You are on page 1of 39

KONSEP PPDGJ

dr. Antina Nevi Hidayati, Sp.K.J.


RSUD
085232846519
GANGGUAN JIWA?
Kanjeng Dimas?
AA Gatot?
Lia Eden ?
Pengikutnya?
Koruptor? Durhaka pada orangtua?
LGBT?
Anak Punk? Perokok?
Anda ?
NORMAL
GANGGUAN JIWA RINGAN
GANGGUAN JIWA BERAT
PERLU STANDARD
STANDARISASI PENGGOLONGAN
DIAGNOSIS

PENTING!
!!!!
Sebagai pedoman yang valid dan
reliabel
Alat berkomunikasi dan
bekerjasama, antar klinisi, peneliti,
administrator, penanggung
biaya/asuransi, kebutuhan forensik
Berlaku dalam lingkup yang luas,
internasional.
PPDGJ
PEDOMAN PENGGOLONGAN dan
DIAGNOSIS GANGGUAN JIWA
PPDGJ I : 1973, ICD 8 bab V, 290-31
Monoaksial
PPDGJ II : 1983, ICD 9, telah memiliki
sistem hirarki diagnosis, kriteria
diagnosis DSM III
PPDJ III
1992 WHO International Clasification of
Diagnosis (ICD) 10
Dirjen keswa + Departemen Psikiatri
Fakultas Kedokteran dan RS ABRI/TNI
memprakarsai terbitnya PPDGJ III
Dasar penyusunan : berdasar ICD 10 dan
DSM-III R (Diagnostic and Statistical Manual
III Revised ) + diagnosis multiaksial DSM IV
Terjemahan dari ICD 10, bab V/kelompok F
Sebagaimana DSM, sifatnya deskriptif,
dan ateoretikal, tanpa terikat teori
hanya berdasarkan statistik dari gejala
dan tanda dinampakkan oleh suatu
gangguan
Contoh SKIZOFRENIA: gangguan yang
ditunjukkan oleh suatu rangkaian gejala
1,2,3 yang terjadi selama, prosesnya
perlahan dgn kondisi prodromal
Teori tentang proses perubahan gen dan
proses neurologis skizofrenia diabaikan.
Bila teori genetik digunakan maka
skizofrenia adalah suatu spektrum dari
kondisi ringan berupa gangguan saccadic
eye movement pada keluarga pasien,
hingga penelantara diri
Bila teori penyebab neurologis digunakan
maka diagnosis skizofrenia baru tegak
dengan petscan, atau munculnya kondisi
pelebaran ventrikel otak.
GANGGUAN /DISORDER , bukan istilah
yang pasti, seperti penyakit
/desease/illness, menyatakan adanya
suatu kelompok gejala atau perilaku
klinis khas, disertai penderitaan/distress,
dan perubahan fungsi.
Bukan penggolongan orangnya, namun
gangguannya
Tidak berbatas jelas, tidak sama pada
tiap orang, meskipun ciri-ciri gangguan
sama
KAPAN DISEBUT GANGGUAN
JIWA?
DSM IV : gangguan jiwa meliputi sekumpulan
gejala atau pola psikologis dan perilaku pada
seseorang, yang secara klinis bermakna dan
berkaitan dengan penderitaan atau
penurunan kemampuan dalam menjalankan
salah satu atau beberapa fungsi
kesehariannya, dengan peningkatan risiko
mengalami kematian, rasa sakit,
ketidakmampuan (disabilitas), atau
kehilangan kebebasan.
Disabilitas
WHO : bukan gangguan kinerja/peran
sosial, melainkan keterbatasan /
kekurangmampuan untuk melakukan
aktifitas tingkat personal (perawatan
diri, menjaga keberlangsungan
hidup)
3 POINT PENTING

Adanya gejala yang bermakna klinis


berupa :
-kumpulan gejala atau pola perilaku
-kumpulan gejala atau pola psikologi
Gejala tersebut menimbulkan penderitaan
atau perasaan tidak nyaman
Terdapat disabilitas/ketidakmampuan dalam
aktifitas sehari-hari berkaitan dengan upaya
perawatan diri dan menjaga kelangsungan
hidup akibat dua point tersebut.
ISTILAH
UU No 18 tahun 2014 tentang Keswa.
ODGJ : orang dengan gangguan jiwa,
memiliki gejala pikiran dan perilaku
PPDGJ
ODMK : orang dengan masalah
kesehatan mental, berisiko
mengalami gangguan mental
Contoh : pengungsi, korban
penganiayaan, sakit kronis, LGBT, anak
jalanan.
KATEGORI DIAGNOSIS
10 Kelompok yang diberi kode F0-F9
Angka 0 hingga 9 di belakang huruf
Fsecara berurutan menunjukkan hirarki
kegawatan dan keluasan gejala
Hirarki yang lebih tinggi diwakili angka di
belakang F yang lebih rendah, memiliki
tingkat kegawatan lebih tinggi, dan dapat
memiliki gejala-gejala dari diagnosis
hirarki dibawahnya namun tidak
sebaliknya.
Contoh : Kelompok diagnosis F0 (gangguan
mental organik) hirarkinya lebih tinggi dari F1
(gangguan mental dan perilaku akibat
penggunaan zat psikoaktif), tingkat kedaruratan
lebih tinggi.
Kelompok F0 dapat memiliki gejala yang menyerupai F1, namun
gejala pada F0 tidak muncul pada F1 .

