Professional Documents
Culture Documents
FISIK NEUROLOGI
KESADARAN
Inspeksi,
RANGSANG MENINGEAL
Kaku Kuduk
+ kita dapatkan
tahanan dan dagu
tidak dapat
mencapai dada.
Kaku kuduk dapat
bersifat ringan
atau berat.
Kaku Kuduk (+)
dijumpai pada
Lasegue
+ timbul rasa
sakit dan tahanan
sebelum
mencapai 70
Tanda Lasegue
(+) dijumpai pada
meningitis,
ischialgia, iritasi
pleksus
Kernig Sign
+ terdapat
tahanan dan rasa
nyeri sebelum
atau kurang dari
sudut 135
Kernig Sign (+)
dijumpai pada
penyakit
penyakit seperti
Brudzins
ki I
+ bila
gerakan
fleksi
kepala
disusul
dengan
gerakan
fleksi di
sendi
Brudzins
ki II
+ Bila
timbul
gerakan
secara
reflektori
k berupa
fleksi
tungkai
kontralat
Brudzinski
III
Penekanan
pada pipi
kedua sisi
tepat
dibawah os
zygomaticu
s akan
disusul oleh
gerakan
fleksi
secara
reflektorik
Brudzins
ki IV
+
gerakan
fleksi
secara
reflektori
k pada
kedua
tungkai
disendi
PEMERIKSAAN FUNGSI
VEGETATIF
Yang
Inkontinensia
Retensio
urine
urin
Automatic bladder
Atonic bladder
Anamnesis :
Pemeriksaan:
Apakah miksi
spontan, disadari,
bisa ditahan atau
tidak, keluar terusmenerus atau
sekali keluar sekali
berhenti atau tidak
dapat keluar sama
sekali.
Tekan vesica
urinaria untuk
menentukan
apakah penuh atau
tidak
Observasi ujung
urethra eksterna,
basah terus atau
tidak
Tekan vesica
urinaria apakah
Tingkat Kesadaran
Compos
Mentis = 15
Somnolen
=12-14
Sopor (stupor) =9-11
Koma
=3-8
PEMERIKSAAN N. CRANIALIS
N I = N. OLFACTORIUS
Penderita diminta untuk mengidentifikasi apa
yang tercium olehnya jika suatu botol didekatkan
pada lubang hidungnya.
Pemeriksaan dilakukan terhadap kedua lubang
hidung.
Pemeriksaan dimulai dengan menyuruh
penderita menutup satu lubang hidung.
Kemudian bahan pemeriksaan kita dekatkan
pada lubang hidung sebelahnya.
Terciumnya bau-bauan secara tepat berarti fungsi
penciuman (N.1) kedua belah sisi adalah baik.
Kelainan
penciuman:
Anosmia hilangnya daya
penciuman
Hiposmia daya penciuman
berkurang
Hiperosmia daya penciuman lebih
tajam dari normal
Parosmia rangsangan bau ada
tetapi identifikasinya salah
Halusinasi olfactorik mencium bau
sesuatu tanpa adanya rangsangan
N.II = N. Opticus
Fungsi: untuk penglihatan
Pemeriksaan
meliputi:
Ketajaman penglihatan (visual
acuity)
Tes
Tes
Tes
Tes
kartu Snellen
hitung jari
gerakan jari
cahaya
Lapangan pandang
Tes konfrontasi
Tes kampimetri/perimetri
Kelainan
Papil :
Papil Edema
Papil Atrofi
Tes Warna (color vision testing)
Tes ini untuk mengetahui adanya
buta warna dengan menggunakan
Ishihara.
Gangguan pengenalan warna ini
sering ditemukan pada kasus neuritis
optika, lesi N.II atau lesi khiasma
opticum.
N.III,
N.IV, N.VI = N.
Occulomotorius, N. Trochlearis, N.
Abducen.
Ketiga saraf ini dinamakan Nn.
Occulares karena bersama-sama
mengurus gerakan kedua bola
mata.
M. Oblique
inf (N III)
M. Rectus
superior (N
III)
M. Rectus
med
N III
M. Rectus
lat
(N VI
M. Oblique
sup
N IV
M. Rectus
inf
N III
N.V
= N. Trigeminus
N. Trigeminus terdiri dari:
Saraf motorik, yang mempersarafi otot
pengunyah yaitu M. Masseter, M.
