You are on page 1of 93

PSIKOPATOLOGI

Pembimbing:
Dr. ERLINA SUTJIADI, Sp.KJ (K)

Presentator :
Putra Sang Fajar 0810211093 FK UPN
Arief Rahman 1102011044 FK YARSI
PSIKOPATOLOGI
Definisi
Psikopatologi adalah ilmu yang mempelajari
kelainan atau gangguan dibidang kejiwaan.
Ditinjau dari pengertian tersebut diatas
batasannya sangat luas. Kelainan/ gangguan
dibidang kejiwaan pada dasarnya merupakan
gangguan dari bebagai aspek kepribadian,
misalnya: aspek kesadaran, aspek tingkah laku
atau perbuatan, kehidupan afektif, proses pikir
dsb. Memahami psikopatologi dari bebagai
aspek tsb adalah penting untuk memahami
keadaan gangguan jiwa.
Dalam psikiatri perlu pengenalan dan definisi tanda
dan
Gejala perilaku emosional

Tanda (Sign) adalah temuan objektif yang


diobservasi oleh Dokter (sebagai contohnya afek yang
terbatas dan retardasi psikomotor)
Gejala (symptom) adalah pengalaman subjektif
yang digambarkan oleh pasien (sebagai contohnya
mood yang tertekan dan berkurangnya tenaga)
Suatu sindroma adalah kelompok tanda & gejala
yang terjadi bersama-sama sebagai suatu kondisi
yang dapat dikenali yang mungin kurang spesifik
dibandingkan gangguan atau penyakit yang jelas
I. Kesadaran : Tingkat
Kesadaran
Apersepsi : Persepsi yang dimodifikasi
oleh emosi dan pikiran diri seseorang
Sensorium : Keadaan fungsi kognitif
tentang perasaan khusus (seringkali
digunakan sebagai sinonim kesadaran)
Gangguan kesadaran paling sering
berhubungan dengan asal patologis
A. GANGGUAN KESADARAN
1. Disorientasi : gangguan orientasi waktu, tempat, atau
orang

2. Pengaburan kesadaran : kejernihan ingatan yang


tidak lengkap dengan gangguan persepsi dan sikap

3 Stupor : hilangnya reaksi dan ketidaksadaran terhadap


lingkungan sekeliling

4 Delirium : Kebingungan, gelisah, konfusa, reaksi


disorientasi yang disertai dengan rasa takut dan halusinasi

5. Koma : derajat ketidak sadaran yang berat


A. GANGGUAN KESADARAN

6. Koma Vigil : koma dimana pasien tampak


tertidur tetapi segera dapat dibangunkan
( juga dikenal sebagai mutisme akinetik )

7. Keadaan temaram (twilight state) :


gangguan kesadaran dengan halusinasi

8. Keadaan seperti mimpi ( dreamlike state ):


seringkali digunakan secara sinonim dengan
kejang parsial kompleks atau epilepsi
psikomotor

9. Somnolensi : mengantuk yang abnormal yang


paling sering ditemukan pada proses organik.
B. GANGGUAN ATENSI
(perhatian)

Atensi adalah jumlah usaha yang


dilakukan untuk memusatkan pada
bagian tertentu dari pengalaman,
kemampuan untuk mempertahankan
perhatian pada satu aktivitas,
kemampuan untuk berkonsentrasi
B. GANGGUAN ATENSI
(perhatian)

1. Distraktibilitas : ketidakmampuan
untuk memusatkan atensi
2. Inatensi selektif : hambatan
hanya pada hal-hal yang menimbulkan
kecemasan
3. Hipervigilensi : atensi & pemusatan
yang berlebihan pada semua stimuli
internal dan eksternal, biasanya sekunder
dari keadaan delusional atau paranoid
4. Keadaan tak sadarkan diri
(trance) : atensi yang terpusat dan
kesadaran yang berubah.
C. GANGGUAN
SUGESTIBILITAS
Kepatuhan dan respon yang tidak kritis
terhadap gagasan atau pengaruh
1. Folie a deux ( atau folie a trois ):
penyakit emosional yang
berhubungan antara dua (atau tiga)
orang
2. Hipnosis : modifikasi kesadaran yang
diinduksi secara buatan yang ditandai
dengan peningkatan sugestibilitas
II. EMOSI

Suatu kompleks keadaan perasaan dengan


komponen Psikis, somatik, dan perilaku
yang berhubungan dengan Afek dan mood
A. AFEK
Ekspresi emosi yang terlihat, mungkin tidak
konsisten
dengan emosi yang dikatakan pasien

