You are on page 1of 30

JURNAL

Oleh :
Anggun Chairunnisa
Elly Rahmawati

Preseptor :
Dr. Andreas Infianto, Sp.P

SMF ILMU PENYAKIT DALAM


RSUD JEND. AHMAD YANI
KOTA METRO
2016
ABSTRAK
Beberapa pusat individual menyampaikan bahwa batuk
kronis lebih banyak diderita oleh wanita juga memiliki
sensitivitas yang lebih tinggi terhadap batuk
Jurnal ini menampilkan beberapa review tentang usia dan
jenis kelamin rujukan secara acak dari 11 klinik batuk.
Dari 10.032 pasien yang memperlihatkan batuk kronis,
dua pertiganya (6591) adalah wanita.
Dosis toleransi maksimum dari capcaisin inhalasi lebih
rendah pada wanita: walaupun begitu, aktivasi yang lebih
significant dari korteks somatosensoris telah diteliti
PENDAHULUAN

Batuk adalah keluhan paling sering yang


disampaikan pasien
Menurut oleh guideline ACPP (American College
of Chest Physicians) bahwa batuk adalah gejala
utama atau gejala dominan yang berlangsung
minimal 8 minggu, dengan atau tanpa bukti
radiologis dari penyakit paru
Batuk kronis dapat terjadi pada kondisi seperti
asma, fibrosis paru, kanker paru atau PPOK
(Penyakit Paru Obstruksi Kronis)
Wanita memiliki respon tinggi untuk berbagai rangsangan
batuk dan hal ini mungkin tercermin dalam perbedaan
yang berhubungan dengan jenis kelamin di pusat
pengolahan sensasi aferen.
Penelitian ini menganalisis data pada umur dan jenis
kelamin secara acak pada 11 klinik spesialis batuk dari
Eropa, Amerika Utara, dan Asia. Untuk menilai apakah
ada perbedaan terkait jenis kelamin yang disebabkan oleh
perbedaan neuro anatomi pada sistem saraf pusat yang
mengatur pusat batuk yang dideteksi oleh pencitraan
dengan fMRI (functionalmagnetic resonance imaging)
METODE
Untuk menguji keterkaitan jenis kelamin dan usia
dengan perbedaan neuro anatomi, digunakan
responden yang sehat baik pria maupun wanita
Responden akan dirangsang untuk batuk dengan

menggunakan inhalasi capsaicin dan akan


diamati kurva respon konsentrasinya.
Dosis maksimum capsaicin yang bisa dihirup

tanpa batuk kemudian diberikan untuk menilai


aktivasi otak yang berhubungan dengan dorongan
untuk batuk
Percobaan diulangi dengan interval 60 detik dan

maksimal 8 kali
HASIL

Jumlah total ada 10.032 pasien yang datang ke


klinik dari November 2003 sampai maret 2013
Dua pertiga dari pasien (n=6591, 66%) yang
datang ke klinik adalah perempuan. Perempuan
memperlihatkan jumlah yg lebih besar dan
konsisten pada setiap klinik batuk
Batuk kronis adalah klinis yang paling sering

muncul pada pasien dengan usia tua, dengan


6821 (68%) dari pasien berusia >50 tahun, 4441
(44%) usia > 60 tahun dan 1783 (18%) usia >70
tahun.
Dosis toleransi maksimal dari capsaicin inhalasi
didapatkan hasil signifikansi yang rendah pada
wanita.
Capsaicin inhalasi berhubungan dengan aktifasi
jaringan pusat saraf batuk yang dideteksi oleh
fMRI, termasuk respon sensori, motorik dan
limbik
Besarnya respon pada korteks primer
somtosensoris wanita didapatkan hasil
signifikansi lebih besar dibandingkan pada pria.
DISKUSI

Distribusi umur dan jenis kelamin pada


kelompok besar pasien di tiga benua hampir
seragam
Contoh yang mungkin paling mencolok pada
perbedaan jenis kelamin ialah patofisiologi
pernapasan
Sementara itu sering dijelaskan pada makalah

yang terkait dengn batuk, sering diabaikan


tentang struktur dan fungsi pernapasan pada
pria dan wanita
Survei epidemiologi mengungkapkan wanita
mendominasi keluhan batuk kronik diluar
populasi umum
Dua kali lebih banyak wanita dibandingkan
dengan pria tentang kemajuan dari batuk
dengan terapi inhibitor angiotensin coverting
enzyme.
Wanita memiliki respon yang sensitif terhadap
reflek batuk dari tes inhalasi asam sitrat, asam
tartarat dan capsaicin
Peningkatan sensitifitas pada reflek batuk juga
dibuktikan pada pasien batuk yang datang ke
klinik dimana data objektif tercatat batuk pada
wanita dua kali lipat dari pria
Penelitian ini akan mengungkapkan bahwa
perempuan memiliki sensitivitas yang
meningkat pada reflek batuk dibandingkan
dengan pria
Penelitian ini membahas tentang aktivitas otak
secara fungsional pada respon capsaicin inhalasi
pada pria dan wanita sehat untuk menilai
perbedaan dalam respon saraf batuk
Capsaicin inhalasi akan mengaktifkan jaringan
saraf yang didistribusikan ke otak manusia
dalam merespon dari batuk
Wanita sangat sensitif pada tes capsaicin dan
meskipun stimulus yang diberikan lebih rendah
besarnya aktivasi di korteks somtosensoris
adalah sekitar dua kali lipat dari pada pria
Daerah korteks somatostatis menampilkan
perbedaan yang berhubungan dengan jenis
kelamin diketahui untuk menerima input
sensorik saluran napas dan diaktikan pada
korelasi erat dengan presepsi intensitas
dorongan individu untuk batuk
Bukti dari studi pencitraan fungsional otak
menunjukkan bahwa mungkin disebabkan oleh
perbedeaan respon pada wanita dan pria.
Ada perbedaan mencolok dalam distribusi usia
pasien yang datang ke klinik dengan subyek
dominan berusia menengah atau lebih tua
Lebih dari dua-pertiga dari pasien berusia 50
tahun dan lima diantaranya berusia 70 tahun
VARECHOVA et al menemukan bahwa berbeda
dengan anak-anak yang berusia lebih muda,
wanita pada akhir masa pubertas memiliki
sensitivitas batuk yang lebih tinggi, yang
mungkin akan sesuai dengan hipotesis di atas
Penelitian memiliki sejumlah keterbatasan.
Sebagai survei kontemporer retrospektif,
verifikasi dalam hal diagnosis dan penyelidikan
tidak ditampilkan. Selain itu, Kurangnya
pengumpulan data yang seragam juga
menghalangi estimasi akurat variabel penting
lainnya seperti riwayat merokok, variabel
fisiologis dan komorbiditas
Hasil yang sesungguhnya pada hubungan antara
jenis kelamin, penuaan dan batuk kronik dengan
analisis cross-sectional pada pasien acak, tetapi
memicu pendapat bahwa karakteristik demografi
mengidentifikasi batuk kronis sebagai suatu
proses penyakit yang berbeda
Dalam beberapa tahun terakhir diagnosis bagi

