You are on page 1of 15

PENENTUAN MATI

DOKTERMUDA ANESTESI
RSUP DR.M.DJAMIL FK UNAND APRIL MEI 2013

Definisi Mati

Mati klinis
henti nafas (tidak ada gerak nafas spontan) ditambah henti
sirkulasi (jantung) total dengan semua aktivitas otak terhenti,
tetapi tidak ireversibel.
Pada masa dini kematian inilah, pemulaian resusitasi dapat diikuti
dengan pemulihan semua fungsi sistem organ vital termasuk
fungsi otak normal, asalkan diberi terapi optimal.

Mati biologis (kematian semua organ)


selalu mengikuti mati klinis bila tidak dilakukan resusitasi
jantung paru (RJP) atau bila upaya resusitasi dihentikan.
Mati biologis merupakan proses nekrotisasi semua jaringan,
dimulai dengan neuron otak yang menjadi nekrotik setelah kirakira 1 jam tanpa sirkulasi, diikuti oleh jantung, ginjal, paru dan
hati yang menjadi nekrotik selama beberapa jam atau hari.

Henti jantung (cardiac arrest)


penghentian tiba-tiba kerja pompa jantung pada
organisme yang utuh atau hampir utuh. Henti jantung yang
terus berlangsung sesudah jantung pertama kali berhenti
mengakibatkan kematian dalam beberapa menit. Dengan
perkataan lain, hasil akhir henti jantung yang berlangsung
lebih lama adalah mati mendadak (sudden death).
Diagnosis mati jantung (henti jantung ireversibel)
ditegakkan bila telah ada asistol listrik membandel
(intractable, garis datar pada EKG) selama paling sedikit 30
menit, walaupun telah dilakukan RJP dan terapi obat yang
optimal.

Mati serebral (kematian korteks)


kerusakan ireversibel (nekrosis) serebrum, terutama
neokorteks.
Mati otak (MO, kematian otak total) adalah mati serebral
ditambah dengan nekrosis sisa otak lainnya, termasuk
serebelum, otak tengah dan batang otak.

Mati sosial (status vegetatif yang menetap, sindroma apalika)


kerusakan otak berat ireversibel pada pasien yang tetap tidak
sadar
dan
tidak
responsif,
tetapi
mempunyai
elektroensefalogram (EEG) aktif dan beberapa refleks yang utuh.
Ini harus dibedakan dari mati serebral yang EEGnya tenang dan
dari mati otak, dengan tambahan ketiadaan semua refleks saraf
otak dan upaya nafas spontan. Pada keadaan vegetatif mungkin
terdapat daur sadar-tidur.

Kapan seseorang dinyatakan mati?

Bila fungsi jantung dan paru berhenti, kematian sistemik


atau kematian sistem tubuh lainnya terjadi dalam beberapa
menit, dan otak merupakan organ besar pertama yang
menderita kehilangan fungsi yang ireversibel, karena
alasan yang belum jelas. Organ-organ lain akan mati
kemudian.

Penghentian ireversibel semua fungsi otak disebut mati


otak (MO). Penghentian total sirkulasi ke otak normotermik
selama lebih dari 10 menit tidak kompatibel dengan
kehidupan jaringan otak. Jadi penghentian fungsi jantung
mengakibatkan MO dalam beberapa menit, sedangkan
penghentian fungsi otak mengakibatkan kehilangan fungsi
jantung dalam beberapa jam atau hari.

IDI (1988), seseorang dinyatakan mati bila


a) fungsi spontan pernafasan dan jantung telah berhenti secara pasti
atau
b) telah terbukti terjadi MBO.

Bahwa fungsi spontan nafas dan jantung telah berhenti secara pasti,
dapat diketahui setelah kita mencoba melakukan resusitasi darurat.
Pada resusitasi darurat, di mana kita tidak mungkin menentukan MBO,
seseorang dapat dinyatakan mati bila
1) terdapat tanda-tanda mati jantung atau
2) terdapat tanda-tanda klinis mati otak
yaitu bilamana setelah dimulai resusitasi, pasien tetap tidak sadar,
tidak timbul pula nafas spontan dan refleks muntah (gag reflex) serta
pupil tetap dilatasi selama 15-30 menit atau lebih, kecuali kalau pasien
hipotermik, di bawah pengaruh barbiturat atau anestesia umum.

Peraturan Pemerintah RI no 18 tahun 1981, tentang bedah


mayat klinis dan bedah mayat anatomis serta transplantasi
alat atau jaringan tubuh manusia,
meninggal dunia keadaan insani yang diyakini oleh ahli-ahli
kedokteran yang berwenang bahwa fungsi otak, pernafasan
dan denyut jantung seseorang telah berhenti.
Batasan mati ini mengandung 2 kelemahan. Yang pertama,
pada henti jantung (cardiac arrest) fungsi otak, nafas dan
jantung telah berhenti, namun sebetulnya kita belum dapat
menyatakan mati karena pasien masih mungkin hidup kembali
bila dilakukan resusitasi. Yang kedua, dengan adanya kata-kata
denyut jantung telah berhenti, maka ini justru kurang
menguntungkan untuk transplantasi, karena perfusi ke organorgan telah berhenti pula, yang tentunya akan mengurangi
viabilitas jaringan/organ.

Diagnosis MBO

Penentuan Mati MBO

Seseorang dinyatakan mati bilamana:


a) fungsi spontan nafas dan jantung telah berhenti secara
pasti/ireversibel,
b) telah terbukti terjadi MBO.
Pada resusitasi darurat, di mana kita tidak dapat menegakkan
diagnosis MBO, seseorang dapat dinyatakan mati bila terdapat
tanda-tanda mati jantung dan atau tanda-tanda klinis mati
otak.
Melepas ventilator dari pasien dengan MBO adalah
konsekuensi logis karena ventilasi mekanis tidak lagi berguna
sebab pasien sudah mati. Jelas ini bukanlah pengakhiran terapi
bantuan hidup seperti yang dilakukan pada pasien dalam
stadium terminal penyakit yang tidak dapat disembuhkan.
Untuk melepas ventilator tidak diperlukan izin famili.

Di Indonesia, PB Ikatan Dokter Indonesia pernah mengeluarkan keputusan


yang berhubungan dengan masalah ini (SK-PB IDI No. 336/PB/A.4/88
mengenai Pernyataan Dokter Indonesia tentang Mati), yang sebelumnya
dikeluarkan juga SK-PB IDI No. 319/PB/4/88 mengenai Pernyataan Dokter
Indonesia tentang Informed Consent. Pada intinya (sebagai ringkasan),
kriteria mati menurut IDI adalah sebagai berikut :
meyakini adanya prakondisi tertentu yaitu pasien dalam keadaan koma,
nafas berhenti, tidak responsif, dibantu ventilator; ada tanda-tanda telah
terjadi kerusakan otak struktural yang tidak dapat diperbaiki lagi
meyakini bahwa tidak ada penyebab koma dengan berhentinya napas
yang reversible, misalnya intoksikasi obat, hypotermia, dan gangguan
metabolik endokrin.
meyakini bahwa refleks-refleks batang otak telah hilang secara permanen
(refleks terhadap cahaya, refleks kornea, refleks vestibulo-okular, refleks
muntah, refleks terhadap rangsangan yang cukup kuat di tubuh)

Terimakasih

You might also like