You are on page 1of 23

ANASTESI SPINAL PADA

PASIEN HEMOROID
GRADE IV
Mia Mukti Rahayu 20100310127
PENDAHULUAN
Anestesi Spinal
Anestesi spinal (subaraknoid) adalah anestesi
regional dengan tindakan penyuntikan obat
anestetik lokal ke dalam ruang subaraknoid.
Anestesi spinal/ subaraknoid juga disebut sebagai
analgesi/blok spinal intradural atau blok intratekal
Indikasi
Anestesi spinal dapat diberikan pada tindakan yang
melibatkan tungkai bawah, panggul, dan perineum.
Anestesi ini juga digunakan pada keadaan khusus
seperti bedah endoskopi, urologi, bedah rectum,
perbaikan fraktur tulang panggul, bedah obstetric,
dan bedah anak.
Kontraindikasi
infeksi kulit pada tempat dilakukan pungsi
lumbal, bakteremia, hipovolemia berat (syok),
koagulopati, dan peningkatan tekanan
intracranial. Kontraindikasi relatf meliputi
neuropati, prior spine surgery, nyeri
punggung, penggunaan obat-obatan
preoperasi golongan AINS, heparin subkutan
dosis rendah, dan pasien yang tidak stabil,
serta a resistant surgeon.
Persiapan Pasien
informed concent

Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan laboratorium
Perlengkapan
Jarum spinal dan obat anestetik spinal disiapkan
kain kasa steril, povidon iodine, alcohol, dan duk steril

juga harus disiapkan.


Teknik Anestesi Spinal
Posisi pasien duduk atau dekubitus lateral. Posisi
permukaan jarum spinal ditentukan kembali, yaitu di
daerah antara vertebrata lumbalis (interlumbal).Lakukan
tindakan asepsis dan antisepsis kulit daerah punggung
pasien.Lakukan penyuntikan jarum spinal di tempat
penusukan pada bidang medial dengan sudut 10-30
terhadap bidang horizontal ke arah cranial. Jarum lumbal
akan menembus ligamentum supraspinosum,
ligamentum interspinosum, ligamentumflavum, lapisan
duramater, dan lapisan subaraknoid.Cabut stilet lalu
cairan serebrospinal akan menetes keluar.Suntikkan
obat anestetik local yang telah disiapkan ke dalam
ruang subaraknoid.
Komplikasi
Komplikasi yang mungkin terjadi adalah
hipotensi, nyeri saat penyuntikan, nyeri
punggung, sakit kepala, retensio urine,
meningitis, cedera pembuluh darah dan
saraf, serta anestesi spinal total.
TINJAUAN PUSTAKA
HEMOROID
Definisi

Hemoroid merupakan dilatasi varikosus vena


dari plexus hemorrhoidal superior dan inferior.
Etiologi

Etiologi hemoroid sampai saat ini belum


diketahui secara pasti, beberapa faktor
pendukung yang terlibat diantaranya adalah:
Penuaan, Kehamilan, Hereditas, Konstipasi
atau diare kronik , Penggunaan toilet yang
berlama-lama , Posisi tubuh, misal duduk
dalam waktu yang lama, Obesitas.
Klasifikasi
Hemoroid eksternal, berasal dari dari bagian
distal dentate line dan dilapisi oleh epitel
skuamos yang telah termodifikasi serta banyak
persarafan serabut saraf nyeri somatik
Hemoroid internal, berasal dari bagian
proksimal dentate line dan dilapisi mukosa.
Hemoroid internal-eksternal dilapisi oleh
mukosa di bagian superior dan kulit pada
bagian inferior serta memiliki serabut saraf
nyeri.
Derajat Hemoroid Internal
Hemoroid internal diklasifikasikan
menjadi beberapa tingkatan yakni:
Derajat I, hemoroid mencapai lumen anal
canal.
Derajat II, hemoroid mencapai sfingter
eksternal dan tampak pada saat pemeriksaan
tetapi dapat masuk kembali secara spontan.
Derajat III, hemoroid telah keluar dari anal
canal dan hanya dapat masuk kembali secara
manual oleh pasien.
Derajat IV, hemoroid selalu keluar dan
tidak dapat masuk ke anal canal meski
dimasukkan secara manual.
Gejala Klinis
Gejala klinis hemoroid dapat dibagi
berdasarkan jenis hemoroid yaitu:
Hemoroid internal
Prolapsdan keluarnya mukus.
Perdarahan.
Rasa tak nyaman.