1. Afek yang sesuai ( appropriate affect ) : kondisi


dimana irama emosional adalah harmonis dengan
gagasan, pikiran, atau pembicaraan yang menyertai.
2. Afek yang tidak sesuai (inappropriate affect) :
ketidakharmonisan antara irama perasaan
emosional dengan gagasan, pikiran, atau
pembicaraan yang menyertainya
3. Afek yang tumpul (blunted affect) : gangguan
pada afek yang di manifestasikan oleh penurunan
berat pada intensitas irama perasaan yang
diungkapkan keluar
A. AFEK
4. Afek yang terbatas (restricted or
constricted affect) : penurunan intensitas
irama perasaan yang kurang parah dari
pada afek yang tumpul tetapi jelas
menurun
5. Afek yang datar (flat affect) : tidak
adanya atau hampir tidak adanya tanda
ekspresi afek, suara yang monoton, wajah
yang tidak bergerak
6. Afek yang labil (labile affect) :
perubahan irama perasaan yang cepat dan
tiba-tiba, yang tidak berhubungan dengan
stimuli eksternal
B. MOOD
Suatu emosi yang meresap dan dipertahankan, yang
dialami secara subjektif dan dilaporkan oleh pasien dan
Terlihat oleh orang lain, contohnya adalah depresi, elasi,
Kemarahan
1. Mood disforik : mood yang tidak menyenangkan
2. Mood eutimik : mood dalam rentang normal
menyatakan tidak adanya mood yang tertekan atau
melambung
3. Mood yang meluap-luap (expansive mood) :
ekspresi perasaan seseorang tanpa pembatasan,
seringkali dengan penilaian yang berlebihan terhadap
kepentingan atau makna seseorang
4. Mood yang iritabel (irritable mood): dengan mudah
diganggu atau dibuat marah
B. MOOD
5. Pergeseran mood (mood yang labil) :
osulasi antara euforia dan depresi atau
kecemasan
6. Mood yang meninggi (elevated mood) :
suasana keyakinan dan kesenangan, suatu
mood yang lebih ceria dari biasanya
7. Euforia: elasi yang kuat dengan perasaan
kebesaran
8. Kegembiraan yang luar biasa (ectasy) :
perasaan kegairahan yang kuat
B. MOOD

9. Depresi : perasaan kesedihan yang psikopatologis


10. Anhedonia : hilangnya minat dan menarik diri dari
semua aktifitas rutin dan menyenangkan, seringkali
disertai dengan depresi
11. Duka cita atau berkabung : kesedihan yang sesuai
dengan kehilangan yang nyata
12. Aleksitimia : ketidakmampuan atau kesulitan dalam
menggambarkan atau menyadari emosi atau mood
seseorang
C. Emosi yang lain
1. Kecemasan : perasaan ketakutan yang
disebabkan oleh dugaan bahaya, yang mungkin
berasal dari dalam atau luar
2. Kecemasan yang mengambang bebas (free
floating anxiety) : rasa takut yang meresap
dan tidak terpusatkan yang tidak berhubungan
dengan suatu gagasan
3. kecemasan yang disebabkan oleh bahaya yang
dikenali secara sadar dan realistik
4. Agitasi : kecemasan berat yang disertai dengan
kegelisahan motorik
C. Emosi yang lain
5. Ketegangan (tension) :
peningkatan aktivitas motorik dan
psikologis yang tidak menyenangkan
6. Panik : serangan kecemasan yang
akut, eposodik, dan kuat yang
disertai dengan perasaan ketakutan
yang melanda dan pelepasan
otonomik
7. Apati : irama emosi yang tumpul
yang disertai dengan pelepasan
(detachment) atau ketidakacuhan
C. Emosi yang lain
8. Ambivalensi : terdapatnya secara
bersama-sama dua impuls yang berlawanan
terhadap hal yang sama pada satu orang
yang sama pada waktu yang sama
9. Abreaksional : pelepasan atau pelimpahan
emosional setelah mengingat pengalaman
yang menakutkan
10. Rasa malu : kegagalan membangun
pengharapan diri
11. Rasa bersalah : emosi sekunder karena
melakukan sesuatu yang dianggap salah
D. Gangguan fisiologis yang
berhubungan dengan mood

Tanda disfungsi somatik (biasanya


otonomik) pada seseorang, paling sering
berhubungan dengan depresi (juga
disebut tanda vegetatif)

1. Anoreksia : hilangnya atau


menurunnya nafsu makan
2. Hiperpagia : meningkatnya nafsu
makan dan asupan makanan
D. Gangguan psikologis yang
berhubungan dengan mood

3. Insomnia : hilangnya atau menurunnya


kemampuan untuk tidur
a. Awal : kesulitan jatuh tertidur
b. Pertengahan : kesulitan tidur sepanjang
malam
terbangun dan kesulitan kembali tidur.
c. Terminal : terbangun pada dini hari
4. Hipersomnia : tidur yang berlebihan
D. Gangguan Psikologis yang
berhubungan dengan mood
5. Variasi diurnal : mood yang secara
teratur terburuk pada pagi hari, segera
setelah terbangun, dan membaik dengan
semakin siangnya hari
6. Penurunan libido : penurunan minat,
dorongan, dan daya seksual (peningkatan
libido sering disertai keadaan manik)
7. Kontipasi : ketidakmampuan atau
kesulitan defekasi
III. Perilaku Motorik (konasi) :

