You are on page 1of 22

Fisiologi dan Mekanisme Persalinan Normal

Disusun Oleh
Carindha Azaria

Dokter Pembimbing
dr. Helmina, Sp.OG

Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah


Jakarta
2016
PERSALINAN / PARTUS

3 fa k to r u ta m a, y a it u :
Didukung oleh ru s) ,
ri tm is o to t p o lo s u te
1. Power : His (kontraksi
kekuatan mengejan ibu.
g e : K ea da a n ja la n la h ir
2. Passa ,
a n jan in (l e ta k , p re se n ta si
3. Passanger : Keada in a n a n a to m ik
d a /t id a k k e la
ukuran/berat janin, a
mayor)
Tanda dan Gejala In partu

, m akin se ri n g te rj ad i dan
b ah
1. Kekuatan his bertam m akin p en dek se h ingga
tr a k si
teratur dengan jarak kon
an ra sa sa k it y an g leb ih hebat
menimbulk
ar len d ir d an da ra h le b ih banyak
2. Kelu s m ul ai m e n da tar dan
a m se rv ik
3. Pada pemeriksaan dal
pembukaan lengkap
FISIOLOGI PERSALINAN
Diferensiasi Aktivitas Uterus
Selama persalinan, uterus berubah bentuk menjadi dua bagian yang berbeda. Segmen atas
berkontraksi secara aktif menjadi lebih tebal ketika persalinan berlangsung. Segmen bawah, relatif
pasif dibandingkan dengan segmen atas.
Segmen atas berkontraksi, mengalami retraksi, dan mendorong janin keluar, sebagai respon terhadap
gaya dorong kontraksi segmen atas.
Segmen bawah berkembang menjadi jalan lahir yang berdinding jauh lebih tipis.
Miometrium pada segmen atas uterus tidak berelaksasi maksimal, tetapi relatif menetap pada panjang
yang lebih pendek. Namun, tegangannya tetap sama seperti sebelum kontraksi. Bagian atas uterus,
atau segmen aktif, berkontraksi ke bawah meski pada saat isinya berkurang, sehingga tegangan
miometrium tetap konstan.
Karena pemendekan serat otot yang terus menerus pada setiap kontraksi, segmen atas uterus yang
aktif menjadi semakin menebal di sepanjang kala pertama dan kedua persalinan dan menjadi tebal
sekali tepat setelah pelahiran janin.
Perubahan Bentuk Uterus
Perubahan bentuk uterus yang terjadi sebagai hasil dari kontraksi menimbulkan dua
efek penting pada proses persalinan, yaitu :
pengurangan diameter horisontal menimbulkan pelurusan kolumna vertebralis janin,
dengan menekankan kutub atasnya rapat-rapat terhadap fundus uteri, sementara kutub
bawah didorong lebih jauh ke bawah dan menuju ke panggul. Pemanjangan janin
berbentuk ovoid yang ditimbulkannya diperkirakan telah mencapai antara 5-10 cm.
Serabut longitudinal ditarik tegang dan karena segmen bawah dan serviks merupakan
satu-satunya bagian uterus yang fleksibel, bagian ini ditarik ke atas pada kutub bawah
janin. Efek ini merupakan faktor yang penting untuk dilatasi serviks pada otot-otot
segmen bawah dan serviks.
Pendataran dan Dilatasi Serviks

Obliterasi atau pendataran serviks adalah pemendekan saluran


serviks dari panjang sekitar 2cm menjadi hanya berupa muara
melingkar dengan tepi hampir setipis kertas
Terjadinya pendataran sempurna adalah sebagai hasil dari
aktivitas miometrium yang meningkat sepanjang persiapan uterus
untuk persalinan
Pendataran menyebabkan ekspulsi sumbat mukus ketika saluran
serviks memendek
Gaya Tambahan dalam Persalinan

