PATOBIOLOGY PULPITIS REVERSIBLE , PULPITIS IRREVERSIBLE, DAN NEKROSIS PULPA
TUTOR : drg . Silvia Anitasari M.Si
A. MEKANISME PATOGENESIS TERJADINYA PENYAKIT PULPA Diawali dengan bakteri yang menginfeksi gigi. Ketika terdapat akses ke pulpa, metabolit bakteri dan komponen dinding sel menyebabkan inflamasi. Pada lesi awal hingga lesi sedang, produk asam dari proses karies berperan secara tidak langsung dengan mengurai matriks dentin, yang akan menimbulkan pelepasan molekul bioaktif untuk dentinogenesis (pembentukan dentin tersier). Pemberian protein matriks dentin pada dentin atau pulpa yang terbuka dapat menstimulasi pembentukan dentin tersier. . Selain itu, terdapat beberapa molekul lain yang dapat menstimulasi dentinogenesis reparative, yaitu heparin-binding growth factor, transforming growth factor (TGF)-1, TGF-3, insulin-like growth factors (IGF)-1 dan -2, growth factor yang berasal dari platelet, dan angiogenic growth factor.
Meskipun begitu, pembentukan dentin tersier ini bukanlah
reaksi pertama dan bukan pertahanan yang paling efektif melawan bakteri patogen yang menginvasi. Kombinasi dari peningkatan pengendapan dentin intratubuler dan pengendapan secara langsung kristal mineral ke tubulus dentin untuk mengurangi permeabilitas dentin merupakan perlawanan pertama terhadap karies, yang disebut dentin sklerosis Respon inflamasi awal terhadap karies terlihat dengan akumulasi sel inflamasi kronis pada suatu titik. Hal ini dimulai oleh odontoblas dan kemudian sel dendrit. Sebagai sel yang paling tepi dalam pulpa, odontoblas ditempatkan sebagai yang pertama kali bertempur dengan antigen asing dan memulai respon imun. Deteksi patogen dilakukan dengan reseptor spesifik yang disebut pattern recognition receptors (PRRs). Reseptor ini mengenali pola molekuler patogen (PAMPs) Dengan perkembangan karies, mereka awalnya berkumpul dalam pulpa dan daerah subodontoblas, kemudian meluas ke lapisan odontoblas, dan akhirnya bermigrasi ke tubulus. Terdapat dua jenis sel dendrite yang berbeda dalam pulpa. CD11+ ditemukan dalam pulpa atau dentin border dan ke pit dan fisur. F4/80+ terdapat pada ruang perivascular dalam zona subodontoblas dan pulpa dalam.
Pulpal Schwann sel juga menghasilkan
molekul sebagai respon terhadap karies, yang menunjukkan kemampuan mengenali antigen. Odontoblas juga mempunyai peran dalam respon imun humoral terhadap karies. IgG, IgM, dan IgA ditempatkan dalam sitoplasma dan sel memproses odontoblas dalam dentin yang mengalami karies, menunjukkan bahwa sel ini secara aktif mengirim antibody ke tempat infeksi. Mediator neurogenik terlibat dalam respon pulpa terhadap iritan dan mereka dapat menengahi patologi seperti respon penyembuhan. Substansi P, calcitonin gene-related peptide (CGRP), neurokinin A (NKA), NKY, dan vasoactive intestinal peptide dilepaskan dan menyebabkan vasodilatasi serta meningkatkan permeabilitas vascular. Stimulasi nervus simpatetik seperti norepinephrine, neuropeptide Y, dan adenosine triphospate (ATP) dapat mengubah aliran darah pulpa Neuropeptida dapat berperan untuk mengatur respon imun pulpa. Substansi P berperan sebagai kemotaktik dan agen stimulasi untuk makrofag dan limfosit T. Hasil dari stimulasi ini adalah peningkatan produksi arachidonic acid metabolite, stimulasi mitosis limfosit dan produksi sitokin. CGRP melakukan aktivitas imunosupresi, yang ditunjukkan dengan pengurangan produksi H2O2 oleh makrofag dan proliferasi limfosit. Substansi P dan CGRP dapat menginisiasi dan menyebarkan respon penyembuhan pulpa. CGRP dapat menstimulasi produksi bone morphogenic protein oleh sel pulpa. Hasilnya, hal ini menginduksi dentinogenesis tersier (pembentukan dentin tersier) PULPITIS REVERSIBLE Pada gigi dengan diagnosis pulpitis reversible jaringan pulpa yang