You are on page 1of 44

Pembimbing

dr. Agah Gadjali, SpM


dr. Gartati Ismail, SpM
dr. Henry A. W, SpM
dr. Hermansyah, SpM
dr. Mustafa K.S, SpM

Katarak
UNIVERSITAS YARSI RS SAID SUKANTO

RM AFFANDI AKBAR 1102011216


Identitas Pasien

Nama : Tn. M
Usia : 60 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat tanggal lahir : Solo, 11 Februari 2017
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Guru
Alamat: : SMAN 64 RT 5/2 ,Cipayung, Jakarta Timur
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa, Indonesia
Status : Sudah menikah
Tanggal Pemeriksaan : 17 Januari 2017
Anamnesis

Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 17


Januari 2017
Keluhan
Utama Keluhan
Penglihatan Tambahan
buram pada Sakit kepala
mata kanan sejak 1 hari
sejak 1 tahun SMRS
SMRS
Riwayat Penyakit Sekarang

Seorang pasien rawat inap RS Polri, laki-laki usia


60 tahun datang ke Poliklinik Mata RS Polri dengan
keluhan penglihatan buram secara perlahan lahan
pada mata kanan sejak 1 tahun SMRS. Pasien
mengatakan awalnya penglihatan buram seperti
tertutup kabut pada mata kanan pasien sehingga
sulit untuk melihat. Sejak 4 bulan terakhir, keluhan
semakin memberat dan menggangu pengelihatan
pasien. Keluhan disertai dengan mata kanan silau
jika melihat cahaya yang terlalu terang . Keluhan
tidak disertai dengan mata merah, gatal, dan nyeri.
Keluhan melihat ganda dan melihat lingkaran
disekitar sinar disangkal namun pasien tidak dapat
melihat sumber cahaya pada mata kanan.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien menceritakan awalnya pada 4 bulan yang lalu, penglihatan
buram semakin dirasakan pada mata kanan pasien saat melihat objek
jauh, namun semakin lama mata pasien sulit untuk melihat objek yang
dekat. Keluhan tersebut mulai mengganggu aktivitas sehari-hari
pasien, Kemudian 1 hari SMRS Pasien mengeluh nyeri sekitar mata,
dan sakit kepala sebelah kanan . Pasien lalu dirawat dan diberikan C
Timol 0,5%, aspar K, dan obat glaukoma lainnya. Pasien menyangkal
pernah memiliki keluhan melihat seperti bercak mengapung yang
mengikuti arah gerak mata. Pasien mengaku pernah menggunakan
kacamata sebelumnya karena gangguan penglihatan mata kiri. Pasien
juga menyangkal pernah mengkonsumsi obat-obatan baik dalam
bentuk tablet maupun obat tetes mata dalam jangka panjang. Pasien
tidak pernah mengalami benturan atau trauma pada daerah mata.
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit diabetes dan hipertensi .
Pasien mengaku tidak pernah berobat ke dokter mata sebelumnya
untuk mengobati penyakitnya. Saat ini pasien mengaku pandangan
mata kirinya buram, sehingga kesulitan untuk melihat.
Riwayat Penyakit Riwayat Penyakit
Dahulu Keluarga

Riwayat keluhan serupa: Riwayat keluarga dengan


disangkal keluhan yang sama
Riwayat adanya gangguan disangkal
penglihatan sebelumnya
disangkal Riwayat penyakit
Riwayat menggunakan diabetes melitus
kacamata S -0.5 OS disangkal
Riwayat pembedahan pada
mata sebelumnya disangkal
Riwayat penyakit DM disangkal
Riwayat penggunaan obat
dalam jangka panjang
disangkal
Riwayat mengalami benturan
atau trauma benda asing
disangkal
Riwayat alergi obat disangkal
Riwayat HT disangkal
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tanda-tanda vital :
Tekanan Darah :130/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Suhu : 36,5C
Pernafasan : 20 x/menit
Status Oftalmologis
OD OS
Visus 1/~ 5/7,5
S-0,50 > 5/5F
TIO 12 mmHg 12 mmHg
Kedudukan Bola Mata Ortoforia
Gerakan Bola Mata