Temporalis, M. Pterigoideus.
Saraf sensorik, yang mempersarafi
wajah dalam 3 cabang yaitu N.
ophtalmicus, N. Maxillaris,
N.Mandibularis.
Pemeriksaan
meliputi :
Motorik
M. Masseter dan M. Temporalis
M. Pterigoideus
Sensorik
Ada 3 cabang sensorik untuk wajah:
- N. Ophtalmicus
- N. Maxillaris
- N. Mandibularis
Pemeriksaan:
Di
Motorik
M. Masseter
M. Pterigoideus
Refleks
Ada 3 refleks yang diperiksa, yaitu:
Refleks kornea
Refleks kornea langsung
Refleks kornea tidak langsung
Refleks
Saraf
Kranial
N.VII = N. Facialis
Pemeriksaan N. Facialis ini meliputi fungsi:
1. Motorik, yang mempersarafi semua otot
wajah kecuali M. Levator palpebra superior
2. Sensorik khas, pengecap 2/3 anterior
lidah
3. Visceromotorik, mengatur sekresi kelenjar
lakrimalis, lingualis, dan submaxillaris
4. Somatosensorik, Rasa nyeri pada lidah,
palatum, MAE, Gendang telinga luar
wajah
Ekspresi muka
(sedih, gembira,
takut, seperti
topeng)
Memperlihatkan gigi
(asimetri)
Meniup sekuatnya,
bandingkan kekuatan
uadara dari pipi masingmasing.
Mengerutkan dahi
test menyengir
Tes sensorik
khusus
(pengecapan)
2/3 depan lidah)
Pemeriksaan dengan
rasa manis, pahit,
asam, asin yang
disentuhkan pada
salah satu sisi lidah.
Bahannya
adalah:Glukosa 5 %,
Nacl 2,5 %, Asam
sitrat 1 %, Kinine
0,075 %.
Sekresi air
mata.
Dengan
menggunakan
Schirmer test
(lakmus merah)
Ukuran : 0,5 cm
x 1,5 cm
Warna berubah
menjadi Biru :
Normal: 10 15
mm ( lama 5
cerumen, obstruksi,
perforasi membran timpani
Inspeksi
pendengaran audiogram
(untuk membedakan tuli saraf
dengan tuli konduktif)
Test
Weber
Membandingkan
Garpu
Bila
Rinne
Maksudnya membandingakn hantaran
tulang dan udara dari pasien.
Pada telinga yang sehat,hantaran udara >
hantaran tulang.
Garpu tala ditempatkan pada planum
mastoid sampai pasien tidak dapat
mendengarnya lagi. Kemudian garpu tala
dipindahkan kedepan meatus eksternus.
Jika pada posisi yang kedua ini masih
terdengar dikatakan test positif. Pada
orang normal test Rinne ini positif. Pada
Conduction deafness test Rinne negatif.
Pada
Swabach
Weber
Tes
Rinne
Swabach
Pemeriksaan
Keseimbangan
stepping test
Romberg test
Pemeriksaan
Keseimbangan
Test
tumit lutut.
Test
diadokinesia
berupa: pronasi
supinasi, tapping jari
tangan.
Test mempertahankan
sikap.
Romberg test
Pasien
tangan
dilakukan dengan
menepuk pinggiran
meja/paha dengan
telapak tangan secara
berselingan bagian volar
dan dorsal tangan
dengan cepat atau
dengan tepukan cepat
jari-jari tangan ke jempol
N. IX dan N X. karena
secara klinis sulit dipisahkan maka
biasanya dibicarakan bersama-sama,
anamnesis meliputi kesedak / keselek
(kelumpuhan palatom), kesulitan
menelan dan disartria(khas bernada
hidung / bindeng)
Pemeriksaan :
Penderita
Pemeriksaan
n.IX dan X
Cara Pemeriksaan
Lakukan
Dalam
Pemeriksaan N.XI
N.XI
= N. Accesorius
Hanya mempunyai komponen
motorik yang mempersarafi
a. M. Trapezius
b. M. Sternocleidomastoideus
Memeriksa m.
