You are on page 1of 17

GANGGUAN DISOSIATIF

Oleh :
Olga Stefanie 123307091
DEFINISI GANGGUAN DISOSIATIF
Gangguan disosiatif artinya sebuah kelompok gangguan
yang ditandai oleh suatu kekacauan atau disosiasi dari
fungsi identitas, ingatan, atau kesadaran.

Gejala-gejala disosiatif :
a) gangguan-gangguan yang tidak diminta dalam hal
kesadaran diri dan perilaku, diikuti dengan
hilangnya kontinuitas dalam pengalaman subjektif
b) ketidakmampuan untuk mengolah informasi atau
mengontrol fungsi mental yang seharusnya secara
normal mampu untuk dikontrol
Gejala utama disosiatif adalah adanya kehilangan
(sebagian atau seluruh) dari integrasi normal di bawah
kendali kesadaran antara :
Ingatan masa lalu

Kesadaran identitas dan pengindraan segera


(awareness of identity and immediate sensation) dan,
Kontrol terhadap gerakan tubuh (PPDGJ)
1. AMNESIA DISOSIATIF
Amnesia disosiatif dianggap sebagai mekanisme defense yatu
seseorang mengganti kesadaran sebagai suatu cara untuk
menghadapi konflik emosional atau stressor eksternal.

Etiologi :
Penyebab amnesia disosiatif adalah trauma masa lalu

Epidemiologi :
Amnesia disosiatif dianggap lebih sering terjadi pada
perempuan dibanding laki-laki dan lebih sering pada dewasa
muda dibanding dewasa yang lebih tua tetapi gangguan ini
dapat terjadi pada semua usia. Biasanya disebabkan oleh
peristiwa traumatik atau penuh tekanan, insidennya
meningkat selama waktu perang dan bencana alam. Kasus
amnesia disosiatif yang terkait lingkungan rumah tangga.
Berdasarkan PPDGJ (F 44.0) ciri utamanya adalah
a. hilangnya daya ingat biasanya mengenai kejadian penting
yang baru terjadi (selective), yang bukan disebabkan oleh
gangguan mental organik
b. (1) amnesia, baik total ataupun parsial, mengenai
kejadian yang stressful atau traumatic yang baru terjadi
(2) tidak ada gangguan mental organic, intoksikasi, atau
kelelahan berlebihan
Kriteria Diagnosis berdasarkan DSM V
Ketidakmampuan untuk mengingat informasi penting
diri sendiri, biasanya bersifat traumatik atau stres,
yang berbeda dengan melupakan biasa.
Gejala menyebabkan stress dan gangguan dalam
bidang sosial, pekerjaan, dll.
Gangguan tidak disebabkan oleh efek fisiologis dari
zat lain atau kondisi medis neurologis atau lainnya
Gangguan tersebut tidak termasuk dalam gangguan
identitas disosiatif, PTSD, gangguan stres akut,
gangguan somatoform, atau gangguan neurokognitif
mayor atau minor.
Diagnosis Banding :
Gangguan identitas disosiatif
PTSD
Post traumatic amnesia karena kerusakan otak
Substance-induced neurocognitive disorder
Stupor katatonik
Malingering

Penanganan :
Wawancara
Hipnosis
Barbiturat kerja singkat, seperti thiopental (pentothal) dan
natrium amobarbital intravena serta benzodiazepine

Prognosis :
Gejala amnesia disosiatif biasanya berakhir tiba-tiba dan
pemulihan biasanya sempurna dengan sejumlah kecil
kekambuhan.
2. FUGUE DISOSIATIF
Fugue digunakan untuk mencerminkan kenyataan bahwa pasien
secara fisik pergi jauh dari situasi rumah atau pekerjaan biasa
mereka dan tidak dapat mengingat aspek penting identitas
sebelumnya (nama, keluarga, pekerjaan)

Etiologi :
Faktor motivasi yang penting berupa keinginan menarik diri dari
pengalaman yang menyakitkan secara emosi. Pasien dengan
gangguan gangguan kepribadian ambang, histrionic, dan schizoid
memiliki predisposisi mengalami fugue disosiatif.