Baik ke segala arah Baik ke segala arah

Lapang Pandang Dalam Batas Normal Dalam Batas Normal


Supra Silia Dalam Batas Normal Dalam Batas Normal
Palpebra Superior Tenang Tenang
Palpebra Inferior Tenang Tenang
Konjungtiva Tarsal Tenang Tenang
Superior
Status Oftalmologis
OD OS
Konjungtiva Tarsal Tenang Tenang
Inferior
Konjungtiva Bulbi Tenang Injeksi siliar (+)
Kornea Jernih ; arkus senilis (+) Jernih ; arkus senilis (+);

Bilik mata depan/ COA Kedalaman sedang ; Kedalaman sedang ;


jernih jernih
Iris Cokelat ; kripte (+) ; Cokelat ; kripte (+) ;
sinekia (-) sinekia (-)
Pupil Bulat ; diameter 3mm ; Bulat ; diameter 3mm ;
RL (+) ; RCTL (+) RL (+) ; RCTL (+)
Lensa Keruh pada sebagian Jernih
lensa ; shadow test (+)
TIO perpalpasi N+ 2 N
Funduskopi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Slit-Lamp

OD S
Resume
Pasien laki-laki usia 60 tahun
datang ke Poliklinik Mata RSAnamnesis
Polri Pasien mengatakan
dengan keluhan penglihatan
buram pada mata kanan dan kiri awalnya penglihatan
sejak 1 tahun SMRS dan buram dirasakan saat
memberat sejak 4 bulan SMRS. melihat jauh , namun saat
Pasien mengatakan penglihatan ini pasien buram saat
buram seperti tertutup kabut melihat dekat dan telah
pada mata kanan sehingga
pasien sulit untuk melihat jelas. mengganggu aktivitas
Keluhan disertai dengan mata sehari - hari.
kanan silau jika melihat cahaya.

Pemeriksaan Fisik
Status Generalis

Tanda-tanda Pernafasan
Tekanan
vital dalam Nadi 76 Suhu
batas
darah 130/80 20
mmHg x/menit 36,5C
normal: x/menit).
Status Oftalmologis
OCULI DEXTRA(OD) PEMERIKSAAN OCULI
SINISTRA(OS)
1/~ Visus 5/7,5
Tenang Konjugntiva Tenang
Bulbi
Jernih ; arkus senilis Kornea Jernih ; arkus
(+) senilis (+);
Kedalaman sedang ; Bilik Mata Kedalaman sedang
jernih Depan (COA) ; jernih
Keruh pada sebagian Lensa Jernih
lensa ; shadow test
(+)
Diagnosis
Diagnosis Kerja
Katarak Senilis Intumesen OD

Diagnosis Sekunder

Glaukoma Akut
Tatalaksana
Tidak diberikan terapi medikamentosa
pada pasien karena tidak terdapat
Medikament keluhan lain selain keluhan mata
buram. Pemberian kacamata dengan
osa koreksi terbaik dapat dilakukan
kepada pasien karena visus sinistra
pasien 5/7,5

Terapi Pada Ocular Dextra: telah dilakukan operasi


ECCE (Extracapsular Cataract Extraction) +
Operatif IOL

Menjelaskan cara pemakaian obat dan


pentingnya menggunakan obat dengan teratur
Menjelaskan kepada pasien untuk rutin kontrol
Edukasi setelah operasi
Setelah operasi, pasien tidak diperbolehkan
Pasien untuk menggaruk, menekan, dan terkena air
pada mata yang dioperasi
Menghindari mengangkat beban, mengejan dan
bersin yang kuat selama kurang lebih dua bulan
Rencana Monitor / Evaluasi

Dalam waktu 48 jam setelah operasi


Untuk mendeteksi dan mengatasi komplikasi dini seperti
kebocoran luka yang menyebabkan bilik mata dangkal,
I hipotonus, peningkatan tekanan intraokular, edema kornea
ataupun tanda-tanda peradangan

Dijadwalkan pada hari ke 4-7 setelah operasi


Untuk mendeteksi dan mengatasi kemungkinan endoftalmitis
II yang paling sering terjadi pada minggu pertama pasca operasi.