Sternocleidomastoi
deus
N.XII = N. Hypoglossus
Bersifat motorik yang mempersarafi
otot-otot penggerak lidah
Cara pemeriksaan:
Penderita diminta membuka mulut
dan menjulurkan lidahnya lurus ke
depan. Perhatikan: Deviasi,
Fasikulasi. Papil lidah: ada atrofi atau
tidak (pada atrofi lidah tampak licin).
PEMERIKSAAN MOTORIK
Upper Motor
Neuron
Badan
sel di
korteks motorik
(girus prefrontal)
Akson berakhir di:
Nukleus saraf
otak
(Kortikobulbaris)
Kornu anterior
medula spinalis
(Kortikospinalis)
Lower Motor
Neuron
Badan
sel:
Nukleus saraf
otak
Kornu anterior
medula spinalis
Akson berakhir di:
Motor end plate
(otot rangka)
Inspeksi
Tonus
Kekuatan
Refleks
Tendon
Refleks
Patologis
UMN
LMN
Normal (disuse
atrophy)
Atrofi
Fasikulasi
Meningkat
Menurun (atau
(kecuali pd akut)
normal)
Menurun
Meningkat
(kecuali pd akut)
Ada
Menurun
Menurun Atau
normal
Tidak ada
Gerakan
involunter
Amati gerakan involunter atau
gerakan diluar kemauan seperti
tremor, khorea, tic, balismus, atetosis,
Myokimia, Myokloni, atau fasikulasi.
Perhatikan lokasi, kecepatan,irama,
dan hubungannya dengan postur
tubuh, aktivitas.
Tonus Otot
Kekuatan
Otot
Pasien disuruh menggerakkan bagian
Nil
ai
0
1
2
3
4
5
Deskripsi
Tidak didapatkan sedikitpun kontraksi otot,
lumpuh total
Terdapat sedikit kontraksi otot, namun tidak
didapatkan gerakan pada persendiaan yang
harus digerakkan oleh otot tersebut
Didapatkan gerakan,tetapi gerakan ini tidak
mampu melawan gaya berat (gravitasi)
Dapat mengadakan gerakan melawan gaya
berat
Disamping dapat melawan gaya berat ia
dapat pula mengatasi sedikit tahanan yang
diberikan
Tidak ada kelumpuhan (normal)
UMN
LMN
Spastik
Hipertonia
Atrofi (-),
fasikulasi (-)
Klonus/kontraks
i & relaksasi
otot bergantian
dengan cepat
(+)
Refleks
patologis (+)
Flaksid
Atoni
Atrofi disertai
fasikulasi
Klonus (-)
Reflek patologis
(-)
Reflek fisiologis:
hiporefleksia/ar
efleksi (tidak
adanya reflex)
Gangguan Ekstrapiramidal
Gangguan
GAIT
Hemiplegik
Steppage gait
gait
Spastik/
(gaya jalan
Scissors gait
(gaya jalan
seperti ayam
(gaya jalan
dengan kaki
jago, pada
dengan
yang lumpuh
paraparese
sirkumduksi
digerakkan
flaccid/paralisis
kedua tungkai)
secara
peroneus)
Parkinsoniann.gait
sirkumduksi)
Waddling gait
(gaya berjalan
(gaya berjalan
dengan sikap tubuh
dengan pantat
agak membungkuk,
& pinggang
kedua tungkai
bergoyang
berfleksi sedikit pada
berlebihan khas
sendi lutut &
untuk
panggul. Langkah
kelemahan otot
dilakukan setengah
tungkai proximal
diseret dengan
misal otot
jangkauan yang
gluteus)
REFLEKS FISIOLOGIS
Stimulus
: ketokan pada jari pemeriksa pada tendon m.
Biseps brachii, posisi lengan setengah ditekuk pada sendi
siku
Respons
: fleksi lengan pada sendi siku.
Afferent
: n. musculucutaneus (C5-6)
Efferenst
: n. musculucutaneus (C5-6)
Stimulus
: ketukan pada tendon otot triseps brachii,
posisi lengan fleksi pada sendi siku dan sedikit pronasi.