Aspek jiwa yang termasuk impuls,


motivasi, harapan, dorongan, instink,
dan idaman, seperti yang
diekspresikan oleh perilaku atau
aktivitas motorik seseorang
III. Perilaku motorik (konasi)
1. Ekopraksia : peniruan pergerakan yang patologis
seseorang pada orang lain
2. Katatonia : kelainan motorik dalam gangguan non
organik (sebagai lawan dari gangguan kesadaran dan
aktivitas motorik sekunder dari patologi organik)

a. Katalepsi : istilah umum untuk suatu posisi yang


tidak bergerak yang dipertahankan terus menerus

b. Luapan katatonik : aktivitas motorik yang


teragitasi, tidak bertujuan, dan tidak dipengaruhi
oleh stimuli eksternal
2. Katatonia

c. Stupor katatonik : penurunan


aktivitas motorik yang nyata sering kali
sampai titik imobilitas dan tampaknya
tidak menyadari sekeliling

d. Rigiditas katatonik : penerimaan


postur yang kaku yang disadari,
menentang usaha untuk digerakkan
2. Katatonia
e. Posturing katatonik : penerimaan
postur yang tidak sesuai atau kaku yang
disadari, biasanya dipertahankan dalam
waktu yang lama

f. Cerea Flexibilitas (Fleksibilitas lilin):


seseorang dapat diatur dalam suatu
posisi yang kemudian dipertahankannya
III. Perilaku motorik (konasi)
3. Negativisme : tahanan tanpa
motivasi terhadap semua usaha untuk
menggerakan atau terhadap semua
intruksi
4. Katapleksi : hilangnya tonus otot
dan kelemahan secara sementara
yang dicetuskan oleh berbagai
keadaan emosional
5. Strereotipik : pola tindakan fisik
atau bicara yang terfiksasi dan
berulang
III. Perilaku motorik
(konasi)
6. Mannerisme : pergerakan tidak disadari
yang mendarah daging dan kebiasaan
7. Otomatisme : tindakan atau tindakan-
tindakan yang otomatis yang biasanya
mewakili suatu aktivitas simbolik yang tidak
disadari
8. Otomatisme perintah : otomatisme
mengikuti sugesti (juga disebut kepatuhan
otomatik)
9. Mutisme : tidak bersuara tanpa kelainan
struktural
III. Perilaku motorik
(konasi)
10. Overaktivitas :

a. Agitasi psikomotor : overaktivitas motorik


dan kognitif yang berlebihan, biasanya tidak
produktif dan sebagai respon dari ketegangan
dalam

b. Hiperaktivitas : (hiperkinesis): kegelisahan,


agresif, aktivitas destruktif, seringkali disertai
dengan patologi otak dasar

c. Tik : pergerakan motorik yang spasmodik dan


tidak disadari
Overaktivitas :

d. Tidur berjalan (sleepwalking)


(somnambulisme): aktivitas motorik saat
tertidur
e. Akathisia: perasaan subjektif tentang
tegangan motorik sekunder dari medikasi
antipsikotik atau medikasi lain, yang dapat
menyebabkan kegelisahan, melangkah
bolak-balik, duduk dan berdiri berulang-
ulang, dapat disalah artikan sebagai agitasi
psikotik
f. Ataksia: kegagalan koordinasi otot,
iregularitas gerakan otot
g. Folifagia: makan berlebihan yang patologis
Overaktivitas :

h. Kompulsi: impuls yang tidak terkontrol untuk


melakukan suatu tindakan secara berulang

i. Dipsomania: kompulsi untuk minum alkohol


ii. Kleptomania: kompulsi untuk mencuri
iii. Nimfomania: kebutuhan untuk koitus yang
kuat dan
komfulsif pada seorang wanita
h. Kompulsi

iv. Satiriasis: kebutuhan untuk koitus yang kuat


dan komfulsif pada seorang laki-laki
v. Trikotilomania: kompulsi untuk mencabut
rambut
vi. Ritual: aktivitas kompulsif otomatis sifat
menurunkan kecemasan yang orisinil
III. Perilaku motorik (konasi)

11. Hipoaktivitas (hipokinesis): penurunan


aktivitas motorik dan kognitif, seperti pada
retardasi psikomotor, perlambatan pikiran, bicara,
dan pergerakan yang dapat terlihat

12. Mimikri: aktivitas motorik tiruan dan sederhana


pada anak-anak

13. Agresi: tindakan yang kuat dan diarahkan tujuan


yang mungkin verbal atau fisik, bagian motorik
dari afek kekasaran, kemarahan, atau permusuhan
III. Perilaku motorik (konasi)
14. Memerankan (acting out): ekspresi
langsung dari suatu harapan atau
impuls yang tidak disadari dalam
bentuk gerakan, fantasi yang tidak
disadari dihidupkan secara impulsif
dalam perilaku
15. Abulia: penurunan impuls untuk
bertindak dan berfikir, disertai dengan
ketidak acuhan tentang akibat tindakan,
disertai dengan defisit neurologis
IV. Berpikir
Aliran gagasan, simbol dan asosiasi yang
diarahkan oleh tujuan dimulai oleh suatu
masalah atau suatu tugas dan mengarah
pada kesimpulan yang berorientasi
kenyataan, jika terjadi urutan yang logis,
berfikir adalah normal, para praksis
(tergelincir dari logis yang termotivasi
secara tidak disadari juga disebut
pelesetan menurut freud) dianggap
sebagai bagian dari berpikir yang normal
A. Gangguan umum dalam
bentuk atau proses berpikir
1. Gangguan mental: sindroma perilaku atau
psikologis yang bermakna secara klinis, disertai
dengan penderitaan atau ketidakmampuan,
tidak hanya suatu respon yang diperkirakan
dari peristiwa tertentu atau terbatas pada
hubungan antara seseorang dan masyarakat
2. Psikosis: ketidakmampuan untuk membedakan
kenyataan dari fantasi, gangguan tes realitas,
dengan menciptakan realitas baru (berlawanan
dengan neurosis: gangguan mental dimana tes
realitas adalah utuh, perilaku tidak jelas adalah
norma-norma sosial, relatif bertahan lama atau
rekuren tanpa pengobatan
A. Gangguan umum dalam bentuk
atau proses pikir