Penegakan diagnosis pada satu kategori, harus


telah menyingkirkan kemungkinan diagnosis pada
kategori dengan hirarki di atasnya.
Skizofrenia F20, baru tegak setelah disingkirkan diagnosis
demensia F0 dan penggunaan zat F1
-
DAFTAR KATEGORI
DIAGNOSIS
F00-F09 : GANGGUAN MENTAL ORGANIK
F00, demensia alzeimer
F05, delirium
F07.2 sindroma pasca contusio

F10-F19 : GANGGUAN MENTAL DAN PERILAKU


AKIBAT PENGGUNAAN ZAT PSIKOAKTIF
F10.03, GMP Alkohol, Intoksikasi akut, dengan
delirium
F17.2, GMP Tembakau, sindrom ketergantunga n
F20-F29 : SKIZOFRENIA, GANGGUAN
SKIZOTIPAL DAN GANGGUAN WAHAM
F20.05, Skizofrenia paranoid remisi
sempurna
F24, waham terinduksi
F25.0, Gangguan skizoafektif tipe
manik.
F30-F39: GANGGUAN MOOD /G.
AFEKTIF (G. SUASANA PERASAAN )
F31.2, G. Afektif bipolar kini manik
dengan gejala psikotik
F32.11, G. Depresi sedang dengan
F40-F48, GANGGUAN NEUROTIK, G.
SOMATOFORM, DAN G. YANG
BERKAITAN DENGAN STRESS
F40.1, Fobia Sosial
F41.0, G Panik
F42, G. Obsesif Kompulsif
F43.1, PTSD
F44.3, G. Trans dan Kesurupan
F45.32, G. somatoform, disfungsi
otonomik somatoform, saluran cerna
bawah
F50-F59, SINDROM PERILAKU YG
BERHUBUNGAN DENGAN G.
FISIOLOGIS DAN FAKTOR FISIK
F50.0, Anoreksia nervosa
F50.2, Bulimia nervosa
F50.4, Makan berlebih berhubungan dgn
G.psikologis lain
F51, G. Tidur non Organik
F52, Disfungsi seksual non organik
F53, G Jiwa masa nifas
F55, Penyalahgunaan zat yang tidak
menimbulkan ketergantungan.
F60-F69, G. KEPRIBADIAN DAN
PERILAKU MASA DEWASA
F60.2 G. Kepribadian Antisosial
(Plankton)
F60.8, G. Kepribadian Narsistik
(squidward)
F63.0, Judi patologis
F63.1, Piromania, bakar patologis
F64.0, Transeksualitas (banci kaleng)

F70-79, Retardasi Mental


F80-F89, G. PERKEMBANGAN PSIKOLOGIS
F80.0, G. Artikulasi berbicara khas
F81.0 , G. Membaca khas
F84.0, Autisme masa kanak
F90-F98, G. PERILAKU DAN EMOSIONAL
DENGAN ONSET BIASANYA PADA MASA KANAK
DAN REMAJA
F90.0, ADHD
F93.0, G.Cemas perpisahan
F93.3, Sibling Rivalry
F94.0, Mutisme selektif
F98.0, Enuresis nonorganik
F0-F1, Gangguan mental Organik
F2-F3 Kelompok gangguan Psikotik,
berat, gangguan daya nilai realitas
F4, F5, F6, kelompok neurotik , dan
gangguan kepribadian, daya nilai
realitas masih bagus, tapi perlu
diwaspadai bila gejala merupakan
prodromal, yang berkembang hingga
hilangnya daya nilai realitas.
F7, F8, F9, gangguan masa kanak
dan remaja
DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
5 AKSIS, informasi yang lengkap,
untuk penatalaksanaan yang holistik,
dan proknosis
Menggambarkan kondisi klinis
gangguan, keadaan mental dasar
sebelum sakit, kemungkinan
gangguan fisik yang menjadi
penyebab, stressor psikologis pemicu
gangguan, dan tingkat keberfungsian
Aksis 1 : gangguan utama atau yang
menjadi perhatian
Aksis 2 : ciri kepribadian dasar, atau
tingkat kecerdasan yang jadi perhatian
Aksis 3 : gangguan organik spesifik yang
mendasari atau berkaitan dengan
gangguan utama
Aksis 4 : Masalah psikososial yang dihadapi
Aksis 5 : tingkat keberfungsian (GAF)
CONTOH
Aksis 1 : Depresi sedang +
percobaan bunuh diri
Aksis 2 : ciri kepribadian borderline
Aksis 3 : striktura esofagus + sepsis
Aksis 4 : Putus dengan pacar
Aksis 5 : GAFS 20/65
Aksis I G. Mental lainnya akibat kerusakan
dan disfungsi otak atau penyakit
fisik /psikosis epilepsi (F06.8)
Aksis II Retardasi mental sedang (F71)