Dijadwalkan sesuai dengan kebutuhan pasien


Untuk memberikan kacamata sesuai dengan refraksi terbaik yang
III diharapkan
Prognosis

Quo Ad Vitam Ad bonam

Quo Ad Functionam Dubia ad bonam

Quo Ad Sanactionam Dubia Ad bonam

Quo Ad Cosmetican Dubia ad bonam


TINJAUAN
PUSTAKA
Anatomi Lensa

Lensa adalah suatu


struktur bikonveks,
avaskular, tak berwarna
dan hampir transparan
sempurna
Tebal sekitar 4 mm dan
diameternya 9 mm
Lensa tergantung pada
zonula di belakang iris
(zonula Zinnii)
Di sebelah anterior lensa
terdapat humor aquoeus
dan disebelah posterior
terdapat viterus
65% lensa tdd air dan
Kapsul lensa adalah suatu
membran semipermeabel
yang dapat dilewati air
dan elektrolit
Disebelah depan terdapat
selapis epitel subkapsular
Nukleuas lensa lebih keras
daripada korteksnya
Nukleus dan korteks
terbentuk dari lamella
konsentris yang panjang,
yang mengandung inti
gepeng.
Tidak ada serat nyeri,
pembuluh darah, atau
saraf di lensa
Fisiologi Lensa

Aktivitas
Daya
Metabolis
Akomodasi
me

Transpara Elastisitas
nsi lensa Lensa
Lens
a
Definisi

Menurut Ilyas, 2015

Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa


yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan)
lensa, denaturasi protein lensa atau terjadi akibat
kedua-duanya.
Menurut INASCRS (Indonesian Society of
Cataract and Refractive Surgery) 2011
Katarak adalah kekeruhan lensa kristalin yang
menyebabkan turunnya tajam penglihatan dan
menyebabkan keluhan gangguan penglihatan lainnya
seperti kontras sensitivitas, silau dan tidak nyaman

Menurut WHO

Katarak adalah kekeruhan yang terjadi pada lensa


mata, yang menghalangi sinar masuk ke dalam mata
Klasifikasi Katarak
Klasifikasi Katarak

Katarak kongenital adalah


katarak yang sudah terlihat
pada usia di bawah 1 tahun

Katarak juvenil adalah


katarak yang terjadi sesudah
usia 1 tahun

Katarak senilis : katarak


yang terjadi setelah usia 50
tahun
Epidemiologi

Sebagian besar katarak terjadi karena proses degeneratif


atau bertambahnya usia seseorang.
Berbagai studi cross-sectional melaporkan prevalensi
katarak pada individu berusia 65-74 tahun adalah
sebanyak 50%, prevalensi ini meningkat hingga 70% pada
individu usia di atas 75 tahun

Berdasarkan National Programme fo Control of Blindness


1992, katarak merupaan salah satu penyebab kebutaan
yang utama, dimana urutan penyebab kebutaan adalah
katarak, kelainan kornea, optic atrofi, dan kelainan retina
Etio-Patogenesis

Degen
eratif
(usia)

Katar
Radikal
ak
Meroko Bebas
k

Terpaja
n sinar
UV
KATARAK SENILIS
Definisi

Katarak senilis adalah semua


kekeruhan lensa yang terdapat pada
usia lanjut, yaitu usia di atas 50
tahun. Penyakit ini mempengaruhi
tajam penglihatan sesorang yang di
tandai dengan penebalan lensa pada
mata yang terjadi secara progresif
dan bertahap. Katarak merupakan
penyebab utama kebutaan yang
dapat diobati.
Klasifikasi Katarak Senilis

