You are on page 1of 24

JOURNAL READING

A COMPARISON BETWEEN DEXMEDETOMIDINE AND MIDAZOLAM INFUSION


ON CHARACTERISTIC OF
SPINAL ANESTHESIA

Pembimbing: dr. Ratna, Sp.An


Nama: Akhmad
NIM: 030.11.013

Kepaniteraan Klinik Ilmu Anastesi


RSUD dr. Chasbullah A.M Kota Bekasi
Periode 27 Febuari 3 April 2017
Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti
INTRODUCTION
Beberapa adjuvan sering digunakan untuk memperpanjang
waktu kerja anastesi spinal dan ada beberapa yang
mempunyai efek untuk mengurangi nyeri pasca operasi
sehingga dapat mengurangi penggunaan obat analgesik

Dexmedetomidine merupakan obat agonis alfa 2 yang lebih


selektif dibandingkan klonidin dan mempunyai efek sedatif
dan analgesi sehingga sering digunakan dalam pelaksanaan
anastesi spinal

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa penggunaan


dexmedetomidin dapat memperpanjang blokade saraf
sensorik dan motorik pada pemberian anastesi spinal
(Bupivacaine)
maka pada penelitian ini kami membandingkan
efektifitas pemberian cairan infus intravena dari
dexmedetomidin dengan midazolam

onset dan durasi dari blokade sensoris dan


motorik dan
sedasi intra operative and
durasi analgesik postoperatif

selama pemberian anastesi spinal 0.5%


bupivacaine
Materials and Methods
Prospektif, random, double-blind comparative study

60 pasien dengan ASA 1-3,

Rentang usia 20 65 tahun yang terdaftar untuk


operasi perut bawah yang menggunakan anastesi
spinal
Materials and Methods
Exklusi:

Riwayat sleep apneu

Obesitas (BMI>30)

Blok hantung derajat 2-3

Gangguan fungsi ginjal dan hati

Gangguan psikiatrik

Alergi obat anastesi maupun obat yang digunakan dalam penelitian

Deformitas tulang belakang

Kontraindikasi spinal anesthesia (koagulopati, infeksi daerah penusukan, and


mempunyai deficit neurologis)
Materials and Methods
Pasien dibagi secara acak menjadi 2
kelompok
group D (dexmedetomidine) dan
group M (midazolam)

proses pengacakan menggunakan sistem


komputer
Preoperative Room
Pemberian inj. Ringers lactate (10 mL/kg)

Premedikasi dengan inj. glycopyrolate (0.004 mg/kg)


(IV)

30 menit sebelum tindakan anastesi


Operation Room
Group D diberikan dosis awal dexmedetomidine 1
g/kg (IV)

Group M diberikan dosis awal inj. midazolam (0.04


mg/kg) (IV)

Diberikan selama 10 menit menggunakan infusion


pump

Setelah itu baru dilakukan anastesi spinal (Bupivacaine


0.5 %)
Operation Room
Group D mendapatkan infus dengan dexmedetomidine
0.5 g/kg/jam (IV)

Group M mendapatkan infus dengan midazolam 0.04


mg/kg/jam (IV)

Selama operasi
Operation Room
Kecepatan infus dapat diturunkan maupun dinaikan
guna mempertahankan derajat 3 dari Ramsay
Sedation Score (RSS) (dimana dievaluasi setiap 5
menit)

Frekuensi jantung, EKG, dan saturasi O2 tetap di


monitoring

Pemberian oksigen menggunakan masker oksigen (4


L / menit)
Ramsay Sedation Score
Operation Room
Blokade sensoris diperiksa menggunakan metode
pinprick

Blokade motorik diperiksa menggunakan skala


Bromage
Bromage Scale
Grade 0, able to move the hip, knee, and ankle;

Modified Bromage 1, unable to move the hip but is


able to move the knee and ankle;

Modified Bromage 2, unable to move the hip and knee


but is able to move the ankle; and

Modified Bromage 3, unable to move the hip, knee,


and ankle
Materials and Methods
Blokade sensoris dan motorik selalu dievaluasi pada menit ke
2, 5, 8, dan 10 setelah spinal anesthesia, dan setelahnya
setiap 5 menit selama 30 menit pertama, lalu setiap 15
menit setelahnya

Waktu untuk mencapai blokade sensorik level T 10 dan


blokade motorik grade 3 dan regresi sempurna dari blokade
motorik dan sensorik di catat

Semua durasi dihitung berdasarkan pemberian spinal


sebagai waktu 0
Post Operative
Analgesik posoperasi dievaluasi dengan Visual Analog
Scale(VAS)

Pemberian Inj. diclofenac sodium (75 mg


intramuscular) jika VAS 3

Waktu pemberian pertama analgesik dan kebutuhan


pemberiannya selama 24 jam dicatat.
Statistical Analysis
Analisis menggunakan system SPSS software

Perbandingan kedua group menggunakan unpaired


Students t-test

hasil p < 0.05 merupakan hasil yang signifikan,


sedangkan p < 0.001 merupakan sangat signifikan.
Result
Result
Result
Result
Selama intra operasi, terdapat penurunan frekuensi jantung
yang signifikan Pada group D setelah 10 menit pemberian
dosis awal dan tetap rendah selama 45 menit setelah
anastesi spinal

Tidak ada satupun dari kedua grup yang menunjukkan


bradikardi
Result
Mean arterial pressure (MAP) tetap di evaluasi selama
penelitian (p > 0.05)

Kecuali pada menit ke 120 dan 180, terdapat penurunan


yang signifikan pada MAP di grup D jika dibandingkan
dengan group M (p < 0.001)

1 pasien dari kedua grup mengalami episode hipotensi


(tekanan darah kurang dari 80 mmHg) selama operasi,
dimana diberikan infus RL yang cepat dan pemberian single
bolus inj. Efedrin (6mg IV)
Discussion
Dalam penelitian ini ditemukan dimana pemberian infus
dengan dosis awal dan dilanjutkan dengan dosis lanjutan dari
dexmedetomidin dapat memperpanjang blokade sensorik
dan motorik selama spinal anastesi,

Dimana sebagai efek tambahan dapat memperlambat


dibutuhkannya pemberian analgesik setelah operasi dan
juga mempunyai efek sedasi yang sebanding dengan
midazolam

Hasil yang sama juga didapatkan pada penelitian al-mustafa


et al, Lugo et al.

Tetapi pemberian dosis awal 0.5 g/kg tidak memberikan


efek terhadap bolakde motorik yang bermakna pada
penelitian Kaya et al.
Discussion
Frekuensi jantung dan MAP yang lebih rendah
stelah pemberian dexmedetomidin terjadi
mungkin disebabkan penurunan simpatis
dikarenakan aktifasi reseptor 2 postsinaps pada
susunan saraf pusat dan penurunan anka
katekolamin
Conclutions
Pemberian IV dosis awal dexmedetomidine (1 /kg),
dilanjutkan dengan pemberian 0.5 /kg/jam
merupakan lebih efektif dibandingkan midazolam dosis
awal (0.04 /kg) , dilanjutkan infus 0.04 /kg/jam

Dimana memberikan hasil durasi blokade motorik dan


sensorik yang lebih lama dan juga sebagai
management analgesik postoperasi dengan efek
samping yang minimal

Kedua obat memiliki efek sedasi yang cukup tanpa


disertai adanya depresi pernafasan

You might also like