You are on page 1of 102

SARAF KRANIALIS,SENSIBILITAS

dan aspek klinisnya


dr. Susi Aulina,Sp.S(K)
Wijoyo Halim
BAGIAN NEUROLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNHAS
FK UNIV AL-KHAIRAAT

TIU : Setelah mengikuti proses pembelajaran


ini, mahasiswa diharapkan mampu
mengetahui aspek klinis saraf kranialis
dan sensibilitas berkaitan dengan anatomi
dan fisiologisnya.

TIK : Setelah mengikuti proses pembelajaran


ini, mahasiswa diharapkan mampu :
1. Menerangkan cara memeriksa ke 12
pasang saraf Kranialis mulai dari
persiapan, teknik pemeriksaan dan
interpretasi hasil pemeriksaan.
2. Menerangkan cara memeriksa
sensibilitas mulai dari persiapan,
teknik pemeriksaan dan interpretasi
hasil pemeriksaan.

Buku bacaan yang dianjurkan :

Tata Pemeriksaan Klinis dalam Neurologi


oleh Priguna Sidharta, M.D, Ph.D
Penerbit PT. Dian Rakyat

SARAF KRANIALIS
(OTAK)
Nervi Craniales
Nervus Cranialis

(Jamak)
(Tunggal)

Gambar 1: Tempat keluar Nervi Craniales dari


batang otak

Nn. Craniales
I.
II.
III.
IV.
V.
VI.
VII.
VIII.
IX.
X.
XI.
XII.

N. OLFACTORIUS
N. OPTICUS
N. OCULOMOTORIS
N. TROCHLEARIS
N. TRIGEMINUS
N. ABDUCENS
N. FACIALIS (+ n. intermedius)
N. VESTIBULOCOCHLEARIS
N. GLOSSOPHARYNGEUS
N. VAGUS
N. ACCESSORIUS
N. HYPOGLOSSUS

Nervi Craniales dan fungsinya


I
Nervus Olfactorius
leads signals from the nose to the brain.
II Nervus Opticus
leads the signals of the retina to the
brain.
III Nervus Oculomotorius
eye and eyelid movement as well as the iris
(iris) steers.

Nervi Craniales dan fungsinya


IV Nervus Trochlearis
steers the diagonal upper eye muscle
V Nervus Trigeminus
(Triplet nerve) subdivided themselves into
the eye nerve (nerves ophthalmicus), the
oberkiefernerv (Nervus maxillaris) and the
lower jaw nerve (N.Mandibularis). It leads
sensitive information from the whole face
range to the brain and internal fourth the
chewing musculature.

VI

Nervus Abducens
Internal fourth the lateral eye muscle.
VII Nervus Facialis (Face nerve)
If the musculature of the mimic steers,
also the taste perseption in the front two
thirds ofthe tongue and internal fourth all
head glands mediate except the Parotis.
VIIINervus Vestibulocochlearis (Hearing and
Equilibrium Nerve)
Responsibly for the forwarding of the
information from the hearing snails and
the organ of the equilibrium.

IX Nervus Glossopharyngeus (Tongue Throat


Nerve)
Leads the signal of the rear tongue section to
the brain and internal fourth muscles of the
throat. Importantly for the sip act.
X Nervus Vagus
Main nerve of the Parasympathikus and at the
regularization of the activity of
many
internal organs takes part.

XI Nervus Accessorius
Supplied motor the Musculus trapezius and the
Musculus sternocleidomastoideus. The nervus
accessorius actually rises from that back Mark.
Since it pulls however parallel to back Marks
into the head cave and leaves these than on the
head basis again, it is ranked among the cranial
nerves.
XII Nervus Hypoglosus (Unterzungennerv)
The tongue movement steers

Nn.Craniales berdasarkan
Fungsi
Sifat Nn. Craniales
o
o
o
o

Hanya Sensoris N. I, N. II, dan N. VIII


Hanya Motoris N. III, IV, VI, XI, dan XII
Sensoris + Motoris N. V, VII, IX, dan X
Otonom (Parasympatic) : N. III, VII,
IX, X

PEMERIKSAAN KLINIS
A. NERVUS OLFAKTORIUS (NI) Saraf Penghidu

Persiapan :
Zat

: bau-bauan yang tidak asing


(kopi, teh, tembakau)

Syarat

: penyakit intranasal (-)

Gambar. Pemeriksaan N.I

Cara pemeriksaan:
Pasien diberitahu bahwa daya penciumannya

hendak diperiksa.
Pasien diminta mengidentifikasi apa yg terhidu

olehnya bila suatu botol yg berisi zat tertentu


didekatkan ke salah satu lubang hidungnya.
Lakukan hal yg sama di lubang hidung yg lain.