Berdasarkan Stadium
Patogenesis Katarak Senilis
Nukleus
lensa
mengalami
Sel-sel penekanan
Seiring Sel-sel tua
epitel dan
bertamb menumpu
lensa pengerasan
ahnya k ke arah
terus
usia tengah
bertambah Lensa tidak bisa
menghantarkan KATAR
Protein lensa dan AK
mengalami memfokuskan
modifikasi dan cahaya ke
agregasi kimia retina
Pigmentasi yang
Penurunan
Agregasi progresif: lensa
transparans
protein menjadi bercorak
i lensa
kuning kecoklatan
Gejala Klinis
Gejala Klinis

Penglihatan menurun, penglihatan seperti berkabut atau berasap

Merasa Silau

Myopic Shift

Diplopia Monoculara

Melihat Halo sekitar Sinar

Diskriminasi Warna Terganggu


Diagnosis

Anamnesis Pemeriksaan Rutin Pemeriksaan


Terdapat gejala klinis 1. Pemeriksaan Visus Tambahan
katarak dengan Snellen Chart 1. Biometri untuk
Berjalan secara 2. Pemeriksaan mengukur power IOL
progresif dengan slit lamp jika pasien akan
dioperasi katarak
3. Pemeriksaan TIO
2. Retinometri untuk
4. Jika TIO normal mengetahui prognosis
Dilakukan dilatasi tajam penglihatan
pupil Pemeriksaan setelah operasi
slit lamp
3. Shadow Test untuk
5. Pemeriksaan menilai derajat
Funduskopi kekeruhan lensa
Shadow Test
Tatalaksana

Non-Bedah Bedah
Fungsi penglihatan: jika visus
<6/12 atau sudah mengganggu
untuk melakukan kegiatan sehari-
hari berkaitan dengan pekerjaan
pasien.

Indikasi medis: terjadi penyulit


Pasien dengan lain yang disebabkan oleh katarak
itu sendiri, seperti uveitis,
visus 6/12 dislokasi lensa, glaukoma,
diberikan endoftalmitis, dan penyakit retina
seperti retinopati diabetikum dan
kacamata dengan ablasio retina.
koreksi terbaik Indikasi kosmetik: terkadang
pasien dengan katarak matur
meminta ekstraksi katarak
agar pupil kembali menjadi
hitam
Teknik Operasi

A. Ekstraksi katarak intrakapsular


Seluruh lensa akan dikeluarkan bersama kapsul
lensa termasuk kapsul posterior.
Teknik tersebut sudah mulai ditinggalkan karena
tingginya kejadian komplikasi pascaoperasi
Selain itu, diperlukan insisi limbus superior 140-
160 sehingga membutuhkan waktu
penyembuhan yang lebih lama
Teknik ini masih dapat digunakan jika tidak
tersedia fasilitas yang cukup untuk dilakukan
teknik ekstraksi katarak ekstrakapsular
B. Ekstraksi katarak
ekstrakapsular
Lensa dikeluarkan bersama kapsul anterior,
sedangkan kapsul posterior ditinggalkan
Insisi dilakukan di limbus atau sebelah perifer
kornea, biasanya di bagian superior (kadang
temporal),
Pembukaan dilakukan di kapsul anterior, lalu
nukleus dan korteks dikeluarkan dan diganti
dengan lensa intraokular yang ditempatkan di
capsular bag yang disokong oleh kapsul
posterior
Keuntungan teknik ini dibandingkan ekstraksi
intrakapsular:
Insisi yang lebih kecil meminimalisasi trauma
dan waktu penyembuhan menjadi lebih singkat
Komplikasi aderensi korpus vitreus ke kornea
dan iris dapat diminimalisasi.
Letak anatomis lensa intraokuler yang lebih
stabil karena disokong oleh kapsul posterior
Kapsul posterior yang utuh dapat berperan
sebagai sawar terhadap bakteri dan
mikroorganisme yang mungkin masuk saat
operasi serta menahan pertukaran molekul
c. Fakoemulsifikasi
Menggunakan vibrator ultrasonik
yang berguna untuk menghancurkan
nukleus lensa yang keras sehingga
bahan nukleus dan korteks dapat
diaspirasi melalui insisi sebesar +
3mm
Insisi yang sama digunakan untuk
memasukkan lensa intraokular yang
dapat dilipat
Keuntungan dari insisi kecil ini adalah
bekas sayatan tidak perlu dijahit,
penyembuhan luka lebih cepat
dengan distorsi kornea lebih sedikit,
mengurangi inflamasi intraokuler
pascaoperasi, dan pemulihan fungsi
visual lebih cepat
Risiko: terlepasnya bahan posterior
lensa melalui robekan kapsular
posterior dapat dihindari.
Perawatan Pasca Operasi