3. Tes realitas: pemeriksaan dan


perkembangan obyektif tentang dunia
diluar diri
4. Gangguan pikiran formal: gangguan
dalam bentuk pikiran, malahan isi
pikiran, berpikir ditandai dengan
kekenduran asosiasi, neologisme, dan
kontruksi yang tidak logis, proses berpikir
mengalami gangguan, dan orang
didefinisikan sebagai psikotik
A. Gangguan umum dalam bentuk
atau proses pikir
5. Berpikir tidak logis: berpikir mengandung
kesimpulan yang salah atau kontradiksi
internal, hal ini adalah patologis jika nyata
dan tidak disebabkan oleh nilai kultural atau
defisit intelektual
6. Dereisme: aktivitas mental yang tidak
sesuai dengan logika atau pengalaman
7. Berpikir autistik: preokupasi dengan dunia
dalam dan pribadi, istilah digunakan agak
sama dengan dereisme
A. Gangguan umum dalam bentuk
atau proses berpikir

8. Berpikir magis: suatu bentuk pikiran


dereistik, berpikir adalah serupa dengan fase
pra operasional pada masa anak-anak (jean
piaget), dimana pikiran, kata-kata, atau
tindakan mempunyai kekuatan (sebagai
contohnya, mereka dapat menyebabkan
atau mencegah suatu peristiwa)
9. Proses berpikir primer: istilah umum
untuk berpikir yang dereistik, tidak logis,
magis, normalnya ditemukan pada mimpi,
abnormal pada psikosis
B. Gangguan spesifik pada
bentuk
pikiran
1. Neologisme: kata baru yang diciptakan oleh pasien,
seringkali dengan mengkombinasikan suku kata dari
kata-kata lain, untuk alasan keanehan psikologis

2. Word salad (gado-gado kata): campuran kata dan


frasa yang membingungkan

3. Sirkumstansialitas: bicara yang tidak langsung


yang lambat dalam mencapai tujuan tetapi akhirnya
dari titik awal mencapai tujuan yang diharapkan
B. Gangguan spesifik pada
bentuk
pikiran
4. Tangensialitas: ketidakmampuan untuk
mempunyai asosiasi pikiran yang diarahkan oleh
tujuan

5 Inkoherensi (pembicaraan yang tidak logis):


pikiran yang biasanya tidak dapat dimengerti
berjalan bersama pikiran atau kata-kata dengan
hubungan yang tidak logis atau tanpa tata bahasa,
yang menyebabkan disorganisasi

6 Perseverasi: respon terhadap stimulus


sebelumnya yang menetap setelah stimulus baru
diberikan, sering disertai dengan gangguan kognitif
B. Gangguan spesifik pada
bentuk
pikiran
7. Verbigerasi: pengulangan kata-kata atau
frasa-frasa spesifik yang tidak mempunyai arti

8 Ekolalia: pengulangan kata-kata atau frasa-


frasa seseorang oleh orang lain secara
psikopatologis, cenderung berulang dan
menetap, dapat diucapkan dengan mengejek
atau intonasi terputus-putus

9. Kondensasi: penggabungan berbagai


konsep menjadi satu konsep
B. Gangguan spesifik pada
bentuk
10.Jawaban yang tidak relevan: jawaban
pikiran yang
tidak harmonis dengan pertanyaan yang
ditanyakan

11.Pengenduran asosiasi: aliran pikiran dimana


gagasan-gagasan bergeser dari satu subjek
kesubjek lain dalam cara yang sama sekali tidak
berhubungan, jika berat, bicara mungkin
membingungkan (inkoheren)

12. Keluar dari jalur (derailment):


penyimpangan yang mendadak dalam urutan
pikiran tanpa penghambatan; seringkali digunakan
secara sama dengan pengenduran asosiasi
B. Gangguan spesifik pada bentuk
pikiran

13. Flight of ideas: verbalisasi atau permainan


kata-kata yang cepat dan terus menerus
yang menghasilkan pergeseran terus
menerus dari satu ide ke ide lain

14. Asosiasi bunyi (clang association):


asosiasi kata-kata yang mirip bunyinya
tetapi berbeda artinya, kata-kata tidak
mempunyai hubungan logis, dapat termasuk
sajak dan permainan kata
B. Gangguan spesifik pada bentuk
pikiran
15. Penghambatan (blocking): terputusnya
aliran berpikir secara tiba-tiba sebelum pikiran
atau gagasan diselesaikan, setelah suatu
periode terhenti singkat

16. Glossolalia: ekspresi pesan-pesan yang


relevan melalui kata-kata yang tidak dapat
dipahami
C. Gangguan spesifik pada
isi pikiran
1. Kemiskinan isi pikiran: pikiran yang memberikan
sedikit informasi karena tidak ada pengertian,
pengulangan kosong, atau frasa yang tidak jelas

2. Gagasan yang berlebihan: keyakinan palsu yg


dipertahankan dan tidak beralasan yang dipertahankan
secara kurang kuat dibandingkan dengan suatu waham