Aksis III Status epileptikus

Aksis IV Masalah dengan primary support


grup (ditelantarkan oleh keluarga)

Aksis V GAF saat ini 20/ GAF 1 tahun terakhir


55
FORMULASI DIAGNOSTIK
Pada pasien ditemukan adanya
gejala perilaku dan psikologis yang
secara klinis bermakna, dan
menimbulkan penderitaan (distress)
serta hendaya (dissability) dalam
fungsi kehidupan sehari-hari,
psikososial, dan pekerjaan. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa pasien ini
menderita gangguan jiwa
berdasarkan PPDGJ III. 30
Dari anamnesis, pemeriksaan status
neurologis, dan fungsi kognitif, didapatkan
hasil kesadaran yang jernih, dan fungsi
kognitif dalam batas normal, sehingga
dapat disimpulkan bahwa pasien tidak
mengalami gangguan mental organik
Saat ini pasien sedang tidak menggunakan
zat psikoaktif dan tidak terdapat gejala dan
tanda intoksikasi atau putus zat, sehingga
diagnosis Gangguan Mental Akibat Zat
Psikoaktif dapat disingkirkan

31
Tidak didapatkan adanya gangguan
persepsi, gangguan proses pikir, dan
hendaya dalam menilai realita,
sehingga tidak digolongkan ke dalam
Gangguan jiwa psikosis, gangguan
Skizofrenia, Gangguan Skizotipal dan
Gangguan Waham Menetap

32
Pasien Sulit tidur, rasa jengkel dan marah
terhadap diri sendiri, sedih dan rasa
bersalah, dengan status psikiatri
memperlihatkan mood dan afek yang sedih
dan cemas, serta pikiran preokupasi
terhadap penyakit,
sudah dirasakan sejak kira-kira satu bulan,
sebagai respon setelah mengetahui dirinya
menderita kusta mengarahkan pada
diagnosis gangguan penyesuaian dengan
reaksi campuran ansietas dan depresi
(F43.22), sebagai aksis I.
33
Pasien seorang yang baik, lembut,
suka mengalah, tidak mau ribut, dan
penurut, banyak pertimbangan,
meminta pendapat banyak pihak,
memerlukan waktu lama dan ragu-
ragu dalam mengambil keputusan,
hemat, teratur, pembersih, mudah
cemas dan kepikiran, mengarahkan
pada ciri kepribadian obsesif kompulsif
dan dependen sebagai aksis II.

34
Pada aksis III , pasien menderita kusta
tipe borderline lepromatous dan reaksi
tipe II, erytema nodusum leprosum
(ENL).
Pada aksis IV, pasien memiliki masalah
dengan orangtua yang penuntut, dan
kesulitan memberi nafkah keluarga
karena sakit menyebabkannya mundur
dari pekerjaan, sehingga aksis IV pasien
adalah masalah dengan family support
group, dan masalah keuangan.
35
Pada aksis V : GAF (Global
Assesment of Functioning) Scale
pada saat pemeriksaan 60, pasien
menunjukkan gejala sedang dan
disabilitas sedang. Sedangkan skor
tertinggi 1 tahun terakhir adalah 85,
gejala minimal, berfungsi baik, cukup
puas, tidak lebih dari masalah harian
biasa.
36
DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
AXIS Gangguan penyesuaian dengan
I gejala ansietas dan depresi.
(F43.22)
AXIS Ciri kepribadian Obsesif kompulsif
II dan dependen
AXIS Kusta tipe borderline lepromatous
III dan reaksi tipe II, (ENL)
AXIS Masalah dengan family support
IV group
Masalah finansial
AXIS GAF scale MRS 60
V GAF scale tertinggi 1 tahun terakhir
85 37
TERIMA KASIH

38
1. bagaimana kita berinteraksi
dengan orang dengan gangguan jiwa
berat.
2. bagaimana orang gangguan jiwa
berat kita yang normal
3. bagaimana terlalu asyik dengan
gadget, interaksi sosial yang nyata
kurang, gangguan ?.
Stigma pada ODGJ

You might also like