Professional Documents
Culture Documents
Ling-ling
Beby Pricilia Tanesia
Carennia Paramita
Christopher
Alexandra
Nerve
Minimal effect
Hoarseness, tiring of voice
Hoarseness
Stridor, respiratory distress
afonia
Hoarseness
Afonia
Routine airway
management
Associated with general anesthesia consists with :
Airwas assessment
Preparation and equipment check
Patient positioning
Preoxygenation
Bag and mask ventilation
Intubation
Confirmation of ETT placement
Intraoperative management
Extubation
Airway assessment
Mouth opening ( 3 cm)
Upper lip bite test ( gigi bawah dibawa ke
depan gigi atas u/ estimasi
temperomandibular joints)
Klasifikasi mallampati
Thyromental distance (jarak antara
mentum dengan tyroid bagian atas)
Neck circumference (jika lebih dari 27 akan
sulit untuk melihat pembukaan glotis)
Klasifikasi mallampati
Equipment in airway
management
Oxygen source
Bag mask ventilation
Laryngoscopes
ETT, oral, nasal airways
Suction
Oximetry and co2 detection
Stethoscope
Tape
Ecg monitors
Intravenous access
Nasopharyngeal airways
Oropharingeal airways
Face mask
Facilitate the
delivery of
oxygen or an
anesthetic gas
from a
breathing
system to a
patient by
creating an
airtight seal
Preoxygenation
With face mask oxygen
Beberapa menit sebelum dimulai
induksi anestesi
Positioning
Sniffing position
Cervical spine pathology : neutral
position
Obesity : 30 upward ramp
If ventilation is ineffective:
no sign of chest rising, no end tidal
CO2 detected , no mist in the clear
mask.
Use oral or nasal airways.
Difficult mask ventilation is patients
with obesity, beards and craniofacial
deformities
Indikasi LMA:
Ventilasi elektif alternatif pd oprasi
dengan oprasi singkat
Jalan napas sulit Jika intubasi
gagal
untuk membantu ventilasiselama
bronchoscopy fiberoptic
Kontraindikasi:
Absolut: pasien dgn mulut tidak
dapat dibuka, obstruksi total jalan
napas
Relatif: obesitas, belum puasa,
pendarahan GIT, hamil
Teknik pemasangan:
- Preoksigenasi 100%
- Pilih sesuai ukuran dan cek fungsi (pastikan
tidak ada kebocoran)
- Gunakan lubrikan yang larut air pada
permukaan posteior LMA
- Berikan sedasi
- Pegang LMA seperti memegang pena dengan
tangan
yang dominan
- Posisi telunjuk pada peralihan antara masker
dan tabung
- Kembangkan cuff LMA
Size
Patient
weight (kg)
Cuff Volume
(mL)
infant
<6,5
2-4
child
6,5 30
Up to 10
Small adult
>30
Up to 20
Normal adult
< 70
Up to 30
Large adult
>70
Up to 30
Komplikasi:
Aspirasi isi lambung, laringospasme,
edem paru dan bronkokonstriksi.
Endotracheal Intubation
Tracheal Tubes
Teknik pemasangan:
- persiapan
- Oksigenasi
- Laringoskop
- Pemasangan pipa
- Posisi pipa
- ventilasi
Laringoskop
Video Laringoskop
Struktur laring lebih jelas
Lebih aman untuk cedera leher
Sniffing Position
Posisi Laringoskop
Auskultasi
Jika intubasi gagal,
jangan mencoba
kembali dengan
cara yang sama
Nasotracheal Intubation
I : Untuk pasien yang bernafas
spontan
Untuk pasien yang bangun bisa
diberikan : lokal anestesi salep ( di
hidung ), spray ( di orofaring), atau
bahkan nerve block.
Cara pemasangan: Mirip dengan cara
pasang NGT
KI : Fraktur basis cranii
Flexible Fiberoptic
Intubation (FOI)
FOI ideal untuk:
- Mulut yang terbuka kecil
- Meminimalkan cervical spine
movement pada trauma dan RA
- Obstruksi pernafasan atas, contoh:
angioedema atau tumor
- Deformitas wajah, trauma pada
wajah
Teknik Ekstubasi
Ada 2 jenis: ekstubasi dalam dan ekstubasi
sadar.
Sebelum ekstubasi: pastikan sudah pulih dari
pengaruh neuromuscular blocking agents.
Ekstubasi selama light plane anesthesia
laryngospasme.
Tanda pasien sadar
Suction dulu sebelum ekstubasi
Harus tetap diberikan ventilasi dengan 100%
oksigen.
Komplikasi
Laringoskopi dan Intubasi
Respon fisiologi
Spasme laring
Spasme bronkus