Penilaian:
Normosmia: mampu menghidu dgn tepat
Anosmia : hilangnya daya penghidu
Hiposmia : daya penghidu kurang tajam (misalnya pd
usila)
Parosmia : terhidu bau yg tdk sesuai (contoh bau
minyak kayu putih diidentifikasi sebagai
bawang goreng)
Kakosmia : mirip dgn parosmia ttp selalu
diidentifikasi sebagai bau yg tidak
menyenangkan.
Halusinasi olfaktorik : terhidu sesuatu tanpa adanya
perangsangan (misalnya pada
psikosis, epilepsi: uncinate fit)

Anosmia, sering dijumpai pada:


Fraktur basis cranii
Komplikasi meningitis
Tumor lobus frontalis (sindroma Foster Kennedy)
Kongenital
Albinismus
Parosmia dan kakosmia, dapat bersifat:
Konversi histerik
Sementara pada trauma capitis

B. NERVUS OPTIKUS (N II)


Pemeriksaan terdiri dari :
a. Ketajaman penglihatan (visual acuity)
b. Lapangan pandang (visual field)
c. Pemeriksaan fundus
d. Pengenalan warna : - stilling ishihara test card
Persiapan:
Ruangan dengan penerangan yang baik
Pastikan penyakit-penyakit pada mata tidak ada
Buta huruf atau tidak
Ketajaman penglihatan diperiksa pada mata bergiliran
Gantungkan kartu snellen pada jarak 5 atau 6 meter

Test Ketajaman Penglihatan

Pemeriksaan visus secara neurologis: bukan untuk


mengoreksi kelainan refraksi.
a. Ketajaman Penglihatan (Visual Acuity)
Jauh : normal 5/5 atau 6/6

Abnormal
Hanya

mampu menghitung jari pada jarak 1


meter: VOS-D: 1/60
Hanya mampu mengenal gerakan tangan: VOSD: 1/300
Hanya mampu mengenal cahaya: VOS-D: 1/~
Tidak mampu mengenal cahaya: VOS-D: 0

N II lanjutan

b. Lapangan Pandang
Tes konfrontasi
Perimeter atau kampimeter
Persiapan tes konfrontasi:
- Pasien diberi penjelasan mengenai tes yg akan
dilakukan.
- Pemeriksa yg normal lapangan pandangnya
duduk berhadapan dgn pasien.
- Kedudukan mata keduanya sama tinggi.
- Pasien tetap menatap ke depan ketika sesuatu
benda yg menyolok didekatkan oleh pemeriksa
memasuki kawasan medan penglihatannya dari
berbagai arah telah terlihat olehnya.

N II lanjutan

Dari tes ini diperoleh medan penglihatan


secara kasar.
Tes perimeter : lihat gambar.
Tes kampimeter : serupa dengan tes
perimeter hanya objek tesnya digerakkan pd
bidang datar.

Gangguan Lapangan Pandang


Lapangan pandang menyempit
Hemianopia
- Heteronim
Bitemporal
Binasal
- Homonim
Kanan
Kiri
Kuadranopia
Gangguan lap. penglihatan satu mata

c. Pemeriksaan Fundus
Persiapan:
Alat: oftalmoskop atau funduskopi

Secara neurologis penting menilai keadaan retina &


papil N II yg mencerminkan keadaan dlm ruang intra
kranial. ( terutama Tekanan Intra Kranial / TIK)
Pasien dapat diperiksa dalam posisi duduk atau

berbaring
Kamar periksa sebaiknya digelapkan terlebih dahulu

Cara memeriksa: lihat gambar :

Kelainan pada papil


Kelainan Funduskopi : - papiledema (batas kabur)
- papil atropi
Gejala papiledema

: - Sakit kepala
- Muntah
- Bradikardi
- Parese N VI atau III, IV

Kelainan pada retina

: oleh penyakit Hipertensi & DM

C. NERVI OKULARES, terdiri dari :


N. Oculomotorius (N III)
N. Trochlearis (N IV)
N. Abducens (N VI)
Hal yang harus dinilai :
1. Celah kelopak mata (menyempit -> dis. Ptosis)
2. Pupil
3. Gerakan bola mata

Ad. 2 : Pemeriksaan Pupil


Normal : Bentuk bulat, isokor, diameter 2-4 mm.
( <2 mm : miosis, > 4 mm : midriasis)
Refleks pupil terhadap cahaya :
Langsung

: terjadi miosis pd mata yg di senter.