3. Waham: keyakinan palsu, didasarkan pada kesimpulan


yang salah tentang kenyataan eksternal, tidak sejalan
dengan intelegensia pasien dan latar belakang kultura,
yang tidak dapat dikoreksi dengan suatu alasan
3. Waham

a. Waham yang kacau (bizzare


delusion): keyakinan palsu yang aneh,
mustahil dan sama sekali tidak masuk akal
(sebagai contoh orang dari angkasa luar
telah menanamkan suatu elektroda pada
otak pasien)

b. Waham tersistematisasi: keyakinan


yang palsu yang digabungkan oleh suatu
tema atau peristiwa tunggal (sebagai contoh
pasien dimata-matai oleh agen
rahasia,mafia,atau boss)
3. Waham
c. Waham yang sejalan dengan mood:
waham dengan isi yang sesuai dengan
mood

d. Waham yang tidak sejalan dengan


mood: waham dengan isi yang tidak
mempunyai hubungan dengan mood atau
merupakan mood netral

e. Waham nihilistik: perasaan palsu bahwa


dirinya, orang lain, dan dunia adalah tidak
ada atau berakhir
3. Waham
f. Waham kemiskinan: keyakinan palsu
bahwa pasien kehilangan atau akan
terampas semua harta miliknya

g. Waham somatik: keyakinan yang palsu


menyangkut fungsi tubuh pasien (sebagai
contohnya: keyakinan bahwa otak pasien
adalah berakar atau mencair)
3. Waham

h. Waham paranoid: termasuk waham


persekutorik dan waham referensi, kontrol
dan kebesaran (dibedakan dari ide paranoid,
dimana kecurigaan adalah lebih kecil dari
bagian waham)

i. Waham menyalahkan diri sendiri:


keyakinan yang palsu tentang penyesalan
yang dalam dan bersalah
3. Waham
j. Waham pengendalian: perasaan palsu
bahwa kemauan, pikiran atau perasaan
pasien dikendalikan oleh tenaga dari luar

i. Penarikan pikiran (thought withdrawal):


waham
bahwa pikiran pasien dihilangkan dari ingatan
nya oleh orang lain atau tenaga lain
ii. Penanaman pikiran (thought insertion): waham
bahwa pikiran ditanam dalam pikiran pasien
oleh orang atau tenaga lain
j. Waham Pengendalian

iii. Siar pikiran (thought broadcasting):


waham bahwa pikiran pasien dapat
didengar oleh orang lain, seperti pikiran
mereka sedang disiarkan keudara
iv. Pengendalian pikiran (thought
control): waham bahwa pikiran pasien
dikendalikan oleh orang atau tenaga lain
C. Gangguan spesifik pada
isi pikiran

4. Kecenderungan atau preokupasi pikiran:


pemusatan isi pikiran pada ide tertentu,
disertai dengan irama afektif yang kuat,
seperti kecenderungan paranoid atau pre
okupasi tentang bunuh diri atau membunuh
5. Egomania: preokupasi pada diri sendiri yang
patologis
C. Gangguan spesifik pada
isi pikiran

6. Monomania: preokupasi dengan suatu objek


tunggal
7. Hipokondria: keprihatinan yang berlebihan
tentang kesehatan pasien yang didasarkan
bukan pada patologi organik yang nyata,
tetapi, pada interprestasi yang tidak realistik
terhadap tanda atau sensasi fisik yang
berbagai abnormal
C. Gangguan spesifik pada
isi pikiran

8. Obsesi: ketekunan yang patologis dari suatu


pikiran atau perasaan yang tidak dapat
ditentang yang tidak dapat dihilangkan dari
kesadaran oleh usaha logika, yang disertai
dengan kecemasan (juga dikenal sebagai
perenungan [rumination])
9. Kompulsi: kebutuhan yang patologis untuk
melakukan suatu impuls yang jika ditahan
menyebabkan kecemasan, perilaku berulang
sebagai respon suatu obsesi atau dilakukan
menurut aturan tertentu, tanpa akhir yang
sebenarnya dalam diri selain daripada untuk
mencegah dari terjadi dimasa depan
C. Gangguan spesifik pada
isi pikiran

10. Koprolalia: pengungkapan secara


kompulsif dari kata-kata yang cabul
11. Fobia: rasa takut patologis yang persisten,
irasional, berlebihan, dan selalu terjadi
terhadap suatu jenis stimulasi atau situasi
tertentu; menyebabkan keinginan yang
memaksa untuk menghindari stimulus yang
ditakuti
11. Fobia

a.Fobia sederhana: rasa takut yang jelas


terhadap objek atau situasi yang jelas (sebagai
contohnya rasa takut terhadap laba-laba atau
ular)

b. Fobia sosial: rasa takut akan keramaian


masyarakat, seperti rasa takut berbicara
dengan masyarakat, bekerja, atau makan
dalam masyarakat

c. Akrofobia: rasa takut terhadap tempat


yang tinggi
11. Fobia

d. Agorafobia: rasa takut terhadap tempat


yang terbuka
e. Panfobia: rasa takut terhadap segala
sesuatu
f. Klaustrofobia: rasa takut terhadap
tempat yang tertutup
g. Xenofobia: rasa takut terhadap orang
asing
h. Zoofobia: rasa takut terhadap binatang
V. Bicara