Gatal.
Hemoroid eksternal
Rasa terbakar.
Nyeri ( jika mengalami trombosis).
Gatal.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Konservatif
Sebagian besar kasus hemoroid derajat I dapat
ditatalaksana dengan pengobatan konservatif.
Tatalaksana tersebut antara lain koreksi konstipasi jika
ada, meningkatkan konsumsi serat, laksatif, dan
menghindari obat-obatan yang dapat menyebabkan
kostipasi seperti kodein, kombinasi antara anestesi lokal,
kortikosteroid, dan antiseptik dapat mengurangi gejala
gatal-gatal dan rasa tak nyaman pada hemoroid.
Pembedahan

Teknik pembedahan yang sering di lakukan diantaranya:


Skleroterapi, Rubber band ligation, Infrared
thermocoagulation, Bipolar Diathermy ,Laser
haemorrhoidectomy, Doppler ultrasound guided
haemorrhoid artery ligation, Cryotherapy, Stappled
Hemorrhoidopexy.
ANESTESI PADA HEMOROIDEKTOMY
Menggunakan anestesi spinal (subaraknoid)
adalah anestesi regional dengan tindakan
penyuntikan obat anestetik lokal ke dalam ruang
subaraknoid.
Pada tindakan anestesi diberikan premedikasi
berupa ondansetron 4 mg i.v, pada induksi
anastesi disuntikan secara SAB pada vertebra
lumbal 3-4 obat yang digunakan adalah
bupivacain 20mg, kemudian untuk menjaga
oksigenasi diberikan O2 3L/m. Ondancentron
adalah suatu antagonis 5-HT3, diberikan dengan
tujuan mencegah mual dan muntah pasca
operasi agar tidak terjadi aspirasi dan rasa tidak
nyaman
PENGAWASAN SELAMA DAN
SETELAH PEMBEDAHAN
Tekanan Darah
Nadi
Jantung
Keadaan cairan
Suhu tubuh
KASUS
DENTITAS
Nama lengkap : Bp. DTS
Umur : 32 tahun
Jenis kelamin : Laki - laki
Masuk RS tanggal : 11 Oktober 2016
Bangsal : Bugenvil
Keluhan Utama: Nyeri pada anus
Riwayat Penyakit Sekarang
Seorang pasienl aki-laki usia 32 tahun datang ke
poli Bedah RSUD Yogyakarta dengan keluhan nyeri
pada bagian anus, panas (+), benjolan (+).
Benjolan anus dirasakan sejak 1 bulan lalu. Nyeri
dirasakan terus menerus sejak 2 hari, dengan VAS
6 7, benjolan selalu keluar dan tidak dapat
dimasukkan kembali. Pasien mengonsumsi obat
anti nyeri tapi kambuh lagi. BAK (N), BAB Darah
(+). Demam, penurunan berat badan, mual,
muntah, disangkal.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat DM, hipertensi, asma, Alergi obat dan atau
makanan/minuman, Riwayat mondok dan riwayat
operasi sebelumnya di sangkal oleh pasien.
Status Anestesi
Airway: Jalan nafas bersih, buka mulut
>3 jari, gigi palsu (-), pembesaran
kelenjar tiroid (-).Malampati 1
Breathing: Nafas spontan, suara dasar
vesikuler +/+, wheezing -/-, ronkhi -/-,
sesak (-), RR = 22 x/menit, SpO2 = 99%
Circulation: Nadi 80 x/menit, s1-s2
reguler, bising (-), gallop (-), akral hangat
nadi kuat dengan CRT < 2
Disability: GCS E4V5M6, kesadaran
kompos mentis, KU: baik
PLANNING DAN PERSIAPAN PRE-OPERASI
Puasa 8 jam sebelum induksi anestesi
Planning anestesi : dilakukan anestesi spinal dengan metode Sub Arachnoid
Block
STATUS ANESTESI (INTRAOPERASI) tanggal 15September 2016
Nama : Bp. DTS, 32 tahun
Bangsal/ kelas : Bugenvil kelas III Putra
Diagnosis Pra-Bedah:Hemorrhoid Grade IV
ASA : I
Jenis Operasi : Hemorrhoidektomi
Ahli anestesi : dr. Ardi Pramono, Sp.An, M.Kes
Ahli bedah : dr. Yunada, Sp.B
Perawat anestesi : Tikno
Jenis anestesi : Spinal / SAB
Premedikasi : Fentanyl 100 mcg
Regimen induksi : Bupivacaine 20 mg
Obat :Etofion 30 mg, Ondansentron 4 mg
Instruksi Pasca Bedah
Infus : RL 20 tpm
Antibiotika : Sesuai dr. Yunada, Sp.B
Analgesika : Ketorolac 30mg/8 jam
Anti muntah : Ondansentron 4 mg(k/p)
Posisi pasien : Supine
PEMBAHASAN
PreOperatif
Pasien datang dengan keluhan dan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang pasien di diagnosis
Hemoroid Grade IV. Pasien dianjurkan untuk dilakukan tindakan
hemoroidektomi.
Sebelum dilakukan operasi, dilakukan pemeriksaan preoperasi yang

meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang


meliputi laboratorium darah, rontgen thorax dan EKG untuk
menentukan status fisik ASA maka dapat dinilai kondisi fisik pasein
termausk ASA 1. Pasien diminta puasa 6-8 jam sebelum operasi.
Kemudian ditentukan rencana jenis anestesi yang dilakukan yaitu

regional anestesi dengan teknik Subarachnoid Blok jenis anestesi


yang dipilih adalah regional anestesi dengan cara spinal. Anestesi
regional baik spinal dan epidural dengan blok saraf setinggi L3 L4
memberikan efek anestesi yang memuaskan dan kondisi operasi
yang optimal bagi hemorhoidectomy. Adapun indikasi untuk dilakukan
anestesi spinal adalah unutk pembedahan daerah tubuh yang
dipersarafi cabang T4 kebawah (daerah papilla mammae kebawah).
Anestesi spinal dilakukan di hamper semua operais abdomen bagian
bawah ( termasusk secsio cesaera), perinemum, anus dan kaki
Durante Operatif
Teknik anestesi yang dilakukan adalah spinal anestesi
dengan alasan operasi yang dilakukan bagian tubuh
inferior, sehingga cukup memblok bagian tubuh
inferior saja. Obat anastesi yang diberikan pada pasien
ini adalah BupivacaineHcl 20 mg. Bupivacaine spinal
dipilih karena durasi kerja yang lama. Bupivakain Hcl
merupakan anastesi lokal golongan amida. Bupivakain
Hcl mencegah konduksi rangsang saraf dengan
menghambat aliran ion, meningkatkan ambang
eksitasi elekton, memperlambat perambatan rangsang
saraf dan menurunkan kenaikan potensial aksi. Durasi
analgetik pada L3-L4 selama 2-4 jam, dan Bupivakain
Hcl spinal menghasilkan relaksasi muskular yang cukup
pada ekstremitas bawah selama 2- 2,5 jam. Selain itu
Bupivakain Hcl juga dapat ditoleransi dengan baik
pada semua jaringan yang terkena.
CONT
Sebagai analgesic diberikan ketorolac
(berisi 350 mg/ ml ketorolac
tromethamine) sebanyak 1 ampul (1 ml)
disuntikan iv. Ketorolac merupakan
nonsteroid antinflamasi (AINS) yang
bekerja menghambat sintesi
prostaglandin sehingga dapat
menghilangkan rasa nyeri (analgesic
effect).
Semua pasien yang menghadapi
pembedahan harus dimonitor secara
ketat 4 aspek yakni :

Post Operatif
Pasca operasi, penderita dibawa ke ruang pulih
untuk diawasi secara lengkap dan baik.
Observasi tanda vital dan dinilai pemulihan
paska anestesi dengan Bromage Bromage
Score . Jika Bromage Score < 2, pasien boleh
dipindahkan ke ruang perawatan. Pada pasien
ini didapatkan nilai Bromage Score,< 2, dan
pasien boleh dipindahkan ke ruang perawatan.
PAsien diharuskan untuk bedrest 24 jam post
operasi dan tidak boleh duduk. Bila tidak ada
mual dan muntah, pasien diperbolehkan untuk
minum. Obsevasi tanda vital terutama tekanan
darah dan nadi tiap 15 menit selama 1 jam
pertama.
KESIMPULAN

Penderita usia tahun 32 tahun dengan Hemoroid grade IV dan


kondisi pasien tersebut sehat organik, fisiologik, psikiatrik, dan
biokimia oleh karena itu digolongkan seagai ASA I.
Premedikasi yang digunakan adalah ondansentron 1 ampul
untuk mencegah mual dan muntah
Induksi anestesi menggunakan Regivell dengan dosis 1 ampul
intratecal
Selama perjalanan anestesi, pasien diberikan analgetik berupa
ketorolac sebagai anti nyeri
Pemberian cairan saat operasi berjumlah 880 cc
Pasca operasi, penderita dibawa ke ruang pulih untuk diawasi
secara lengkap dan baik dan diberikan instruksi paska operasi,
sebagai penanganan jika terjadi efek anestesi yang masih
tersisa.
TERIMAKASI
H

You might also like