You are on page 1of 16

KASUS HUKUM

DALAM
KONSTRUKSI
Kegagalan konstruksi Bangunan Gedung Metro Grosir Tanah
Abang
Presented by :
Syarifah Maryani
Muhammad Fuad
Hermanto
Nurul Asnah
Parus Trisius
Pendahuluan
Berdasarkan peraturan pemerintah nomor 29 tahun 2000 tentang penyelenggaraan
Jasa Konstruksi, pasal 34 mendefinisikan kegagalan bangunan adalah keadaan
bangunan yang tidak berfungsi, baik keseluruhan maupun sebagian dari teknis,
manfaat, keselmatan dan kesehatan kerja dan atau keselamatan umum sebagai
akibat kesalahan penyedia dan/atau pengguna setelah penyerahan akhir pekerjaan
konstruksi (FHO, Final Hand Over)
Pendahuluan
Berikut adalah beberapa peraturan-peraturan yang menjelaskan mengenai
kegagalan konstruksi
1. UU nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi pasal 1 ayat 6
2. PP nomor 29 tahun 2000 tentang penyelenggaraan Jasa Konstruksi pasal 31
3. Undang-undang jasa konstruksi nomor 18 tahun 1999, Bab 1 pasal 1 ayat 6

Khusus untuk bangunan gedung, ada pedoman tersendiri dalam


perencanaan,pelaksaan, pengawasan, dan pemeliharaannya, yang diatur oleh
Peraturan Mentri PU No. 45/PRT/M/2007 Tentang Pedoman Teknis Pembangunan
Bangunan Gedung Negara.
Runtuhnya Penambahan Bangunan
pada Grosir Tanah Abang
Tinjauan Kasus

