Professional Documents
Culture Documents
Pengikatan toksin dalam jaringan tubuh menyebabkan lebih tinggi kadar toksin dalam tubuh. Tempat-2 penyimpanan/ pengikatan toksin dalam jaringan tubuh antara lain :
a. Hati dan ginjal
Keduanya memiliki kapasitas yg lebih tinggi untuk
mengikat zat-zat kimia, memiliki sifat pengikatan
khusus seperti misal metalotionein ( jenis protein
yang memiliki BM rendah yang terdiri dari mata rantai
polipeptida tunggal dari beberapa asam amino) yg
penting untuk mengikat logam Cd,Pb,Hg dan As di
hati dan ginjal. Albumin mudah melepaskan ion
logam Cd ke dalam jaringan yang memerlukannya.
30 menit setelah pemberian dosis tunggal Cd
kadarnya dalam hati 50 kali lebih tinggi dari kadarnya
dalam plasma darah.
b. Tulang
Tulang merupakan tempat
penimbunan utama untuk
toksikan Fluorida (F), Timbal (Pb)
dan Stronsium (Sr). Penimbunan
ini terjadi dengan cara
penyerapan silang antara
toksikan dalam cairan interstisial
dalam tulang. Karena ukuran dan
muatan yang sama maka toksin
F- mudah menggantikan OH-
dalam tulang, Pb2+, Cd2+ dan Sr2+
mudah menggantikan Ca2+
dalam tulang.
c. Jaringan lemak
Merupakan depo penyimpanan
yang penting bagi zat yg larut
dalam lipid misal. DDT, dieldrin,
PCB. Saat kelaparan kadarnya
semakin tinggi karena
penyerapannya lebih kuat.
d. Protein plasma darah
Sebagian besar toksin, misalnya
Pb terikat pada albumin ( bagian
dari protein ). Namun karena
pengikatan ini bersifat reversibel
toksin itu dapat lepas dari albumin
shg kadar bahan kimia yang
bebas di luar protein plasma darah
meningkat.
Pengikatan toksin dalam jaringan melalui dua mekanisme,
yaitu :
1. Irreversibel/ tak bolak-balik ( tak terpulihkan)
Bila toksin masuk ke dalam suatu jaringan maka toksin
tersebut akan
terikat kuat dan sulit lepas sehingga memberikan
dampak besar pada
jaringan. Contoh inhibisi insektisida malathion, jenis
organofisfat
terhadap enzim asetilkolinesterase yang berikatan
kovalen dengan R X NH
2 NH
Serin
organoposfat.
R
P + OHOleh
2 CH CHkarena itu asetikolin
Serin 2 R
2
P
O CH CH
tidak
Enzim dapat
O(S) Enzim OC
dihidrolisis OC R O(S)
sehingga impuls saraf dari satu sel ke sel yang lain atau
Senyawa Organofosfat Gugus serin enzim asetil kolinesterase
R'S
R - As = O + 2R'SH R - As + H2O
R'S
Contoh-contoh reaksi pengikatan lain :
1. Reaksi pengikatan As dengan gliseraldehid-3 posfat sehingga menghambat
produksi ATP
syntesis ALA
delta ALA
Forfobilinogen
uroporfirinogen III
+Fe2+ ferokelatase
Heme (Hb)
Timbal menghambat enzim sulfihidril untuk mengikat delta-aminolevulinik acid ( ALA ) menjadi porpobilinogen, serta protoforfirin-9 menjadi Hb. Hal ini menyebabkan anemia dan adanya basofilik stipling dari eritrosit yang merupakan ciri khas keracunan Pb.
Gejala yang khas dari keracunan Pb dibagi menjadi tiga bentuk :
1. Gastroenteritis : ini disebabkan oleh reaksi rangsangan garam
Pb ( Pb anorganik ) pada mukosa saluran pencernaan sehingga
menyebabkan pembengkakan, dan gerak kontraksi rumen dan
usus terhenti, peristaltik usus menurun sehingga terjadi
konstipasi dan kadang-kadang diare.
2. Anemia. Timbal organik terbawa dalam darah dan lebih dari 95%
berikatan dengan eritrosit. Ini menyebabkan mudah pecahnya
sel darah merah dan berpengaruh terhadap sintesis Hb,
sehingga menyebabkan anemia.
