PO. 714241141029 DIV FISIOTERAPI POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR PENGERTIAN Penyakit Huntington merupakan penyakit herediter yang jarang terjadi, dinamakan sesuai nama seorang dokter Amerika George Huntington yang pertama kali menulis penyakit ini pada tahun 1872. Nama awal penyakit ini adalah chorea Huntington, dari bahasa Yunani yang berarti tarian. Chorea digambarkan sebagai gerakan memutar, memuntir, membelit, tidak terkontrol dan konstan yang memburuk secara progresif sejalan dengan berkembangnya penyakit. Namun, beberapa penderita Huntington awitan- dewasa mengalami rigiditas berat dan tidak mampu bergerak yang berat tetapi bukan chorea, sehingga gejala dominannya adalah akinesia. 1-3 EPIDEMIOLOGI Distribusi global Penyakit Huntington cukup menarik. Umumnya penyakit tersebutdiasosiasikan dengan populasi Eropa Barat, namun kasusnya juga ada di wilayah lain sepertiTasmania dan Papua Nugini. Pada kasus Tasmania, seorang Janda, yang pada 1848meninggalkan desanya di Somerset, Inggris dan pindah ke Australia bersama 13 anaknya. Pada1964, sebagian besar di antara 120 orang penderita Huntington di Tasmania merupakanketurunan keluarga tersebut. Pada kasus Papua Nugini, kemungkinan Penyakit Huntington dibawa oleh para pemburuikan paus dari New England pada awal abad ke-20. Buku harian mereka menceritakan bahwakapal mereka dikunjungi oleh warga pribumi yang telanjang dan ramah dan selanjutnyabeberapa anak hasil perkawinan warga pribumi dengan para pelaut mewarisi gen salinanPenyakit Huntington. Data epidemiologis menunjukkan bahwa Penyakit Huntington umumyamenyebar melalui migrasi manusia dari Eropa Barat.Kasus penyebaran Penyakit Huntington tertinggi di dunia terletak di desa-desa terpencilsepanjang pantai Danau Maracaibo, Venezuela. Penyakit tersebut datang (kemungkinan dariseorang pelaut Inggris) pada awal abad ke-19 dan selanjutnya mengalami peningkatanfrekuensi hingga lebih dari 70 kali lipat frekuensi biasanya di ETIOLOGI
Huntington merupakan suatu penyakit yang
bersifat genetik autosomal, sehingga penyebab satu-satunya dari Huntington disease ini adalah terjadinya pewarisan gen dari seorang pengidap ke anaknya, pada kasus yang sangat jarang, diperkirakan jikalau Huntington Disease dapat terjadi tanpa faktor keturunan ketika terjadi mutasi spesifik pada kromosom ke 4 yang menyebabkan terjadinya replikasi yang berlebihan pada trinukleotid CAG.1,2,3) Patofisiologi Atrofi bilateral pada daerah kepala nukleus kaudatus dan putamen merupakan karakteristik abnormalitas dari Huntington disease, dan umumnya juga ditemukan atrofi girus pada daerah lobus frontal dan temporal. Atrofi dari nuklelus kaudatus menyebabkan terjadinya perubahan penampakan dari frontal horns yang terbentuk pada gambar CT scan kepala karena adanya ventrikel lateral dextra dan sinisitra, karena kepala dari nukleus kaudatus akan memberi gambaran menonjol pada ventrikel. Selain itu ventrikel otak akan nampak membesar yang berjalan seiringan dengan progresivitas penyakit ini.1) Secara mikroskopik, degenerasi yang terjadi dibagi menjadi 3 stadium, early, moderately advanced, dan far advanced. Pada stadium awal, meskipun sudah terdiagnosa oleh pemeriksaan genetik, tidak terdapat lesi striatal, sehingga dari hal ini dapat disimpulkan bila manifestasi yang muncul terjadi karena adanya kelainan biokimiawi atau perubahan infrastruktural. Penemuan ini didukung dengan pemeriksaan PET scan pada penderita Huntington disease dimana ditemukan karakteristik penurunan metabolisme glukosa di nukleus kaudatus yang mendahului hilangnya jaringan pada tahap lanjut. Daerah anterior dari kaudatus dan putamen umumnya yang terkena secara lebih ekstensif dibandingkan daerah posteriornya. Beberapa peneliti menemukan berbagai perubahan pada globus pallidus, nukleus subthalamikus, nukleus merah, cerebellum, dan pars retikulata dari substansia nigra. Pada daerah korteks serebrum, didapatkan neuronal loss yang digantikan oleh jaringan glia.1,3) Mekanisme dari Huntington disease merupakan suatu patogenesis yang jelas namun masih sulit dimengerti. Ekspansi dari regio poliglutamine dari Huntingtin ( protein produk gen Huntington ) menyebabkan terjadinya agregasi protein tersebut pada nukleus neuron otak. Lebih dari itu, protein tersebut memiliki kecenderungan untuk beragregasi pada neuron daerah striatal dan korteks otak. Hasil penelitian dari Wetz menyimpulkan jikalau protein ini bersifat toksik terhadap neuron secara langsung atau dalam