sudah mengalami proses radang, masih mungkin untuk disembuhkan.1 Pada pulpitis reversible terjadi peningkatan IgM, sedangkan IgG dan IgA tetap rendah. Hal ini menunjukkan bahwa reaksi imun pada pulpitis reversible masih rendah, tetapi masih lebih tinggi bila dibandingkan dengan gigi sehat (terdapat IgM walaupun tidak tinggi, yang diikuti dengan IgG dan IgA yang lebih rendah bila dibandingkan dengan IgM) dan menunjukkan adanya unsur protektif Kondisi ini dapat dikatakan bahwa pada pulpitis reversibel terjadi dua kemungkinan yaitu : a. terjadi proses radang yang baru mulai terjadi. b. Kemungkinan kedua, proses radang sudah masuk dalam stadium kronik yang menuju ke arah kesembuhan Pada pulpitis reversible, lebih dari 90% populasi limfosit T di dalam jaringan pulpanya adalah limfosit T8, dengan rasio limfosit T4/T8 sekitar 0,56. Sedangkan pada pulpitis yang ireversibel, jumlah limfosit T4, T8, dan limfosit B lebih banyak daripada pulpitis yang reversible atau pada pulpa normal
Pada pulpitis reversible, lebih dari 90% populasi
limfosit T di dalam jaringan pulpanya adalah limfosit T8, dengan rasio limfosit T4/T8 sekitar 0,56. Sedangkan pada pulpitis yang ireversibel, jumlah limfosit T4, T8, dan limfosit B lebih banyak daripada pulpitis yang reversible atau pada pulpa normal PULPITIS IRREVERSIBLE Venula pasca-kapiler menjadi padat, dan mempengaruhi sirkulasi di dalam pulpa, serta menyebabkan perubahan patologik seperti nekrosis. Daerah nekrotik ini menarik leukosit polimorfonuklear dengan kemotaksis dan memulai suatu reaksi inflamasi akut. Terjadi fagositosis oleh leukosit polimorfonuklear pada daerah nekrosis. Setelah fagositosis, leukosit polimorfonuklear, yang mempunyai masa hidup pendek, mati dan melepaskan enzim lisosomal Enzim lisosomal menyebabkan lisis beberapa stroma pulpa dan bersama-sama dengan debris selular leukosit polimorfonuklear yang mati, membentuk suatu eksudat purulen (nanah).2 Reaksi inflamasi ini menghasilkan mikroabses (pupitis akut). Pulpa berusaha melindungi diri, membatasi daerah mikroabses dengan jaringan penghubung fibrus Pada kelompok pulpitis irreversible terlihat IgG dan IgM meningkat tinggi, namun IgA menurun sekali yang menunjukkan bahwa ketahanan mukosalnya rendah. Tingginya IgG dan IgM menunjukkan adanya ketahanan jaringan pulpa yang tinggi terhadap mikroorganisme. Reaksi imunitas yang tinggi dari pulpitis irreversible seharusnya diikuti dengan terjadinya kesembuhan, namun kenyataan pulpitis irreversible tidak dapat sembuh kembali, bahkan dikatakan bahwa pulpitis irreversible seringkali mudah berkembang menjadi nekrosis. Hal ini terjadi karena jaringan pulpa yang berada di dalam ruang pulpa yang sempit, dan menerima sirkulasi darah hanya melalui pembuluh darah yang masuk ke dalam jaringan pulpa melalui foramen apikal yang sempit pula, sehingga pulpitis irreversible mudah berkembang menjadi nekrosis pulpa NEKROSIS Nekrosis, meskipun terjadi karena reaksi inflamasi, dapat juga terjadi karena sebab traumatik yang pulpanya rusak sebelum reaksi inflamasi. Jaringan pulpa tertutup oleh email dan dentin yang kaku sehingga tidak memiliki sirkulasi darah. Nekrosis pulpa dapat berupa nekrosis sebagian (nekrosis parsial) dan nekrosis total. Nekrosis parsial menunjukkan gejala seperti pulpitis irreversibel dengan nyeri spontan sedangkan nekrosis total tidak menunjukkan gejala dan tidak ada respon terhadap tes termal dan tes listrik. PATOBIOLOGY REFRENSI Grossman, Louris I. 1995 . Ilmu Endodontik dalam Praktek. Jakarta : EGC Roeslan , Boedi Utomo . 2002 Imunologi Oral . Jakarta . FK.UI Widodo, Trijoedani, 2004. Respon imun humoral pada pulpitis. Vol . 38 : 49-51 Walton , R.E dan Torabinejad , M. 2008. Prinsip dan Praktik Ilmu Endodonsia , Jakarta : EGC SEKIAN DAN TERIMA KASIH