Gagasan, pikiran, perasaan yang diekspresikan


melalui bahasa; komunikasi melalui
penggunaan
kata-kata dan bahasa
A. Gangguan Bicara
1. Tekanan bicara: bicara cepat yaitu
peningkatan jumlah dan kesulitan untuk
memutus pembicaraan
2. Kesukaan bicara (logohea): bicara yang
banyak sekali, bertalian dan logis
3. Kemiskinan bicara (poverty of speech):
pembatasan jumlah bicara yang digunakan:
jawaban mungkin hanya satu suku kata
(monosyllabic)
4. Bicara yang tidak spontan: respon verbal
yang diberikan hanya jika ditanya atau
dibicarakan langsung; tidak ada bicara yang
dimulai dari diri sendiri
A. Gangguan Bicara

5. Kemiskinan isi bicara: bicara yang


adekuat dalam jumlah tetapi memberikan
sedikit informasi karena ketidakjelasan,
kekosongan, atau frasa yang stereotipik
6. Disprosodi: hilangnya irama bicara yang
normal (disebut prosodi)
7. Disartria: kesulitan dalam artikulasi bukan
dalam penemuan kata atau tatabahasa
A. Gangguan Bicara
8. Bicara yang keras atau lemah secara
berlebihan: hilangnya modulasi volume
bicara normal; dapat mencerminkan berbagai
keadaan patologis mulai dari psikosis sampai
depresi sampai ketulian
9. Gagap: pengulangan atau perpanjangan
suara atau suku kata yang sering,
menyebabkan gangguan kefasihan bicara
yang jelas
10. Kekacauan: bicara yang aneh dan disritmik,
yang mengandung semburan yang cepat dan
menyentak
B. Gangguan Afasik
Gangguan dalam pengeluaran bahasa
1. Afasia motorik: gangguan bicara yang
disebabkan oleh gangguan kognitif dimana
pengertian adalah tetap tetapi kemampuan
untuk bicara adalah sangat terganggu; bicara
terhenti-henti, susah payah, dan tidak akurat
2. Afasia sensoris: kehilangan kemampuan
organik untuk mengerti arti kata; bicara
adalah lancar dan spontan, tetapi
membingungkan dan yang bukan-bukan
3. Afasia nominal: kesulitan untuk menemukan
nama yang tepat untuk suatu benda
B. Gangguan Afasik
4. Afasia sintatikal: ketidakmampuan
untuk menyusun kata-kata dalam urutan
yang tepat
5. Afasia logat khusus: kata-kata yang
dihasilkan seluruhnya neologistik; kata-
kata yang bukan-bukan diulangi dengan
berbagai intonasi dan nada suara
6. Afasia global: kombinasi afasia yang
sangat tidak fasih dan afasia fasih yang
berat
VI. Persepsi

Proses memindahkan stimulasi fisik


menjadi Informasi psikologis; proses
mental dimana Stimulasi sensoris
dibawa ke kesadaran
A. Gangguan Persepsi

1. Halusinasi: persepsi sensoris yang palsu


yang tidak disertai dengan stimuli
eksternal yang nyata; mungkin terdapat
atau tidak terdapat interprestasi waham
tentang pengalaman halusinasi
1. Halusinasi
a. Halusinasi hipnagogik: persepsi
sensori yang palsu yang terjadi saat
akan tertidur biasanya dianggap sebagai
fenomena yang nonpatologis
b. Halusinasi hipnopompik: persepsi
palsu yang terjadi saat terbangun dari
tidur, biasanya dianggap tidak patologis
c. Halusinasi dengar (auditoris):
persepsi bunyi yang palsu, biasanya
suara tetapi juga bunyi-bunyi lain,
seperti musik, merupakan halusinasi
yang paling sering pada gangguan
psikiatrik
1. Halusinasi

d. Halusinasi visual: persepsi palsu tentang


penglihatan yang berupa citra yang berbentuk
(sebagai contohnya, orang) dan citra yang tidak
berbentuk (sebagai contohnya, kilatan cahaya),
paling sering pada gangguan organik
e. Halusinasi cium (oflaktoris): persepsi
membau yang palsu, paling sering pada gangguan
organik
f. Halusinasi kecap (gustatoris): persepsi
tentang rasa kecap yang palsu, seperti rasa kecap
yang tidak menyenangkan yang disebabkan oleh
kejang, paling sering pada gangguan organik
1. Halusinasi
g. Halusinasi raba (taktil;haptic): persepsi
palsu tentang perabaan atau sensasi
permukaan, seperti dari tungkai yang
teramputasi (phantom limb), sensasi adanya
gerakan pada atau dibawah kulit (kesemutan)
h. Halusinasi somatik: sensasi palsu tentang
sesuatu hal yang terjadi didalam atau
terhadap tubuh, paling sering berasal dari
visceral
1. Halusinasi