Tdk langsung : jatuhkan sinar pd salah satu mata

terjadi miosis pd mata yg tidak


disenter.
( disebut juga refleks cahaya konsensual)

Refleks pupil akomodatif atau konvergensi


Pasien diminta menatap lurus ke depan, kemudian

secara tiba-tiba datangkan suatu benda dengan


cepat kearah pangkal hidung
terjadi kontraksi ke dua otot rektus medialis (=

konvergensi) dan kontraksi otot siliaris (=


konstriksi pupil).

Gambar Pemeriksaan pupil

Ad. 3 : Pemeriksaan Gerakan Bola Mata


Pemeriksaan ini dpt memberikan info penting adanya
lesi mulai dari korteks serebri, mesensefalon sampai
di saraf otak.
Dibedakan :
a. Gerakan b.m. voluntar (diatur oleh korteks
serebri) dilaksanakan oleh otot-otot okular kiri
dan kanan, oleh : fasikulus longit. Medialis, :
Hasil pemeriksaan :
> gerakan konyugat
> gerakan diskonyugat (gerakan konvergen).
b. Gerakan b. m. involuntar :
> nistagmus
> gerakan okulogirik

PERSIAPAN PEMERIKSAAN GERAKAN OKULAR

Palpasi bola mata untuk menilai tekanan intraocular atau adanya


SOL intra orbita bila ada keluhan diplopia.

PEMERIKSAAN
Terhadap gerakan kedua bola mata atas perintah dan gerakan
konyugat reflektorik (gbr 41 hal 258) & gbr 43 & 44 (hal 260).
Penilaian : adakah penyimpangan (deviasi terhdp kedudukan salah
satu bola mata. Deviasi tersebut dinamakan STRABISMUS.
Gerakan konyugat reflektorik disebut dolls eye movement.

D. NERVUS TRIGEMINUS (N.V)


Sensorik : Untuk wajah
Motorik : Untuk otot pengunyah
Refleks :

- Dagu
- Kornea : aferen : NV, eferen N.VII
cara memeriksa refleks cornea
-> Gores sclera ke arah limbus kornea respons
normal : terjadi kedipan mata

Gambar Test Pemeriksaan N.V

KLINIK GANGGUAN N. V
Gejala difisit sensorik negatif: hipestesi

anestesi
Gejala difisit sensorik positif: neuralgia
Idiopatik dan simptomatik: Neuralgia Trigeminal

E. NERVUS FASIALIS (N. VII)


Fungsi Motorik : m. frontalis

m. orbikularis oculi
m. orbikularis oris
Fungsi N. Intermedius (yg bergabung dgn N VII)

- Sensorik : pengecap 2/3 ant. Lidah


- Sekretif Glandula salivatorius

Pemeriksaan fungsi motorik N. VII


1. Inspeksi : gerakan otot wajah volunter
a. kerutan kulit dahi
b. kedipan mata
c. lipatan nasolabialis/sudut mulut
Kelainan yang dapat ditemukan :
- Parese hemifasialis perifer : a,b,c terganggu
- Parese hemifasialis sentral : hanya c
terganggu

Gambar Pemeriksaan N.VII

2. Menilai daya pengecapan 2/3 anterior lidah


Cara : julurkan lidah, keringkan dengan gaas,
oleskan zat perangsang manis, asin, asam, pahit.
Penilaian abnormal : ageusia, hipogeusia,
pargeusia.
Klinis gangguan N. VII yang paling sering
ditemukan : Bells Palsy.
Yaitu kelumpuhan N VII perifer non supuratif,
non-neoplasmatik, non degeneratif, mungkin
akibat edema N VII.

F. NERVUS AKUSTIKUS (N. VIII)


Menyalurkan 2 macam impuls
Pendengaran N. Kokhlearis
Keseimbangan N. Vestibularis

Pemeriksaan daya pendengaran:


Pasien yg kooperatif: dgn rangsang suara, bunyi

arloji, garpu tala atau audiometri.


Pasien yg tdk kooperatif/tdk berespons refleks

aurikulo-palpebral atau akustiko-palpebral

Gambar Pemeriksaan Daya Pendengaran

Pemeriksaan fungsi vestibularis


Fungsi ini diteliti bila terdpt keluhan pusing
1. Observasi sikap berdiri & sikap badan

sewaktu bergerak
2. Observasi nistagmus spontan
3. Observasi nistagmus yg dibangkitkan

Klinik gangguan N. VIII


1. Gangguan daya pendengaran tanpa gangguan vestibuler

proses patologik prekokhlear di:


liang telinga
membrana timpani
sampai dengan kavum timpani

tuli konduktif

2. Gangguan vestibular tanpa gangguan kokhlear


gangguan alat keseimbangan

3. Gangguan vestibular dan kokhlear yg tergabung dalam 1


sindroma/penyakit: Penyakit Meniere, intoksikasi
streptomycin, lesi N.VII akibat trauma, infeksi:
meningitis, arakhnoiditis, penekanan oleh neoplasma,
neuritis akustikus (disfungsi kokhlearis dan vestibularis
bukan oleh sebab infeksi : akbat DM, nefritis,
hipotiroidea, miksedema, avitaminosis).