Respons
: extensi lengan bawah disendi siku
Afferent
: n. radialis (C 6-7-8)
Efferenst
: n. radialis (C 6-7-8)
Stimulus
: ketukan pada periosteum ujung distal os
radii, posisi lengan setengah fleksi dan sedikit pronasi
Respons
: fleksi lengan bawah di sendi siku dan
supinasi karena kontraksi m. Brachioradialis
Afferent
: n. radialis (C 5-6)
Efferenst
: n. radialis (C 5-6)
REFLEKS PATOLOGIS
Babinski
Goresan harus
dilakukan perlahan,
jangan sampai
mengakibatkan rasa
nyeri, sebab hal ini
akan menimbulkan
refleks menarik kaki
(flight reflex)
Goresan dilakukan
pada telapak kaki
bagian lateral, mulai
dari tumit menuju
Chaddock
Rangsang
diberikan
dengan
jalan
menggoresk
an bagian
lateral
Oppenheim
Mengurut
dengan kuat
tibia dan
otot tibialis
anterior,
Arah
mengurut ke
Schaefer
Memencet
(mencubit) tendon
Achilles
Klonus
Kontraksi ritmik dari otot,
yang timbul bila otot
diregangkan secara pasif
Gordon
Memencet
(mencubit) otot
betis
Hoffman-Trommer
goresan pada kuku
jari tengah pasien
Respon : ibu jari,
telunjuk dan jari
lainnya fleksi
Mendel
Bechterew
Pengetukan
dorsum pedis
pada daerah os
coboideum
Rossolime
kaki bagian atas di
ketuk (sekitar
pangkal/proksimal jari
tengah-telunjuk)
Respon : fleksi jari-jari
Reflex
PEMERIKSAAN SENSORIK
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
pemeriksaan sesnorik yaitu :
Prosedur pemeriksan harus benar-benar
dimengerti oleh penderita,
Ketajaman persepsi dan interpretasi
rangsangan berbeda pada setiap individu,
pada tiap bagian tubuh, pada individu yang
sama tetapi dalam situasi yang berlainan.
Azas simetris: pemeriksaan bagian kiri harus
selalu dibandingkan dengan bagian kanan.
Pemeriksaan ini harus dikerjakan dengan
PRINSIP UMUM
Mencari defisit sensibilitas
Mencari gejala-gejala lain di tempat
gangguan sensibilitas tersebut, misalnya
atrofi, kelemahan otot, refleks
menurun/negative
Lesi saraf perifer sering disertai
berkurang atau hilangnya keringat, kulit
kering, perubahan pada kuku dan
hilangnya sebagian jaringan di bawah
kulit
Pemeriksaan Sensibilitas
Proprioseptif
Pemeriksaan Sensibilitas
Rasa stereognosis.
Dengan
mata tertutup pasien
diminta untuk
Diskriminatif
:
mengenal benda benda yang disodorkan
kepadanya.
Rasa Gramestesia.
Untuk mengenal angka, aksara, bentuk yang
digoreskan diatas kulit pasien, misalnya ditelapak
tangan pasien.
Rasa Barognosia.
Untuk mengenal berat suatu benda.
Rasa topognosia.
Untuk mengenal tempat pada tubuhnya yang
disentuh pasien.
Fungsi bahasa
Apakah ada afasia ?
Afasia motorik
A.m. kortikalis korteks serebri dominan
A.m. subkorikalis subkorteks hemisfer dominan
A.m. transkortikalis korteks Broca dan Wernicke
Afasia sensorik
A.s. kortikalis area korteks Wernicke
A.s subkortikalis subkorteks Wernicke
Word Blindness
Gangguan bahasa lainnya
Apraksia
Agrafia
Alexia
Astereognosia
Abarognosia
Agramesthesia
Asomatognosia
Pemeriksaan
fungsi memori
Pemeriksaan
fungsi orientasi
Nilai maks
ORIENTASI
1
REGISTRASI
3
Sebutkan 3 buah nama benda (apel, meja, atau koin), setiap benda 1 detik,
pasien disuruh mengulangi ketiga nama benda tadi. Nilai 1 untuk setiap
nama benda yang benar. Ulangi sampai pasien dapat menyebutkan dengan
benar dan catat jumlah pengulangan
ATENSI DAN KALKULASI
4
Kurangi 100 dengan 7. Nilai 1 untuk tiap jawaban yang benar. Hentikan
BAHASA
6
buku)
Pasien disuruh mengulang kata-kata namun, tanpa, bila
anda
10
11
Skor
Nilai 24-30 = normal
TOTAL
Nilai 17-23 = gangguan kognitif probable
Nilai 0-16 = gangguan kognitif definit
30
Terima
Kasih..