Setelah serviks berdilatasi penuh, gaya yang paling penting pada


proses ekspulsi janin adalah gaya yang dihasilkan oleh tekanan
intraabdominal ibu yang meninggi.
Gaya ini terbentuk oleh kontraksi otot-otot abdomen secara
bersamaan melalui upaya pernapasan paksa dengan glotis
tertutup, yang disebut mengejan.
Hal ini dibutuhkan untuk mempermudah ekspulsi bayi.
FASE / KALA PERSALINAN
KALA I PERSALINAN

Dimulai ketika telah tercapai kontraksi uterus dengan frekuensi, intensitas, dan

durasi yang cukup untuk menghasilkan pendataran dan dilatasi serviks yang
progresif

Berakhir pada waktu pembukaan serviks telah lengkap. Selaput ketuban

biasanya pecah spontan pada saat akhir kala 1

Pada primigravida, ostium uteri internum akan membuka terlebih dahulu,

sehingga serviks akan mendatar dan menipis, kemudian osteum uteri eksternum
membuka. Pada multigravida osteum uteri internum dan eksternum akan
membuka bersamaan, sehingga penipisan dan pendataran serviks terjadi dalam
saat yang sama
KALA I PERSALINAN
Penanganan :
Bantulah ibu dalam persalinan jika ia tampak gelisah, ketakutan, dan kesakitan berilah dukungan dan
yakinkan dirinya, berikan informasi mengenai proses dan kemajuan persalinannya
Jika ibu tersebut tampak kesakitan, dukungan/asuhan yang dapat diberikan lakukan perubahan posisi
sesuai dengan keinginan ibu, tetapi jika ibu ingin di tempat tidur sebaiknya dianjurkan tidur miring ke
kiri
Ajak orang yang menemaninya (suami atau ibunya) untuk memijat atau menggosok punggungnya
atau membasuh mukanya di antara kontraksi
Ibu diperbolehkan melakukan aktivitas sesuai dengan kesanggupannya
Ajarkan teknik bernapas : ibu diminta untuk menarik napas panjang, menahan napasnya sebentar
kemudian dilepaskan dengan cara meniup udara ke luar sewaktu terasa kontraksi
Untuk memenuhi kebutuhan energi dan mencegah dehidrasi, berikan cukup minum
Sarankan ibu untuk berkemih sesering mungkin
KALA II PERSALINAN

Dimulai ketika dilatasi serviks sudah lengkap, dan berakhir ketika janin sudah

lahir. His menjadi lebih kuat dan lebih cepat, kira-kira 2 sampai 3 menit sekali.

Peristiwa penting pada persalinan normal : bagian terbawah janin (kepala) turun

sampai dasar panggul, timbul dorongan untuk mengejan yang semakin berat,
perineum meregang dan anus membuka.

Kepala dilahirkan lebih dulu, dengan suboksiput di bawah simfisis (simfisis pubis

sebagai sumbu putar / hipomoklion), selanjutnya dilahirkan badan dan anggota


badan.

Kemungkinan diperlukan pemotongan jaringan perineum untuk memperbesar

jalan lahir (episiotomi).


Gerakan utama pengeluaran janin pada posisi belakang kepala

Kepala masuk pintu atas panggul : sumbu kepala janin dapat tegak lurus
dengan pintu atas panggul (sinklitismus) atau miring / membentuk sudut
dengan pintu atas panggul (asinklitismus anterior / posterior).
Gerakan utama pengeluaran janin pada posisi belakang kepala

Terjadi penurunan kepala ke dalam rongga panggul, akibat


dari :
Tekanan intrauterin yang disebabkan oleh his berulang-
ulang
Tekanan langsung dari kontraksi fundus pada janin
Tekanan dari cairan amnion

Dengan fleksi kepala janin memasuki ruang panggul, sampai di


dasar panggul kepala janin berada dalam keadaan fleksi
maksimal.