3. Encefalopati. Timbal organik menyebabkan kerusakan sel
endotel dan kapiler darah di otak. Pada umumnya barier darah
otak sangat mudah dilalui (permiabel) oleh CO2 dan O2, tetapi
sedikit permiabel terhadap elektrolit seperti Na,Cl dan K dan
tidak dapat dilalui oleh sulfur dan logam anorganik.
3. Pengikatan toksin logam berat dengan logam esensial dalam
tubuh sehingga menghambat kerja enzim
t/T1/2
atau : Nt = No(1/2)
Soal :
Dari hasil uji lab, diketahui kadar DDT
dalam jaringan lemak 100 ppm.
Bila suatu zat yang mempunyai
waktu paruh biologi yang sangat
tinggi terkontaminasi tubuh,
dalam jangka waktu yang lama
akan dapat terjadi akumulasi
dalam tubuh dalam konsentrasi
rendah. Ini terutama untuk toksin
lipofilik yang sulit
dibiotransformasi/didetoktifikasi
seperti DDT,dieldrin,aldrin dan
turunannya.
0)
dan merkuri organik ( CH3Hg,
C2H5Hg) termasuk non polar
cenderung berakumulasi di saraf.
Hal ini disebabkan 75% membran
BIOTRANSFORMASI
TOKSIN
BIOTRANSFORMASI TOKSIN
Benzena Fenol
2) Oksidasi etena (gol.alifatik) menjadi etandiol
OH OH
Etene Etandiol
dalam
struktur molekuk :
1) Reduksi senyawa azo dan nitro menjadi
gugus
fungsional
O Reduksi
N+ NH2
O
Nitrobenzena Anilin
R-S-CH3 + O2 R-SH
(alkil metil sulfur) (Sulfihidril
R-O-CH3 + O2 ROH
(eter) (alkohol)
MACAM-MACAM REAKSI FASA 1:
A. REAKSI OKSIDASI
TOKSIN YG DIOKSIDASI : MISAL METANA,
BENZENA, ETENA
REAKSI BERJALAN LEBIH CEPAT. BILA TDK
CEPAT DIOKSIDASI AKAN DI KONYUGASI.
ENZIM KATALIS : SITOKROM P-450
TEMPAT : RETIKULUM ENDOPLASMA
Contoh-2 Reaksi Oksidasi
Etena etanadiol
2) Oksidasi Aromatik
a) Oksidasi benzena menjadi fenol
OH
O2
Benzena Fenol
b) Oksidasi benzoapirin
10
10
9
7 7
Benzo(a)piren HO
O 7,8 oksida
OH
7,8-trans-Dihidrodiol
HO
OH
(+) - 7,8-Diol-9,10-epoksida
OH
O
H2N CH CH3 O2 H2N C CH3 R C CH3 NH3
R R
Amina primer Keton
R NH R' O2 R N R'
OH
Amina sekunder Hidroksilamin
c) Oksidasi Amin tersier menjadi nitroso
R N R'' O2 R N R''
R' R'
Amina tersier
Nitroso ( N Oksida )
B. REAKSI REDUKSI
JARANG TERJADI. TERJADI PD SENYAWA
AMINA, AZO, KETON, ALDEHID YG TAHAN
OKSIDASI
O Reduksi
N+ NH2
O
Nitrobenzena Anilin
b. Reduksi Aldehid menjadi alkohol primer
O
Reduksi H2
CH3 C H CH3 Etanol
C OH
Etanal
O O
Reduksi
CH3 C CH3 CH3 C H
Dimetil Keton propanal
MOLEKUL YG DIHIDROLISIS ANTARA LAIN
GOLONGAN ESTER. MOLEKUL INI AKAN PECAH
MENJADI 2 MOLEKUL KARENA PENGAMBILAN 1
MOLEKUL AIR
CONTOH
O O
Etil metanoat
Hidrolisis As.Etanoat
+ H2O
Metanol
CH3 C OCH3 CH3 C OH CH3OH
RETIKULUM ENDOPLASMA,ANTARA LAIN :
1) GLUKURONAT, GLISIN DAN ASAM SULFAT
Contoh :
O
OH
H2SO4 O S O
c. 3 senyawa
Fenol yg membentukEster
konyugasi
fenosulfat
dg glisin
Yaitu asam karboksilat aromatik, asam aril
asetat,
asam akrilat
O O O
COOH
NH2 CH2 C OH C NH2 CH2 C O
B. TOKSIN POLAR
Contoh : C6H5OH (FENOL), C6H5COOH (ASAM
Oksidasi
H2C CH2 H2C CH2
OH
O2
Benzena
O
OH
H2SO4 O S O
Fenol
Ester fenosulfat
D. TOKSIN LIPOFILIK STABIL
CONTOH : BENZOAPIRIN, TEL, DDT, DIOXIN,
JELAGA, TER BATUBARA
AKAN TERJADI PENIMBUNAN DI JARINGAN
LEMAK. AKAN MENGALAMI REAKSI FASE I
YAITU OKISIDASI, REDUKSI ATAU HIDROLISIS.