Frekuensi
pemeriksaan Pada pasien
pasca bedah dengan risiko
ditentukan tinggi
berdasarkan pemeriksaan
tingkat harus dilakukan
pencapaian visus satu hari setelah
optimal yang operasi
diharapkan

Obat-obatan yang
Pada pasien yang
digunakan pasien
dianggap tidak
bermasalah dapat pasca operasi :
mengikuti petunjuk penggunaan tetes
pemeriksaan lanjutan mata kombinasi
(follow up): antibiotika dan
-Kunjungan pertama: 24-
steroid harus
48 jam pasca operasi diberikan kepada
pasien untuk
-Kunjungan kedua: pada digunakan setiap hari
hari ke 4-7 pasca operasi
selama minimal 4
-Kunjungan ketiga: sesuai minggu pasca
dengan kebutuhan operasi
pasien
Komplikasi Pasca Operasi

Hilangnya Endoftalmit
Prolaps iris
vitreous is

Astigmatis Edema
Ablasio
ma pasca makular
retina
operasi sistoid

Katarak
Sekunder
Prognosis

Apabila pada proses pematangan katarak


dilakukan penanganan yang tepat
sehingga tidak menimbulkan komplikasi
serta dilakukan tindakan pembedahan
pada saat yang tepat maka prognosis
pada katarak senilis umumnya baik
Analisa Kasus
Berdasarkan teori Berdasarkan kasus
Definisi Katarak senilis adalah semua kekeruhan Pasien laki-laki usia 60 tahun
lensa yang terdapat pada usia lanjut,
yaitu usia di atas 50 tahun.
Gejala 1. Penurunan tajam penglihatan yang 1. Penglihatan pada mata kanan
terjadi secara progresif atau buram sejak 1 tahun yang
perlahan lalu
2. Penglihatan seperti berkabut atau 2. Pasien mendeskripsikan
berasap penglihatan yang buram
3. Mata merasa silau seperti tertutup kabut
4. Melihat halo sekitar sinar 3. Keluhan disertai dengan mata
5. Melihat warna terganggu merasa silau jika melihat
6. Melihat ganda cahaya yang terlalu terang
7. Membaiknya penglihatan dekat
tanpa kacamata
Pemeriksaan Status Oftalmologis OD 1. Visus OD 1/~
Fisik 1. Penurunan tajam penglihatan yang 2. Kornea jernih, arkus senilis
progresif, tergantung derajat (+)
kekruhan lensa yang terjadi. Visus 3. COA: kedalaman sedang,
dapat > 6/12 sampai < 1/60 jernih
2. Terdapat kekeruhan pada lensa, 4. Iris: tidak terdapat sinekia
tergantung stadium kekeruhan yang anterior
terjadi. Pada stadium imatur, 5. Lensa OD keruh pada
kekeruhan lensa sebagian, cairan sebagian lensa dan shadow
lensa bertambah, iris terdorong, COA test (+)
Analisa Kasus
Pemeriksaan 1. Pemeriksaan TIO dengan Tonometri Pada ODS: 12 mmHg.
Penunjang Schiotz: jika TIO dalam batas normal
(kurang dari 21 mmHg) dilakukan
dilatasi pupil dengan tetes mata
Tropicanamide 0.5%. Setelah pupil
cukup lebar dilakukan pemeriksaan