Kemudian terjadi putaran paksi dalam, akibat dari :


Elastisitas diafragma pelvis
Tekanan intrauterin yang disebabkan oleh his berulang-
ulang
Gerakan utama pengeluaran janin pada posisi belakang kepala

Dengan suboksiput sebagai hipomoklion, kepala


mengadakan defleksi untuk dapat dilahirkan.
Pada tiap his vulva lebih membuka dan kepala janin
semakin tampak, perineum menjadi semakin lebar
dan tipis, anus membuka dinding rektum.
Dengan kekuatan his bersama dengan kekuatan
mengejan, berturut-turut tampak bregma, dahi, muka,
dan akhirnya dagu.
Sesudah kepala lahir, kepala segera mengadakan
rotasi, yang disebut putaran paksi luar.
Gerakan utama pengeluaran janin pada posisi belakang kepala

Bahu melintasi pintu atas panggul dalam keadaan


miring. Di dalam rongga panggul bahu akan
menyesuaikan diri dengan bentuk panggul yang
dilaluinya
Apabila kepala telah dilahirkan, bahu akan berada
dalam posisi depan belakang. Bahu depan dilahirkan
terlebih dahulu, kemudian bahu belakang.
Ekspulsi, setelah bahu lahir, bagian tubuh lainnya
akan dikeluarkan dengan mudah. Selanjutnya lahir
badan (toraks, abdomen) dan lengan, pinggul /
trokanter depan dan belakang, tungkai dan kaki.
KALA II PERSALINAN
Penanganan :
Memberikan dukungan terus menerus kepada ibu dengan mendampingi ibu
agar merasa nyaman, menawarkan minum, mengipasi dan memijat ibu
Ibu tetap dijaga kebersihannya agar terhindar dari infeksi, jika ada darah
lendir atau cairan ketuban segera dibersihkan
Mengatur posisi ibu, dalam membimbing mengedan dapat dipilih posisi
berikut jongkok, menungging, tidur miring, setengah duduk
Menjaga kandung kemih tetap kosong, ibu dianjurkan berkemih sesering
mungkin
Memberikan cukup minum untuk menambah tenaga dan mencegah
dehidrasi
KALA III PERSALINAN
Dimulai segera setelah janin lahir dan melibatkan pelepasan dan ekspulsi plasenta. Berakhir
dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban janin.
Karena bayi sudah lahir, uterus secara spontan berkontraksi keras dengan isi yang sudah
kosong. Normalnya, pada saat bayi selesai dilahirkan rongga uterus hampir terobliterasi dan
organ ini berupa suatu massa otot yang hampir padat, dengan tebal beberapa sentimeter di atas
segmen bawah yang lebih tipis.
Fundus uteri sekarang terletak di bawah batas ketinggian umbilikus. Penyusutan ukuran uterus
yang mendadak ini selalu disertai dengan pengurangan bidang tempat implantasi plasenta.
Agar plasenta dapat mengakomodasikan diri terhadap permukaan yang mengecil ini, organ ini
memperbesar ketebalannya, tetapi elastisitas plasenta terbatas, plasenta terpaksa menekuk.
Tegangan yang dihasilkannya menyebabkan lapisan desidua yang paling lemah lapisan
spongisoa, atau desidua spongisoa mengalah, dan pemisahan terjadi di tempat ini.
Oleh karena itu, terjadi pelepasan plasenta dan mengecilnya ukuran tempat implantasi di
bawahnya. Biasanya plasenta lepas dalam 6-15 menit setelah bayi lahir.
KALA III PERSALINAN
Penanganan :
Memberikan oksitosin untuk merangsang uterus berkontraksi yang juga mempercepat pelepasan
plasenta, oksitosin dapat diberikan dalam 2 menit setelah kelahiran bayi. Jika oksitosin tidak
tersedia, rangsang putting payudara ibu atau susukan bayi guna menghasilkan oksitosin alamiah
atau berikan ergometrin 0,2 mg IM
Lakukan PTT (Penegangan Tali pusat Terkendali) atau CTT (Controled Cord Traction) dengan
cara satu tangan diletakkan pada korpus uteri tepat di atas simfisis pubis. Selama kontraksi
tangan mendorong korpus uteri dengan gerakan dorso kranial ke arah belakang dan ke arah
kepala ibu. Tangan yang satu memegang tali pusat dengan klem 5-6cm di depan vulva. Jaga
tahanan ringan pada tali pusat dan tunggu adanya kontraksi kuat 2-3menit. Selama kontraksi,
lakukan tarikan terkendali pada tali pusat yang terus menerus, dalam tegangan yang sama
dengan tangan ke uterus
KALA III PERSALINAN