G. N.GLOSSOFARINGEUS (N.IX) & N.VAGUS


(N.X)
Keduanya mempunyai fungsi yg hampir sama
dalam kawasan yg sangat luas
berbauran satu dgn yg lain

Pemeriksaan fungsi N. IX dan N. X:


Tak dpt mengungkap semua segi fungsionalnya
Secara praktis disfungsi N. IX dan X dapat

diketahui melalui anamnestik: kesukaran


menelan dan regurgitasi.

G. N.GLOSSOFARINGEUS (N.IX) & N.VAGUS


(N.X)
a. Penelitian orofarings:
dalam keadaan istirahat
dalam keadaan berfonasi
pembangkitan refleks: penyentuhan arcus pharyngeus

atau uvula dgn spatel : timbul refleks batuk atau


muntah.

b. Penelitian larings
Suara serak parese N. X unilateral

Gambar Pemeriksaan N.IX, X

Klinis gangguan N. IX dan X


1. Disfagia: kesukaran menelan yang berat (=keselek
= salah telan)
akibat palatum mole parese terjadi regurgitasi
akibat epiglottis tidak bekerja, makanan menuju

larings refleks batuk


bila terganggu bilateral UMN (paralysis

pseudobulbar) disfagia berat: perlu pipa hidung


untuk menyalurkan makanan
2. Suara serak/lemah: kerusakan N. X unilateral

H.ASESORIUS (N.XI) & N.HIPOGLOSUS (N.XII)


* Penilaian fungsi N. XI: - m. trapezius
- m. sternokleidomastoideus
* Klinik gangguan N. XI:
TORTIKOLIS: disfungsi unilateral kedua otot,
kepala miring dgn wajah menoleh ke salah satu sisi,
dagu sedikit terangkat.
Kelumpuhan LMN bilateral kedua otot sehingga
leher/kepala tak dpt ditegakkan (kepala menunduk
ke bawah).

Gambar Pemeriksaan N.XI

Penilaian fungsi N. XII

Otot-otot penggerak lidah :


- m. stiloglosus
- m. hipoglosus
- m. genioglosus
- m. longitudinalis inferior dan superior

Pemeriksaan fungsi N. XII


Pasien diminta menjulurkan lidah: terlihat lidah

menyimpang ke sisi yg lumpuh (lesi UMN dan


LMN) disertai hemiatropi (lesi LMN).

Gambar Pemeriksaan N.XII

Klinik gangguan N. XII:


Disartria (bicara pelo) : pengucapan kata-kata

kurang jelas.
Lidah sering tergigit bila mengunyah.

SENSIBILITAS dan APLIKASI KLINIS


Sensibilitas adalah: segala macam perasaan
yg disadarkan melalui susunan asendens atau
susunan aferen.
Bila ada gangguan di susunan tersebut :
timbul gejala-gejala sensibilitas yang
menunjukkan pola tertentu sesuai lokalisasi
lesi.

Di dlm praktek, terdpt 5 jenis perasaan:


1. Perasaan khusus = perasan panca indera
2.Perasaan eksteroseptif = protopatik: nyeri, suhu,

raba.

3.Perasaan proprioseptif: perasaan gerak, getar, sikap,

tekan. Point 2 & 3 disebut juga SOMESTESIA.

4.Perasaan interoseptif viseroestesia

perangsangan alat-alat perasaan di jaringan yg


berasal dari viseropleura (usus, paru, limpa, dll).
5. Perasaan diskriminatif = multimodalitas, yaitu
perasaan yg sekaligus memberi pengenalan banding.

Gangguan sensibilitas dapat berupa :


Perangsangan thd perasaan protopatik (cth :

nyeri) gejala sensorik positif


Penyumbatan thd penghantaran impuls sensorik
gejala sensorik negatif.
contoh : serasa kesemutan (parestesia)
kulit berasa tebal (hipestesia)
panas (termanestesia)
tekanan (baranestesia)

Persiapan pemeriksaan sensibilitas :


1. Kooperasi pasien
2. Penilaian yang obyektif
3. Peta menifestasi sensorik (Peta dari

Foerster)
Teknik Pemeriksaan sensibiltas : lihat gambar

You might also like