I. Halusinasi liliput: persepsi yang palsu dimana


benda-benda tampak lebih kecil dari ukurannya
j. Halusinasi yang sejalan dengan mood
(mood-congruent hallucination): halusinasi
dimana isi halusinasi adalah konsisten dengan
mood yang tertekan atau manik (sebagai
contohnya, pasien yang mengalami depresi
mendengar suara yang mengatakan bahwa
pasien adalah orang yang jahat, seorang pasien
manik mendengar suara yang mengatakan
bahwa pasien memiliki harga diri, kekuatan dan
pengetahuan yang tinggi)
1. Halusinasi
k. Halusinasi yang tidak sejalan dengan
mood
(mood-incongruent hallucination):
halusinasi dimana isinya tidak konsisten
dengan mood yang tertekan atau manik
(sebagai contohnya, pada depresi, halusinasi
tidak melibatkan tema-tema tersebut seperti
rasa bersalah, penghukuman yang layak
diterima, atau ketidakmampuan; pada mania,
halusinasi tidak mengandung tema-tema
tersebut seperti harga diri atau kekuasaan
yang tinggi)
l. Halusinosis: halusinasi, paling sering adalah
halusinasi dengar, yang berhubungan dengan
penyalahgunaan alkohol kronis dan terjadi
dalam sensorium yang jernih, berbeda dengan
delirium tremens (DTs), yaitu halusinasi yang
terjadi dalam konteks sensorium yang
berkabut
1. Halusinasi

m. Sinestesia: sensasi atau halusinasi yang


disebabkan oleh sensasi lain (sebagai
contohnya, suatu sensasi auditoris yang
disertai atau dicetuskan oleh suatu sensasi
visual, suatu bunyi dialami sebagai dilihat,
atau suatu penglihatan dialami sebagai
didengar)
n. Trailing phenomenon: kelainan persepsi
yang berhubungan dengan obat-obat
halusinogen dimana benda yang bergerak
dilihat sebagai sederetan citra yang terpisah
dan tidak kontinu
2. Ilusi: mispersepsi atau misinterprestasi
terhadap
stimuli eksternal yang nyata

B. Gangguan yang berhubungan dengan


gangguan kognitif:
agnosa-ketidakmampuan untuk mengenali dan
menginterprestasikan kepentingan kesan
sensori
B. Gangguan yang berhubungan
dengan gangguan kognitif:

1. Anosognosia (ketidaktahuan tentang


penyakit): ketidakmampuan untuk mengenali
suatu defek neurologis yang terjadi pada
dirinya
2. Somatopagnosia (ketidaktahuan tentang
tubuh): ketidakmampuan untuk mengenali
suatu bagian tubuh sebagai milik tubuhnya
sendiri (juga disebut sebagai autopagnosia)
3. Agnosia visual: ketidakmampuan untuk
mengenali benda-benda atau orang
B. Gangguan yang berhubungan
dengan gangguan kognitif:
4. Astereognosis: ketidakmampuan untuk
mengenali benda melalui sentuhan
5. Prosofagnosia: ketidakmampuan mengenali
wajah
6. Apraksia: ketidakmampuan untuk melakukan
tugas tertentu
7. Simultagnosia: ketidakmampuan untuk mengerti
lebih dari satu elemen pendangan visual pada
suatu waktu atau untuk mengintegrasikan bagian-
bagian menjadi keseluruhan
8. Adiadokokinesia: ketidakmampuan untuk
melakukan pergerakan yang berubah dengan cepat
C. Gangguan yang berhubungan
dengan fenomena konversi dan
disosiatif:

Somatisasi material yang direpresi atau


perkembangan gejala dan distorsi fisik yang
melibatkan otot volunter atau organ
sensorik tertentu bukan dibawah kontrol
volunter dan tidak disebabkan oleh suatu
gangguan fisik
C. Gangguan yang berhubungan
dengan
fenomena konversi dan disosiatif:

1. Anestesia histerikal: hilangnya modalitas


sensoris yang disebabkan oleh konflik
emosional
2. Makropsia: menyatakan bahwa benda-benda
tampak lebih besar dari sesungguhnya
3. Mikropsia: menyatakan bahwa benda-benda
adalah lebih kecil dari sesungguhnya (baik
makropsia dan mikropsia juga dapat
berhubungan dengan kondisi organik yang
jelas, seperti kejang parsial kompleks
C. Gangguan yang berhubungan
dengan
fenomena konversi dan
disosiatif:
4. Depersonalisasi: suatu perasaan
subjektif merasa tidak nyata, aneh, atau
tidak mengenali diri sendiri
5. Derealisasi: suatu perasaan subjektif
bahwa lingkungan adalah aneh atau
tidak nyata, suatu perasaan tentang
perubahan realitas
C. Gangguan yang berhubungan
dengan
fenomena konversi dan
disosiatif:
6. Fuga (fugue): mengambil identitas baru
pada amnesia identitas yang lama;
seringkali termasuk berjalan-jalan atau
berkelana kelingkungan yang baru
7. Kepribadian ganda (multiple
personality): satu orang yang tampak
pada waktu yang berbeda menjadi dua atau
lebih kepribadian dan karakter yang sama
sekali berbeda (disebut gangguan identitas
disosiatif dalam diagnostic and statistical
manual of mental disorder edisi keempat
[DSM-IV])
VII. Daya Ingat
Fungsi dimana informasi disimpan
diotak dan selanjutnya diingat
kembali kekesadaran
A. Gangguan Daya Ingat
1. Amnesia: ketidakmampuan sebagian
atau keseluruhan untuk mengingat
pengalaman masa lalu, mungkin berasal
dari organik atau emosional

a. Anterograd: amnesia untuk peristiwa


yang
terjadi setelah suatu titik waktu
b. Retrograd: amnesia sebelum suatu
titik wakt
A. Gangguan Daya Ingat
2. Paramnesia: pemalsuan ingatan oleh distorsi
pengingatan