bentuk yang tak teragregasi. Namun letak permasalahannya ada pada dominasi agregasi protein Huntingtin yang terutama pada daerah korteks, sedangkan neuron loss terdapat pada daerah striatal. Sebuah teori menyatakan jikalau Huntingtin akan menyebabkan neuron tertentu lebih sensitif pada glutamat-mediated eksitotoksisitas. Selain itu, sekarang dikemukakan 2 mekanisme yang berdasarkan pada interupsi transkripsi protein karena ikatan protein huntingtin pada protein untuk transkripsi, atau terjadi disfungsi mitokondrial terjadi secara langsung atau melalui mekanisme transkripsi yang sama. Karena ekspansi poliglutamine ditemui pada berbagai kelainan neurodegeneratif.1) Manifestasi Klinis Gejala klinis ditandai dengan gerakan chorea, gejala psikiatri, dan demensia. Gerakan chorea ini terjadi secara tiba-tiba, singkat, asimetri, tersendat-sendat yang melibatkan wajah, lidah, dan ekstremitas. Gerakan ini muncul secara spontan selama melakukan kegiatan volunter yang lama-kelamaan dapat menyebabkan gangguan cara berjalan yang berat, gangguan berbicara, dan gangguan menelan. Pada masa anak-anak, gejala yang timbul dapat berupa rigiditas akinetik, dystonia, dan kejang dengan masa klinis yang lebih pendek.1-6 Gejala psikiatri dapat bervariasi, termasuk di antaranya gangguan tingkah laku dan gangguan kepribadian, mood, dan afektif, utamanya depresi, dan psikotik yang sering menjadi skizofrenia. Gejala-gejala ini diikuti dengan penurunan fungsi kognitif yang lambat laun menjadi demensia. Alkoholisme dan bunuh diri memiliki insidens yang tinggi pada penyakit ini di mana perjalanan klinisnya rata-rata 10-15 tahun. DIAGNOSIS
Bila pasien sudah menunjukan manifestasinya
secara nyata, pemeriksaan lanjutan tidaklah diperlukan. Kesulitan dalam penegakan diagnosis terutama terletak pada kurangnya riwayat keluarga, namun menunjukan chorea yang progresif, gangguan emosi, dan mengalami dementia. Namun hal tersebut dapat diatasi dengan pemeriksaan genetik. Adanya pengulangan CAG lebih dari 39 kali pada lokus huntington merupakan diagnosis definitif dari penyakit huntington ini. 1) DIAGNOSIS BANDING Bila Chorea muncul pada usia tua, kemungkinan penyebabnya bisa bermacam macam, contohnya senile chorea yang dapat disebabkan oleh infeksi, hiperglikemia, stroke, dan tirotoksikosis. Namun umumnya senile chorea menghilang dalam beberapa minggu. Untuk memastikan diagnosa pada chorea yang muncul di usia tua, dapat dilakukan anamnesis lengkap dan penyesuaian gejala dengan Huntington Disease, atau dengan pemeriksaan gen Huntington. 1,3) Bila Chorea muncul pada usia muda, umumnya dibandingkan dengan syndenham chorea, atau lupus dengan antiphospholipid antibodies, atau penggunaan kokain, namun ketiganya tidak memiliki hubungan familial yang nyata dan tidak terjadi penurunan tingkat kecerdasan. Benign Inherited Chorea yang dapat diturunkan secara autosomal merupakan salah satu diagnosis bandingnya, namun umumnya Benign Inherited Chorea bermanifestasi pada usia sebelum 5 tahun, progresivitasnya lambat, dan tidak ada gangguan mental. Terdapat beberapa penyakit neurodegeneratif yang dapat dibandingkan dengan Huntington, contohnya seperti polymyoclonus, acanthocytosis dengan chorea progresif, atau dentatorubropallidoluysian degeneration yang hanya bisa disingkirkan dengan pemeriksaan genetik. 1,3 Selain itu huntington disease juga dapat dibandingkan dengan wilson disease dan tardive diskinesia. Wilson disease dapat disingkirkan dengan pemeriksaan kadar serum tembaga dalam darah dan ceruloplasmin, sedangkan untuk tardive diskinesia dapat disingkirkan dengan anamnesa lengkap pasien terutama mengenai pengobatan terakhir pasien.1,3) Penatalaksanaan
Pengobatan secara non-medikamentosa
dapat dilakukan dengan fisioterapi, konseling psikiatrik (psikoterapi), dan terapi okupasi. Peranan seorang psikoterapis/psikiater dibutuhkan dalam membantu pasien untuk menangani masalah masalah perilaku (behavior disorder), dapat memberi masukan masukan strategis, memberi harapan selama menjalani proses terapi penyakit dan dapat menjadi fasilitator yang efektif diantara anggota keluarga penderita.18 Prognosis
Belum ada pengobatan kausatif bagi
penderita Huntington. Pengobatan hanya bersifat simptomatis agar dapat menghambat progresivitas klinis penyakit yang sudah ada.2 Sejalan dengan progresivitas penyakitnya, penderita Huntington lebih cenderung untuk meninggal. Namun hal ini tetap tergantung kepada lingkungan internal dan eksternal tubuh penderita itu sendiri.19