaga nuklir wajib
memiliki izin, kecuali dalam hal-hal
tertentu yang diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Pemerintah.
2. Pembangunan
dan
pengoperasian
reaktor nuklir dan instalasi nuklir lainnya
serta dekomisioning reaktor nuklir wajib
memiliki izin.
3. Syarat-syarat dan tata cara perizinan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan ayat (2) diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Pemerintah.
Pasal 18
1. Setiap izin sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 17 dikenakan biaya.
2. Besar biaya sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) ditetapkan dengan
Keputusan Menteri Keuangan.
Pasal 19
1. Setiap petugas yang mengoperasikan
reaktor nuklir dan petugas tertentu di
dalam instalasi nuklir lainnya dan di
dalam instalasi yang memanfaatkan
sumber
radiasi pengion
wajib
memiliki izin.
2. Persyaratan untuk memperoleh izin
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diatur oleh Badan Pengawas.
Pasal 20
1. Inspeksi terhadap instalasi nuklir dan
instalasi yang memanfaatkan radiasi
pengion dilaksanakan oleh Badan
Pengawas dalam rangka pengawasan
terhadap ditaatinya syarat-syarat dalam
perizinan dan peraturan perundangundangan di bidang keselamatan nuklir.
2. Inspeksi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilaksanakan oleh inspektur
yang diangkat dan diberhentikan oleh
Badan Pengawas.
3. Inspeksi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilaksanakan secara berkala dan
sewaktu-waktu.
BAB VIII
KETENTUAN PIDANA
Pasal 42
1. Barang siapa melakukan perbuatan yang
bertentangan dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1)
dipidana dengan pidana penjara paling
lama 2 (dua) tahun dan/atau denda paling
banyak Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah).
2. Dalam hal tidak mampu membayar denda
sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
terpidana dipidana dengan kurungan
paling lama 6 (enam) bulan.
Pasal 43
1. Barang siapa melakukan perbuatan
yang bertentangan dengan ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal
17 ayat (1) dipidana dengan pidana
denda
paling
banyak
Rp
100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
2. Dalam hal tidak mampu membayar
denda sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), terpidana dipidana dengan
kurungan paling lama 1 (satu) tahun.
3. Pesyaratan Umum:
- Mempunyai izin usaha atau izin
lainnya
- Fasilitas memenuhi persyaratan
keselamatan
- Mempunyai petugas ahli
- Mempunyai peralatan keselamatan
radiasi
- Memiliki prosedur kerja
Jangka Waktu:
1. Izin berlaku paling lama 5 tahun dan dapat
diperpanjang
2. Izin berakhir karena :
- Jangka waktu berakhir;
- Pemegag izin perorangan meninggal dunia
- Badan pemegang izin bubar
- Dicabut oleh badan pengawas
3. Perubahan izin
- Spesifikasi teknis
- Pemegang izin
- Instalasi yang mengalami perubahan
tersebut tidak boleh dioperasikan sebelum izin
terbit
Inspeksi:
1. Dilakukan oleh badan pengawas, dengan
menunjuk inspektur keselamatan nuklir
2. Dilakukan secara berkala atau sewaktu-waktu,
dengan atau tanpa pemberitahuan
Tugas dan wewenang inspektur Keselamatan
nuklir:
1. Memasuki setiap instalasi yang memanfaatkan
sumber radiasi pengion, dan tempat-tempat lain
dimana sumber radiasi pengion berada atau
disimpan
2. Melakukan isnpeksi selama proses perizinan
3. Melakukan pemantauan radiasi di dalam dan di
luar instalasi
4. Dalam keadaan mendesak dapat menghentikan
untuk sementara suatu kegiatan pemanfaatan
Sanksi Administratif
1. Peringatan tertulis 14 hari dapat
diperpanjang 2 kali
2. Penghentian pengoperasian
sementara 30 hari
3. Pembekuan izin (dapat dilakukan
tanpa pemberitahuan terlebih dahulu
jika pemegang izin tidak lagi memenuhi
persayaratan izin)
4 Pencabutan izin
ASPEK
PENGAWASAN
KESELAMATAN (SAFETY)
Menjaga individu, masyarakat, dan lingkungan
hidup thdp kemungkinan kecelakaan/kerugian
dlm pemanfaatan t n
PROTEKSI
Mencegah terjadinya efek deterministrik pada
individu dan menjamin bahwa tersedia
langkah langkah yg memadai utk mengurangi
terjadinya efek stokastik pada populasi saat ini
dan masa mendatang dlm pemanfaatan tn
KEAMANAN (SECURITY)
Mencegah, mendeteksi, dan menanggapi
adanya sabotase, pencurian, atau pengalihan
illegal dari bahan nuklir atau zat radioaktif
termasuk juga fasilitas terkait.
SAFEGUARDS
Mendeteksi, mengevaluasi, dan membuktikan
bahwa bahan nuklir yg digunakan utk kegiatan
maksud damai tdk dialihkan utk pembuatan
senj nuklir/peralatan peledak nuklir atau utk
tujuan yg tdk diketahui