Gejala Klinis :
Pasien jalan dengan tujuan tertentu, jauh dari rumah.
Selama periode ini mereka mengalami amnesia komplit
tentang kehidupannya yang lalu dan sesuatu yang
berhubungan dengan masa lalu tetapi pada umumnya tidak
menyadari bahwa mereka lupa tentang sesuatu.
Diagnosis berdasarkan DSM V :
Ciri-ciri amnesia disosiatif .
Melakukan perjalanan tertentu melampaui hal yang umum
dilakukannya sehari-hari.
Kemampuan mengurus diri yang dasar tetap ada.

Penanganan :
Konseling, hipnoterapi
Terapi kesenian kreatif
Terapi kognitif
Medikamentosa (biasa berupa antidepresan dan anticemas)

Prognosis :
Umumnya, perbaikan fugue disosiatif terjadi spontan, cepat,
dan jarang terjadi kekambuhan.
3. GANGGUAN IDENTITAS DISOSIATIF
Orang dengan gangguan identitas disosiatif memiliki dua
kepribadian atau lebih yang berbeda, masing-masing
menentukan perilaku dan sikap selama periode kepribadian
yang dominan

Etiologi :
Umumnya empat tipe faktor penyebab telah diidentifikasi;
peristiwa hidup traumatic, kerentanan terhadap gangguan,
faktor lingkungan, serta tidak ada dukungan eskternal.

Epidemiologi :
Gangguan ini paling lazim ditemukan pada masa remaja akhir
dan dewasa muda, dengan usia diagnosis rata-rata adalah 30
tahun, walaupun pasien biasanya mengalami gejala selama 5
hingga 10 tahun sebelum diagnosis.
Gejala klinis :
Pasien dengan gangguan identitas disosiatif sering
dipikirkan memiliki gangguan kepribadian (umumnya
gangguan kepribadian ambang)
schizophrenia, atau gangguan bipolar yang rapid cycling.

Perubahan dari kepribadian yang satu ke kepribadian yang


lain terjadi tiba-tiba dan dramatic.

Diagnosis berdasarkan DSM V :


Gangguan identitas ditandai dengan dua atau lebih
kepribadian yang berbeda.
Kesenjangan kekambuhan pada kemampuan mengingat
kejadian sehari-hari, informasi pribadi yang penting, dan /
atau peristiwa traumatis yang berbeda dengan melupakan
biasa.
Gejala menyebabkan stress atau gangguan yang signifikan
dalam bidang sosial, pekerjaan, atau fungsi penting.
Gejalanya tidak disebabkan oleh efek fisiologis dari
substansi atau kondisi medis lain.
Diagnosis Banding :
Gangguan disosiatif spesifik lainnya
Major depressive disorder
Gangguan bipolar
PTSD
Gangguan psikotik (schizphrenia)
Gangguan kepribadian
Malingering

Penanganan :
Mengidentifikasi berbagai kepribadian
Hipnoterapi
Bila salah satu kepribadian merusak diri atau kekerasan pasien
dirawat di rumah sakit
Terkadang diberikan antidepresan dan antiansietas

Prognosis :
Makin awal timbulnya gejala awal prognosisnya buruk. Gangguan
identitas disosiatif merupakan gangguan disosiasi yang paling berat
dan kronik, umumnya penyembuhannya juga tidak komplit
4. GANGGUAN DEPERSONALISASI
Pasien dengan gangguan depersonalisasi dapat merasakan bahwa
mereka adalah mekanis, dalam mimpi, atau terlepas dari tubuh
mereka.

Depersonalisasi adalah perasaan bahwa tubuh atau diri pribadi


adalah asing atau tidak nyata; derealisasi adalah persepsi bahwa
objek pada dunia eksternal adalah aneh dan tidak nyata.