a. Fausse reconnaissance: pengenalan


yang palsu
b. Pemalsuan retrosfektif: ingatan secara
tidak diharapkan (tidak disadari) menjadi
terdistorsi saat disaring melalui keadaan
emosional, kognitif, dan pengalaman pasien
sekarang.
2. Paramnesia
c. Konfabulasi: pengisian kekosongan ingatan
secara tidak disadari oleh pengalaman yang
dibayangkan atau tidak nyata yang dipercaya
pasien tetapi tidak mempunyai dasar
kenyataan, paling sering berhubungan
dengan patologi organik
d. Dj vu: ilusi pengenalan visual dimana
situasi yang baru secara keliru dianggap
sebagai suatu pengulangan ingatan
sebelumnya
2. Paramnesia

e. Deja entendu: ilusi pengenalan auditoris


f. Deja pense: ilusi bahwa suatu pikiran
baru dikenali sebagai pikiran yang
sebelumnya telah dirasakan atau
diekspresikan
g. Jamais vu: perasaan palsu tentang
ketidakkenalan terhadap situasi nyata
yang telah dialami oleh seseorang
A. Gangguan Daya Ingat

3. Hipermensia: peningkatan derajat


penyimpangan dan pengingatan
4. Eidetic Image: ingatan visual tentang
kejelasan halusinasi
5. Screen memory: ingatan yang dapat
ditoleransi secara sadar menutupi ingatan
yang menyakitkan
A. Gangguan Daya Ingat

6. Represi: suatu mekanisme


pertahanan yang ditandai oleh
pelupaan secara tidak disadari
terhadap gagasan atau impuls yang
tidak dapat diterima
7. Letologika: ketidakmampuan
sementara untuk mengingat suatu
nama atau suatu kata benda yang
tepat
B. Tingkat daya ingat
1. Segera (immediate): reproduksi atau
pengingatan hal-hal yang dirasakan
dalam beberapa detik sampai menit
2. Baru saja (recent): pengingatan
peristiwa yang telah lewat beberapa hari
3. Agak lama (recent past): pengingatan
peristiwa yang telah lewat selama
beberapa bulan
4. Jauh (remote): pengingatan peristiwa
yang telah lama terjadi
VII. Intelegensia

Kemampuan untuk mengerti,


mengingat, menggerakkan, dan
menyatukan secara konstruktif
pelajaran sebelumnya dalam
menghadapi situasi yang baru
A. Retardasi mental:
Kurangnya intelegensia sampai derajat dimana
terdapat gangguan pada kinerja sosial dan
kejuruan:
Ringan (I.Q.50 atau 55 sampai kira-kira 70)
Sedang (I.Q.35 atau 40 sampai 50 atau 55)
Berat (I.Q.20 atau 25 sampai 35 atau 40)
Sangat berat (I.Q. dibawah 20)

Istilah lama adalah :


- Idiot (usia mental kurang dari 3 tahun)
- Imbesil (usia mental 3 sampai 7 tahun)
- Moron (usia mental kira-kira 8 tahun)
B. Demensia
Pemburukan fungsi intelektual organik dan
global tanpa pengaburan kesadaran
1. Diskalkulia (akalkulia): hilangnya
kemampuan untuk melakukan perhitungan
yang tidak disebabkan oleh kecemasan
atau gangguan konsentrasi
2. Disgrafia (agrafia): hilangnya
kemampuan untuk menulis dalam gaya
yang kursif, hilangnya struktur kata
3. Aleksia: hilangnya kemampuan membaca
yang sebelumnya dimiliki, tidak
disebabkan oleh gangguan ketajaman
penglihatan
VII. Intelegensia
C. Pseudodemensia: gambaran klinis yang
menyerupai demensia yang tidak disebabkan
oleh suatu kondisi organik; paling sering
disebabkan oleh depresi (sindroma demensia
dari depresi)
D. Berpikir konkret: berpikir harafiah,
penggunaan kiasan yang terbatas tanpa
pengertian nuansa; pikiran satu-dimensional
E. Berpikir abstrak: kemampuan untuk
mengerti nuansa arti; berpikir multidimensional
dengan kemampuan menggunakan kiasan dan
hipotesis dengan tepat
IX. Tilikan (insight)
Kemampuan pasien untuk mengerti penyebab
sebenarnya dan arti dari suatu situasi (seperti
sekumpulan gejala)

A. Tilikan intelektual: mengerti kenyataan objektif


tentang suatu keadaan tanpa kemampuan untuk
menerapkan pengetahuan dalam cara yang berguna untuk
mengatasi situasi

B. Tilikan seseungguhnya: mengerti kenyataan objektif


tentang suatu situasi, disertai dengan daya pendorong
(impetus) motivasi dan emosional untuk mengatasi situasi

C. Tilikan yang terganggu: menghilangnya kemampuan


untuk mengerti kenyataan objektif dari suatu situasi
X. Pertimbangan (judgment)
Kemampuan untuk menilai situasi secara benar
dan untuk bertindak secara tepat didalam situasi
tersebut

A. Pertimbangan kritis: kemampuan untuk menilai,


melihat dan memilih berbagai pilihan didalam suatu situasi

B. Pertimbangan otomatis: kinerja refleks didalam


suatu tindakan

C. Pertimbangan yang terganggu: menghilangnya


kemampuan untuk mengerti suatu situasi dengan benar
dan bertindak secara tepat

You might also like