dengan slit lamp untuk melihat
derajat kekeruhan lensa apakah
sesuai dengan visus pasien
2. Pemeriksaan funduskopi jika masih
memungkinkan
Terapi 1. Penatalaksanaan non bedah untuk 1. Pada OS: pasien dapat
visus lebih baik atau sama dengan diberikan kacamata dengan
6/12, yaitu pemberian kacamata koreksi terbaik karena visus
dengan koreksi terbaik. pasien <5/7.5
2. Jika visus masih lebih baik dari 6/12
tetapi sudah mengganggu untuk 2. Terapi bedah: pasien
melakukan aktivitas yang berkaitan disarankan untuk dilakukan
dengan pekerjaan pasien atau ada operasi ECCE atau
indikasi medis lain untuk operasi, Fakoemulsifikasi + IOL pada
pasien dapat dilakukan operasi OD
katarak
3. Tatalaksana pasien katarak dengan 3. Terapi edukasi : mengedukasi
visus terbaik kurang dari 6/12 adalah cara pemakaian obat dan
operasi katarak berupa EKEK + IOL penggunaan secara teratur,
atau fakoemulsifikasi + IOL dengan rutin kontrol setelah operasi,
Daftar Pustaka
1. Riordan-eva P, Cunningham E. Vaughan & Asbury General Ophthalmology. 18th ed.
McGraw-Hill Professional. 2011.
2. Harper R.A, Shock J.P. Lensa. Dalam: Susanto D, Pendit B.U. eds. Vaughan & Asbury
Oftalmologi Umum. Edisi 17. Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2015.
3. Ilyas S, Yulianti S.R. Ilmu Penyakit Mata. Edisi Kelima. Badan Penerbit Fakultas
Kedokteran Indonesia, Jakarta. 2015.
4. Kanski JJ.J, Bowling B. Clinical Ophthalmology: Systemic Approach. 7th ed. Saunders.
2012.
5. Hutauruk J, Istiantoro, Tri B. Katarak. Dalam: IPDs CIM (Compendium of Indonesian
Medicine). Persatuan Dokter Spesialis Mata Indonesia (PERDAMI). 1sr Edition. 2009.
6. Katarak Pada Penderita Dewasa. Panduan Penatalaksanaan Medis (PPM). Indonesian
Society of Cataract and Refractive Surgery (INASCRS). 2011.
7. Andrew I Jobling, Robert C Augustey: What causes steroid cataracts? A review of
steroid-induced posterior su bcapsular cataracts; n.Clin Exp Optom 2002; 85: 2: 61-
75.
8. Review Article Diabetic CataractPathogenesis, Epidemiology and Treatment;
Hindawi Publishing Corporation Journal of Ophthalmology Volume 2010.
9. K V Raju , Sisira Sivan N.V : A clinical study of Complicated Cataract In Uveitis. Kerala
Journal of Ophthalmology Vol. XXII, No.1, March 2010.
10. Jungmook Lyu, Jung-A Kim,Sung Kun Chung, Ki-San Kim, and Choun-Ki Joo : Alteration
of Cadherin in Dexamethasone-Induced Cataract Organ-Cultured Rat Lens;.
Investigative Ophthalmology & Visual Science, May 2003, Vol. 44, No. 5
THANKYOU

You might also like