PTT dilakukan hanya selama uterus berkontraksi. Tangan pada uterus merasakan kontraksi, ibu
dapat juga memberi tahu petugas ketika ia merasakan kontraksi. Ketika uterus sedang tidak
berkontraksi, tangan petugas dapat tetap berada pada uterus, tetapi bukan melakukan PTT. Ulangi
langkah-langkah PTT pada setiap kontraksi sampai plasenta terlepas.
Begitu plasenta terasa lepas, keluarkan dengan menggerakkan tangan atau klem pada tali pusat
mendekati plasenta, keluarkan plasenta dengan gerakan ke bawah dan ke atas sesuai dengan jalan
lahir. Kedua tangan dapat memegang plasenta dan perlahan memutar plasenta searah jarum jam
untuk mengeluarkan selaput ketuban
Segera setelah plasenta dan selaputnya dikeluarkan, masase fundus agar menimbulkan kontraksi.
Hal ini dapat mengurangi pengeluaran darah dan mencegah perdarahan pascapersalinan. Jika uterus
tidak berkontraksi kuat selama 10-15 detik, atau jika perdarahan hebat terjadi, segera lakukan
kompresi bimanual dalam. Jika atonia uteri tidak teratasi dalam waktu 1-2 menit, ikuti protokol
untuk peradarah pascapersalinan
KALA III PERSALINAN

Jika menggunakan manajemen aktif dan plasenta belum juga lahir dalam waktu 15
menit, berikan oksitosin 10 unit IM, dosis kedua dalam jarak waktu 15 menit dari dosis
pertama
Jika menggunakan manajemen aktif dan plasenta belum juga lahir dalam waktu 30
menit :
Periksa kandung kemih dan lakukan kateterisasi jika kandung kemih penuh
Periksa adanya tanda-tanda pelepasan plasenta
Berikan oksitosin 10 unit IM dosis ketiga, dalam jarak 15 menit dosis sebelumnya
Siapkan rujukan jika tidak ada tanda-tanda pelepasan plasenta
Periksa daerah kewanitaan secara seksama dan jahit semua robekan pada serviks atau
vagina atau perbaiki episiotomi
KALA IV PERSALINAN
Dimulai saat plasenta lahir sampai 2 jam pertama post partum
Keduanya baru saja mengalami perubahan fisik yang luar biasa
Rata-rata perdarahan normal adalah 250 cc, perdarahan persalinan yang lebih dari 500
cc adalah perdarahan abnormal

Penanganan :
Periksa fundus setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 20-30 menit selama jam
kedua.
Periksa tekanan darah, nadi, kantung kemih, dan perdarahan setiap 15 menit pada jam
pertama dan setiap 30 menit selama jam kedua
Anjurkan ibu untuk minum demi mencegah dehidrasi dan tawarkan ibu makanan dan
minuman yang disukainya
Bersihkan perineum ibu dan kenakan pakaian ibu yang bersih dan kering dan biarkan ibu
beristirahat
Biarkan bayi berada pada ibu untuk meningkatkan hubungan ibu dan bayi, sebagai
permulaan dengan menyusui bayinya
Bayi sangat siap segera setelah kelahiran. Hal ini sangat tepat untuk memulai
memberikan ASI, menyusui juga membantu uterus berkontraksi

You might also like