You are on page 1of 4

Economic Development of

colonial Surabaya and its


impact on natives 1830-1930
Introduction
Sejak pertengahan abad 19 dan awal abad 20, perekonomian
Indonesia menunjukkan perkembangan yang luar biasa
Menurut tahap pembangunan ekonomi Rostow (Rostow 1973),
perekonomian Indonesia pada waktu itu dapat diklasifikasikan pada
tingkat pra-kondisi untuk lepas landas.
Pada kuartal kedua abad 19 (Cultivation System) Surabaya telah
menjadi kawasan ekonomi penting dalam hal ekspor komoditas,
industri dan perdagangan.
Selama periode liberal (1870-1920s), ditandai dengan
diberlakukannya hukum agraria dan hukum gula (Staatsblad van
Nederlandsch-Indie 1870: 55.117)
1880-an banyak investor asing telah berinvestasi secara
ekstensif di sektor pertanian.
Dengan jumlah besar investor menanamkan modalnya
di daerah ini, Surabaya menjadi penting dalam hal
perdagangan internasional.
Selama pembangunan ekonomi yang besar, masalah
kemiskinan di kalangan penduduk asli juga muncul.
Gonggrijp (1957), Burger (1962) dan greetz
menduga bahwa penurunan ekonomi pribumi
disebabkan oleh kesalahan-kesalahan kebijakan
Pembangunan ekspor pertanian di
Surabaya 1830-1930
1. Produksi ekspor pertanian dari Surabaya, 1830-
1870.
Tanah subur di residen Surabaya terletak di
Kabupaten Surabaya (gula tebu), Kabupaten
Mojokerto (tebu \, kopi dan teh) dan Kabupaten
jombang (gula tebu). Di Kabupaten gresik
misalnya, perkebunan lada mencoba keluar tapi
terbukti tidak berbuah. Di Kabupaten Sedayu ini
juga telah mencoba pada tahun 1845 meskipun
tanah telah diselesksi akan tetapi juga tidak bisa
berbuah (tijdchrift voor Nederlandsch-Indie 1850:

You might also like