TERDAPAT 2 KEMUNGKINAN :
1. MENGHASILKAN SENYAWA YG LEBIH TOKSIK
( TERJADI BIOAKTIVASI ) DAN MENJADI
PRODUK PERANTARA PENGALKILASI YG
ELEKTROFILIK DAN TERJADI PENGIKATAN
KOVALEN PD JARINGAN.
CONTOH : OKSIDASI BENZOAPIRIN
OLEH ENZIM ASETIL HIDROKARBON
HIDROKSALASE
Oksidasi Benzoapirin
10
10
9
7 7
Benzo(a)piren HO
O 7,8 oksida
OH
7,8-trans-Dihidrodiol
HO
OH
(+) - 7,8-Diol-9,10-epoksida
Contoh :
OH
O2
E. SENYAWA PENGALKILASI
CONTOH : EPOKSID ETILENA, EPOKSID BENZOPIRIN
MERUPAKAN SENYAWA PENGALKILASI YG LEKTROFOILIK
(KEKURANGAN ELEKTRON). AKAN TERJADI PENGIKATAN
KOVALEN PD JARINGAN. SEHINGGA MENYEBABKAN REAKSI
ANTARA ARN/ADN DENGAN SENYAWA PENGALKILASI
MENYEBABKAN TUMBUHNYA SEL ABNORMAL.
CONTOH :
1) EPOKSID ETILENA
O O-
Nukleofilik
H2C CH2 H2C CH2
O- OH NHR
(DNA)
H2C CH2 + RNH-H H2C CH2
(Disebut DNA adduct)
2) EPOKSID BENZOPIRIN
10
10
9
7
7 O Benzo(a)piren
7,8 oksida HO
N O
OH
NH 7,8-trans-Dihidrodiol
N
N
NH N
O
O
NH +
N
HO
OH N
H
OH
HO DNA/ Deoksiribose
(+) - 7,8-Diol-9,10-epoksida
OH
Ikatan Kovalen DNA dg Benzoapirin
menghasilkan penyakit kanker
mpedu adalah batu yang terdapat dalam kantong empedu. Batu empedu dapat juga terda
aluran empedu. Keluhan yang dirasakan pada awal sekali adalah rasa tidak nyaman pada
ung bila sudah makan, lalu pada perut kosongpun rasa tidak nyaman tetap dirasakan pada
yang lebih lanjut lagi timbul rasa sakit pada perut kanan atas. Rasa sakit ini dapat mejalar
ggang kanan dan bahu kanan.
er : www.pengobatanalihgumelar.blogspot.com
Gambar : batu empedu , 1 jam setelah operas
D. EKSRESI LEWAT AIR SUSU
1. TOKSIN POLAR
KARENA AIR SUSU SEDIKIT BERSIFAT ASAM
MAKA TOKSIN BASA AKAN MENCAPAI KADAR
LEBIH TINGGI DALAM SUSU DARI PADA
DALAM PLASMA, DAN SEBALIKNYA UNTUK
SENYAWA YG BERSIFAT ASAM AKAN
MENCAPAI KADAR LEBIH TINGGI DI DALAM
PLASMA SEL KARENA BERSIFAT NON POLAR
SHG MENGALAMI DIFUSI PASIF MENUJU
MEMBRAN PLASMA.
F. AIR LIUR
ZAT YG DIKELUARKAN DALAM LIUR BIASANYA
DITELAN KEMBALI KEMUDIAN DIABSORPSI
DALAM SALURAN CERNA.
BAB 8
TOKSODINAMIK