Etiologi :
penyakit oleh faktor psikologik, neurologic dan penyakit iskemik
epilepsy, tumor otak deprivasi sensorik, trauma psikis dan
stimulasi elektrik lobus temporal selama bedah saraf.
Alkohol dan obat-obatan terutama yang bersifat halusinogenik
Epidemiologi :
Sejumlah studi menunjukkan bahwa depersonalisasi singkat
dapat terjadi pada sebanyak 70% populasi tertentu tanpa
perbedaan signifikan antara laki-laki dan perempuan. Pada
sejumlah kecil studi terkini, depersonalisasai ditemukan
terdapat pada perempuan sedikitnya dua kali lebih seing
dibading laki-laki; gangguan ini jarang ditemukan pada orang
berusia diatas 40 tahun. Awitan usia rata-rata 16 tahun.

Gejala klinis :
Karakterisitik utama depersonalisasi adalah kualitas
ketidaknyataan dan keterasingan.
Proses mental internal dan persitiwa berbeda dan tidak
lagi tampak memiliki hubungan atau makna bagi orang
tersebut. Bagian tubuh atau seluruh fisik tampak asing.
Hemidepersonalisasi, yaitu perasaan pasien bahwa separuh
tubuhnya tidak nyata atau tidak ada.
Diagnosis berdasarkan DSM V :
Kehadiran pengalaman persisten atau depersonalisasi
berulang, derealisasi, atau keduanya:
Selama depersonalisasi, uji realitas tetap baik

Gejala depersonalisasi menyebabkan distress atau keluitan


social, pekerjaan, atau fungsi area penting lainnya
Depersonalisasi tidak terjadi selama perjalanan gangguan
jiwa yang lain seperti skizofrenia, gangguan panik,
gangguan stress akut atau gangguan disosiatif lainnya atau
efek fisiologik lansung dari pemakaian obat.

Berdasarkan PPDGJ :
Perasaan dan/atau pengalaman terlepas dari dirinya, jauh,
bukan darinya (depersonalisasi). Objek, orang, dan/atau
lingkungan menjadi seperti tidak sesungguhnya. Individu
memahami bahwa hal tersebut merupakan perubahan
spontan dan subjektif , dan bukan disebabkan oleh kekuatan
luar. Penginderaan tidak terganggu.
Diagnosis Banding
Gangguan kecemasan
Gangguan depresi mayor.
Gangguan obsesif-kompulsif
Gangguan psikotik

Penanganan :
Konseling
Obat anticemas

Prognosis
Sejumlah kecil studi pengamatan lanjutan menunjukkan
bahwa pada lebih dari 50% kasus, depersonalisasi cenderung
menjadi keadaan yang berlansung lama. Pada banyak pasien,
gejala berlansung stabil tanpa adanya fluktuasi intensitas
yang bermakna, atau gekala dapat muncul episodic,
diselingin interval bebas gejala.
5. GANGGUAN DISOSIATIF LAINNYA
Stupor Disosiatif
Gangguan Trans dan Kesurupan Gangguan Motorik Disosiatif
Konvulsi Disosiatif ( F 44.5)
Anestesia dan Kehilangan sensorik disosiatif ( F 44.6)
Gangguan Disosiatif (konversi) Campuran
Merupakan campuran dari gangguan-gangguan di atas.
Gangguan Disosiatif (konversi) Lainnya
Dalam gangguan disosiatif ini terdapat
Sindrom ganzer (ciri khas appro ximate answer disertai
beberapa gejala disosiatif lainnya.
Gangguan kepribadian multiple
Gangguan disosiatif (konversi) sementara masa kanak dan
remaja
Gangguan disosiatif (konversi) lainnya YDT, (termasuk
psychogenic confusion, twilight state)
Gangguan disosiatif (konversi) YTT

You might also like