Pihak yang bertangung jawab


Sanksi
Gedung
Metro
Grosir
Penyebab Tinjauan aspek hukum

Akibat
Tinjauan Kasus
Metro tanah abang merupakan salah satu tempat perbelanjaa yang terletak di jalan K.H
Wahid Hasyim no 187-189 Jakarta.
Pihak pengelola dan pemda DKI Jakarta melakukan penambahan bangunan yang
berukuran 3x20 meter yang merupakan pengembangan dari bangunan inti untuk
perluasan toilet dilantai tiga dan empat.
Bangunan yang pengerjaannya sudah berjalan selama empat bulan dan persentase
penyelesaian baru menyampai 30% yang dijadwalkan bangunan tersebut selesai pada 10
juli 2010, dan rencananya bangunan itu mencapai 11 lantai dengan 1000 kios.
Tinjauan Kasus
Bangunan tersebut roboh pada tanggal 23
desember 2009 yang di akibatkan kegagalan
konstruksi.
Dari delapan bangunan tambahan yang
disambungkan ke lantai tiga tersebut, satu
bangunan mengalami kegagalan sambungan
yang menyebabkan robohnya bangunan
tersebut dan menimpa pekerja konstruksi dan
pedagang kaki lima maupun pejalan kaki
dibawanya.
Dinas Pengawasan dan Penertiban Bangunan
(P2B) pemerintah DKI menegaskan tidak
pernah memberikan izin mendirikan bangunan
tambahan di pasar Tanah Abang.
Penyebab Runtuhnya
Berdasarkan informasi yang didapat, runtuhnya gedung tambahan grosir Metro Tanah
Abang disebabkan beberapa kesalahan seperti :
1. Kesalahan perencanaan
2. Kesalahan pelaksanaan
3. Kesalahan pengawasan
Kesalahan Perencanaan
Pada tahap perencanaan terjadi kesalahan serta kelalaian dalam analisis
pembebanan bangunan sehingga mengakibatkan konstruksi bangunan yang
sebagian besar terdiri dari konstruksi baja tidak dapat menahan beban total,
sehingga mengakibatkan robohnya bangunan tersebut. Tidak hanya bias disebabkan
oleh kelalaian analisis pembebanan namun disebabkan oleh kesalahan spesifikasi
bahan, seperti penggunaan baja dan bahan material yang tidak sesuai
Lokasi runtuhnya bangunan tambahan berukuran 3x20 meter tersebut awalnya
hanya ditopang dengan tiang-tiang kecil, padahal lokasi tersebut selain digunakan
sebaagai area bongkar muat , juga selalu digunakan warga sebagai jalan tembus.
Kesalahan Pelaksaan
Peristiwa ini tidak lepas dari adanya kelalaian pihak penyelenggara konstruksi, maka
baik pengguna jasa (pemilik bangunan), penyedia jasa (perencana, pelaksana, dan
pengawas) serta pemerintah daerah yang bertanggung jawab atas pengawasan
pembangunan di wilayahnya.
Bangunan yang runtuh ini adalah bangunan tambahan dan tidak memenuhi unsur
keselamatan karena dibawah banguna itu masih bias orang-orang berjualan dan lalu
lalang dan para pekerja juga tidak memakai alat-alat pengaman.
Kesalahan Pengawasan
Dari sisi pengawasan yang juga menjadi kewenangan DPPB, perlu ada klarifikasi
tentang kesesuaian antara pelaksanaan pembangunan dengan gambar IMB dan
konstruksi yang telah disahkan (bila bangunan tambahan memiliki IMB). Jika ternyata
tanpa IMB maka perlu diketahui tindakan penertiban apa yang telah dilakukan.
Sebgai catatan, proyek pembanguna peluasan ini telah berjalan lebih dari 4 bulan
sebelum kemudian runtuh dan menimbulkan korban.
Tinjauan Aspek hukum
Dinas P2B DKI menemukan indikasi dilanggarnya minimal enam peraturan oleh gedung Metro
Tanah Abang, terdapat indikasi pelanggaran dari tingkat Undang-Undang hingga Peraturan
Daerah yakni :
1. UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
2. UU No. 289 Tahun 2000 tentang Jasa Konstruksi
3. PP No. 36 Tahun 2005
4. Perda nomor 7 tahun 1991 tentang Bangunan di Wilayah DKI Jakarta
5. pergub nomor 72 tahun 2002
6. Pergub nomor 132 tahun 2007 tentang Izin Pelaku Teknis Bangunan
Pihak yang Bertanggung Jawab
Pihak yang berwenang dapat melibatkan pihak ketiga selaku penilai ahli (pasal 25
ayat 3 UUJK). Penilai ahli dapat ditunjuk dari akademis dan praktisi yang memang
ahli dibidangnya. Melalui pemeriksaan pihak ketiga akan dapat diketahui letak
kesalahannya, apakah terjadi kesalahan di perencanaan atau pelaksanaan atau
pengawasan.
Polda metro Jaya tetapkan tiga terdakwa yaitu :
1. Eddy Susanto selaku direktur PT.Susanto Ciptaajya
2. Ade Topik selaku manajer konstruksi PT. Trimatra
3. Edwin A. Huway selaku pengawasan proyek
Sanksi
Sanksi bagi penyelenggara konstruksi dijelaskan dalam Bab X pasal 41, 42, dan 43
UUJK.
Pasal 41 menyebutkan Penyelenggara pekerjaan konstruksi dapat dikenai sanksi
administrative dan/atau pidana atas pelanggaran undang-undang ini.
Jenis-jenis sanksi sesuai pasal 42 dapat berupa peringatan tertulis sampai sanksi
pencabutan izin usaha dan/atau profesi. Sedangkan sanksi pidana dan denda
dijelaskan dalam pasal 43.
Akibat yang ditimbulkan
Dari kesalahan yang diungkapkan sebelumnya, akibat yang ditimbulkan berdasarkan
informasi yang didapat :
1. Terdapat korban meninggal sebanyak 4 orang
2. Terdapat korban luka-luka sebanyak 14 orang
3. Bertambahnya biaya dan waktu konstruksi
Terima Kasih

You might also like