pasien dengan idiopatik batuk kronik semakin


diterima.
Sindrom batuk hipersensitivitas ditandai dengan
respon yang meningkat dari nosiseptor aferen
dalam saluran napas atas dan dengan riwayat
pencetus kliniis yang khas, gejala saluran napas
atas yang terkait, dan gejala tidak khas pada
gastro-esophageal reflux
Temuan kami bahwa pada dasarnya tidak ada
perbedaan antara latar belakang pasien di tiga
benua dan 11 klinik yang memberikan keyakinan
untuk hipotesa bahwa pasien sendiri, umum dan
kesatuan klinik. kami menyarankan bahwa
sindrom batuk hipersensitivitas menjelaskan
distribusi yang diteliti dalam populasi pasien ini.
JOURNAL READING-CRITICAL
APPRAISAL
TELAAH KRITIS BERDASARKAN
EBM
(P) opulation /problem : Responden pada penelitian yaitu responden
pria dan wanita sehat yang berkunjung ke klinik spesialis batuk yaitu
11 klinik spesialis batuk dari Eropa, Amerika Utara, dan Asia pada
November 2003 sampai maret 2013 dan diidentifikasi data umur dan jenis
kelamin
(I) ntervention : Responden akan dirangsang untuk batuk dengan
menggunakan inhalasi capsaicin dan akan diamati kurva respon
konsentrasinya dan percobaan diulangi dengan interval 60 detik dan
maksimal 8 kali

(C) omparison : Membandingkan antara hubungan jenis kelamin dan


usia terhadap respon batuk pada masing-masing responden.

(O) utcomes : Menilai apakah ada perbedaan terkait jenis kelamin yang
disebabkan oleh perbedaan neuro anatomi pada sistem saraf pusat yang
mengatur pusat batuk yang dideteksi oleh pencitraan dengan fMRI
(functionalmagnetic resonance imaging)
TELAAH KRITIS SECARA KHUSUS
Validity
VALIDITY

Penelitian ini telah mendapat persetujuan etik


dari Melbourne Health Human Research Ethics
Committee, Australia (HREC2007.012 and
HREC2010.085)
Pengolahan statistik data menggunakan T-test
IMPORTANT

Faktor lingkungan, seperti polusi udara,


mungkin juga berperan. Tingginya tingkat polusi
udara secara positif berhubungan dengan batuk
persisten di Cina. Tingkat polusi udara luar
ruangan berhubungan positif dengan batuk
terus-menerus di Cina
APPLICABILITY
Profil demografi dari pasien yang berurutan, yang
memperlihatkan batuk kronis dievaluasi. Tantangan
batuk dengan capcaisin telah dilakukan oleh relawan
normal untuk membangun sebuah kurva respon
konsentrasi. Berikut MRI fungsional selama
pengulangan inhalasi konsentrasi sub tussive
capcaisin diobservasi area aktivasinya dalam otak
dan perbedaan antara jenis kelamin yang
teridentifikasi
Dari 10.032 pasien yang memperlihatkan batuk
kronis, dua pertiganya (6591) adalah wanita
(rata-rata usia 55 tahun). Profil pasien yang
sangat seragam antar senter. Usia yang paling
umum pada presentasi adalah 60-69 tahun.
Dosis toleransi maksimum dari capcaisin
inhalasi lebih rendah pada wanita: walaupun
begitu, aktivasi yang lebih significant dari
korteks somatosensoris telah diteliti.
Pasien yang memperlihatkan batuk kronis dari
ras yang beragam dan latar belakang geografi
memiliki profil demografik yang mencolok
dengan keseragamannya, menunjukan entitas
klinis yang berbeda. Dominasi pada wanita
dapat menjelaskan hubungan perbedaan jenis
kelamin pada pusat pengaturan sensasi batuk.
KESIMPULAN

Dua pertiga dari pasien (n=6591, 66%) yang


datang ke klinik adalah perempuan. Perempuan
memperlihatkan jumlah yg lebih besar dan
konsisten pada setiap klinik batuk individual
Walaupun tidak beberapa menonjol pada
beberapa klinik yang lebih kecil.

Dosis toleransi maksimal dari capsaicin inhalasi


mendapatkan hasil signifikansi yang rendah
pada wanita dibanding pada pria
TERIMA KASIH

You might also like